Menuju Kepulauan Indonesia
Menuju Kepulauan Indonesia
Salah seorang dari Eropa yang diperkirakan telah menyaksikan kepulauan Indonesia sebelum abad ke-16 adalah Marco Polo. Setelah pulang dari Cina dengan menggunakan kapal Khan Agung yang dipersiapkan untuk berlayar menuju Persia, Marco Polo diperkirakan singgah di bandar-bandar pantai Sumatera pada dekade terakhir abad ke-13.
Dalam laporannya disebutkan tentang kemajuan yang telah dicapai oleh agama Islam di daerah pesisir utara Sumatera itu, sementara tidak ada laporan mengenai keadaan Jawa, karena memang tidak disinggahinya. Kemudian menyusul Odoric da Pordenone yang sempat singgah di Jawa pada ke-14 sebelum melanjutkan pelayarannya ke Campa.
Odoric de Pordenone melaporkan secara sekilas mengenai kebesaran Majapahit. Akan tetapi kehadiran langsung para petualang dari Eropa itu disangsikan beberapa ahli yang berpendapat bahwa informasi yang disampaikan dalam laporan-laporan orang Eropa itu berasal dari para pedagang India, Cina atau Muslim yang mereka jumpai dalam perjalanannya, bukan hasil kunjungan mereka langsung ke Kepulauan Indonesia.
Seperti telah disebutkan di atas, proses ekspansi Barat ke Kepulauan Indonesia pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari perkembangan koloni Barat di seberang laut sejak awal abad ke-15.
Beberapa peristiwa penting yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Pada tahun 1418, Portugis mulai menduduki Madeira sebagai koloni seberang laut di Atlantik mereka yang pertama.
2. Pelayaran menyusuri Atlantik itu semakin meningkat setelah Portugis terlibat dalam perdagangan budak dari Guinea dan mendapat hak atas wilayah non-Kristiani dari Paus pada tahun 1445.
3. Keberhasilan armada yang dipimpin oleh Bartolomeo Diaz mencapai ujung Tanjung Harapan di Afrika dan mulai memasuki wilayah Samudera Hindia pada tahun 1486 (1487?).
4. Jalur pelayaran langsung ke kepulauan penghasil rempah-rempah semakin terbuka beberapa tahun kemudian, ketika pelayaran berikutnya yang dipimpin olrh Vasco da Gama mencapai Kalikut di pantai barat India pada tahun 1498 (1497?).
4. Jalur pelayaran langsung ke kepulauan penghasil rempah-rempah semakin terbuka beberapa tahun kemudian, ketika pelayaran berikutnya yang dipimpin olrh Vasco da Gama mencapai Kalikut di pantai barat India pada tahun 1498 (1497?).
5. Dalam upaya menjaga monopoli atas jalur ke Asia itu, raja Portugis memerintahkan kepada semua pihak di Portugal untuk merahasiakan penemuan jalur itu pada tahun 1504.
Setelah berhasil menduduki Goa di India pada tahun 1510, Portugis mulai membangun koloni-koloni mereka di Asia Estado da India di bawah pimpinan Affonso de Albuquerque. Koloni Portugis semakin meluas ke kawasan Asia Tenggara, sejak mereka berhasil menduduki Melaka pada tahun 1511.
Sebelum itu pada tahun 1509,seorang utusan Portugis sebenarnya sudah datang di Melaka yang pada waktu itu dipimpin oleh Sultan Mahmud Syah. Biarpun pada awalnya utusan Portugis yang dipimpin oleh Diogo Lopes de Sequiera diterima dengan baik, dalam perkembangan kemudian komunitas pedagang Muslim di Melaka berhasil meyakinkan penguasa Melaka untuk mengusir Portuigis dari bandar dagang utama di Selat Melaka itu.
