Peristiwa 11 Desember 1946 di Sulawesi Selatan
Peristiwa 11 Desember 1946 di Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan bergejolak, di mana-mana selalu terjadi pertempuran, Enrekang, Polongbangkeng, Pare-pare, Luwu menjalar ke Kendari, Kalaka dengan senjata yang mereka miliki berusaha semaksimal mungkin menangkis serangan Belanda yang bersenjata mukhtakhir dengan keberanian dan tekat yang bersembonyan ''Merdeka atau Mati''.
Pertempuran bukan hanya dimotori oleh laki-laki, juga wanita/srikandi-srikandi di Sulawesi - Emmy Saelan. Srikandi ini bertempur di Kassi-kassi dan jiwa militansinya tercermin dalam tindakannya, dia gugur menjadi martir bagi bumi pertiwi dengan maju ke depan kepung musuh dengan granat, akhirnya dai gugur bersama-sama dengan musuh-musuhnya terkena pecahan granat.
Sejalan dengan akan diselenggarakannya Konferensi Denpasar pada tanggal 24 Desember 1946 untuk membentuk Negara Indonesia Timur (NIT), maka pada tanggal 11 Desember 1946, Belanda menyatakan Sulawesi dalam keadaan perang dan hukum militer.
''Algojo'' Raymond Westerling mengadakan pembersihan di setiap desa. Penduduk yang tidak berdosa dibantainya sehingga jatuh korban sekitar 40.000 orang putra-putri terbaik bangsa demi mempertahankan kemerdekaan.
Pengorbanan mereka turut mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang Negara Indonesia yang bersatu, berdaulat adil dan makmur. Pertempuran terjadi tambah sengit dan putra Sulawesi yang dibina di Jawa juga turut memperkuat perjuangan di Sulawesi Selatan seperti Andi Matalata, Wolter Robert Monginsidi yang patasnya masih studi di negerinya terjun ke kancah perjuangan.
Baca jug aselanjutnya di bawah ini :
Baca jug aselanjutnya di bawah ini :
- Pertempuran di Sulawesi Selatan dan Agresi Militer I Belanda
- Pertempuran di Jakarta dan Sulawesi Selatan.
- Pertempuran jawa barat Ke-I / Penghadangan pertama. (9 Desember 1945 s/d 12 Desember 1945)
Post a Comment for "Peristiwa 11 Desember 1946 di Sulawesi Selatan"