Berbekal pengetahuan tentang arti penting Melaka dalam perdagangan Asia dan kemakmuran yang dimiliki Melaka pada saat itu, lebih dari 15 kapal perang Portugis yang mengikutsertakan kurang lebih 1200 orang tentara dipimpin oleh Affonso de Albuquerque berlayar ke Melaka dari Goa pada bulan April 1511.
Biarpun didukung oleh persenjataan yang memadai, Melaka segera jatuh ke tangan Portugis. Kelemahan Melaka juga diperberat dengan adanya konflik internal yang melibatkan Sultan Mahmud Syah dengan anaknya Sultan Ahmad yang baru saja menerima penyerahan kekuasaan.
Sultan Mahmud Syah kemudian menyingkir ke pusat kerajaan Melayu lain di Pahang, Johor dan juga ke Kepulauan Riau. Penduduk Portugis atas pusat perdagangan di Semenanjung Melayu itu segera membuka langsung ke pusat-pusat penghasil rempah-rempah di Kepulauan Indonesia, termasuk penghasil cengkeh, pala dan fuli di Kepulauan Maluku sejak tahun 1512, ketika rombongan yang dipimpin oleh Francisco Serrao tiba di Hitu.
Di Sumatera, Portugis membuka hubungan dagang dengan Pasai, Barus, Pedir, Aceh, Siak, dan Minangkabau. Di jawa Portugis berhasil membangun hubungan yang baik dengan kerajaan Sunda dan Panarukan di samping hubungan dagang dengan beberapa pusat perdagangan di pantai utara Jawa.
Sementara itu, Spanyol dibawah pimpinan Ferdinand Magellan memulai kontaknya dengan Asia setelah mencapai wilayah yang sekarang dikenal sebagai Filipina pada bulan Maret 1521.
Setelah kunjungan pertama di Maluku oleh sisa awak kapal Magellan yang masih hidup, keinginan Spanyol untuk mendapatkan rempah-rempah langsung dari pusat-pusat produksinya di Maluku melalui pelayaran berikutnya harus menghadapi kenyataan bahwa Portugis telah berhasil membangun hubungan perdagangan dengan penguasa setempat dan bahkan memonopoli perdagangan di daerah itu.
Walaupun Spanyol berusaha mewujudkan keinginannya untuk menguasai Maluku berdasarkan isi perjanjian Tordesillas tahun 1494, ketika mereka bersama-sama Portugis mendapat pembagian hak istimewa dari Paus untuk menguasai masing-masing sebagian dunia non-Kristiani, tuntutan Spanyol itu diakhiri ketika Portugal membayar 350.000 cruzados sebagai ganti rugi.
Akibatnya Spanyol memusatkan kegiatan mereka di Kepulauan Filipina, terutama di bagian utara dan hanya sekali-kali terlibat dalam persaingan dengan pedagang Eropa lain dan para pedagang Asia di Kepulauan Indonesia.
Walaupun Portugis berusaha merahasiakan jalan ke pusat penghasilan dan perdagangan rempah-rempah seperti telah disebutkan di atas, Belanda segara menyusul Portugis dan Spanyol memasuki perairan Kepulauan Indonesia setelah Jan Huygen van Linschoten mempublikasikan peta dan catatan tentang penemuan Portugis berjudul Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien (Rencana perjalanan ke Timur atau Hindia Portugis) pada pertengahan tahun 1590-an.
Di bawah pimpinan Cornelis de Houtman yang pernah tinggal beberapa tahun di Lisabon, empat kapal Belanda yang memuat 249 orang awak beserta 64 meriam mulai berlayar menuju ''pulau rempah-rempah'' pada tahun 1595 dan merapat di pelabuhan Banten pada bulan Juni 1596.
Mereka berhasil membawa pulang rempah-rempah dalam jumlah yang menguntungkan, biarpun harus menghadapi beberapa konflik baik dengan Portugis maupun dengan para penguasa lokal serta kehilangan hampir tiga perempat awak kapal akibat penyakit dan pertempuran.
Keberhasilan pelayaran pertama itu mendorong lebih banyak saudagar Belanda yang tergabung dalam perusahaan yang berbeda menanamkan modal mereka untuk pelayaran berikutnya. Salah satu kelompok di bawah pimpinan Jacob van Neck menjadi saudagar Belanda pertama yang mendarat di Kepulauan Maluku. Peristiwa itu terjadi pada bulan Maret 1599.
Pelayaran-pelayaran itu dilaporkan berhasil memberikan keuntungan sampai 400%, namun laporan lain menyebutkan bahwa keuntungan yang didapat kurang dari dua bulan atau paling banyak tiga bulan keuntungan dari penangkapan ikan haring.
Terlepas dari pendapat yang terakhir, bukti menunjukkan semakin banyak perusahaan Belanda yang mengirimkan kapal mereka ke Kepulauan Indonesia.Selain harus bersaing dengan pedagang lain yang selama ini telah melakukan perdagangan di wilayah itu, perusahaan-perusahaan Belanda juga saling berkompetisi memperebutkan rempah-rempah di Kepulauan Indonesia.
Kondisi itu mendorong mereka untuk melebur ke dalam satu perusahaan patungan yang disebut Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau VOC pada bulan Maret 1602. Sejak saat itu sampai akhir abad ke-18, segala kepentingan Belanda di Kepulauan Indonesia diwakili oleh VOC yang sekaligus menjadi kekuatan Eropa terbesar yang menguasai baik kehidupan ekonomi maupun politik di wilayah ini mengungguli Portugis dan Inggris.
Setelah Belanda kemudian menyusul Inggris. Kehadiran pelaut Inggris di Kepulauan Indonesia sebenarnya lebih dahulu dibandingkan dengan Belanda namun persinggahan Francis Drake di Ternate dalam pelayaran keliling dunianya antara tahun 1577-1580 belum memiliki arti penting secara ekonomis dan politis.
Inggris ingin sekali memiliki hubungan langsung dengan pusat penghasil dan perdagangan rempah-rempah di Asia sejak mereka kehilangan kesempatan untuk mendapatkan rempah-rempah akibat perang Belanda-Spanyol dan gangguan yang ditimbulkan oleh Spanyol dan Portugis atas jalur perdagangan di Selat Gibraltar, namun pelayaran yang dilakukan oleh perintah Ratu Elizabeth I pada tahun 1591 tetap belum memiliki arti ekonomis.
Biarpun kapal yang dipimpin James Lancester sampai di Aceh dan Penang, ia tidak berhasil membawa rempah-rempah yang sangat berharga itu ketika kembali ke Inggris. Dalam pelayaran berikutnya yang kembali dipimpin oleh James Lancaster, dua tahun setelah pembentukan (English) East India Company pada tahu 1600, para pelaut Inggris berhasil membawa pulang lada dalam jumlah yang besar.
Para saudagar Inggris itu sampai di Banten pada bulan Juni 1602, dan segera mendapat izin dari penguasa setempat untuk membangun pos perdagangan. Paling tidak sampai tahun 1682, Banten tetap menjadi pusat kegiatan perdagangan Inggris di Jawa.
Para pedagang Inggris juga berhubungan langsung dengan pusat penghasil rempah-rempah di Kepulauan Maluku, ketika mereka berhasil mencapai Ternate, Tidore, Ambon dan Banda pada tahun 1604 di bawah pimpinan Henry Middleton.
Baca juga selanjutnya di bawah ini :
Baca juga selanjutnya di bawah ini :
- Perkembangan agama kristiani
- Jepang meluaskan daerah industri dan melakukan ekspansi
- Fase akhir perang dunia II (jepang terdesak 1944)
- Tokoh-tokoh sejarah kebangkitan nasional tahun 1908
- Perdagangan dan pelayaran di laut tengah
- Kebijakan Kolonialis dan Dampaknya terhadap Ekonomi penduduk
- Persiapan Kearah Kemerdekaan
- Politik Ekspansi Jepang.
Post a Comment for "Menuju Kepulauan Indonesia "