Penegasan tentang cara-cara melaksanakan manipol
Penegasan tentang cara-cara melaksanakan manipol
Untuk mencapai maksud dan tujuan Revolusi, pidato Pemimpin Besar Revolusi/Presiden/Panglima Tertinggi pada tanggal 17 Agustus 1960, telah memberikan beberapa penegasan tentang cara-cara melaksanakan Manipol.1. Gotong-royong.
Gotong-royong bukan sekedar satu sifat kepribadian Indonesia ! Gotong-royong bukan sekedar corak daripada Indonesia Identity ! Gotong-royong adalah juga satu keharusan dalam perjuangan melawan imperialisme dan kapitalisme, baik dizaman dulu maupun dizaman sekarang.
Tanpa mempraktekkan samenbundeling van alle revolutionaire krachten untuk digempurkan kepada imperialisme dan kapitalisme itu, janganlah ada harapan perjuangan bisa menang! Karena itu Manifesto Politik-Usdek bersemangat ke Gotong-royongan bulat dilapangan politik.
Karena itu di Solo beberapa pekan yang lalu saya tegaskan perlunya persatuan dan ke Gotong-royongan antara golongan Islam, Nasional, dan Komunis. Ini adalah konsekwensi-politik yang terpenting bagi semua pendukung Manifesto Politik dan Usdek satu konsekwensi-politik yang tidak plintat-plintut atau plungkar-plungker bagi semua orang yang setia kepada Revolusi Agustus 1945.
Jika tidak maka semua omong tentang Gotong-royong Manifesto Politik, Usdek, Front Nasional, ''Setia kepada Revolusi'', dan lain sebagainya, hanyalah omong-kosong belaka, lipservice belaka. Salah satu ciri daripada orang yang betul-betul revolusioner ialah satunya kata dengan perbuatan, satunya mulut dengan tindakan.
Orang ''revolusioner'' yang tidak bersatu kata dan perbuatan, orang ''revolusioner'' yang demikian itu adalah orang revolusioner gadungan. ''Di Indonesia ini memang telah ada tiga golongan besar ''revolutionaire krachten'', yaitu Islam, Nasionalis, dan Komunis. Senang atau tidak senang, ini tidak bisa dibantah lagi ! Dewa-dewa dari kayanganpun tidak bisa membantah kenyataan ini !
Jika kalau benar-benar kita hendak melaksanakan Manifesto Politik-Usdek,
Jika kalau benar-benar kita setia kepada Revolusi,
Jika kalau benar-benar kita setia kepada jiwa gotong-royong,
Jika kalau kita benar-benar tidak kekanak-kanakan tetapi sedar benar-benar bahwa gotong-royong, persatuan, samenbundeling adalah keharusan dalam perjuangan anti imperialisme dan kapitalisme, maka kita harus mewujudkan persatuan antara golongan Islam, golongan Nasionalis, dan golongan Komunis itu''.
Maka itu kita tidak boleh menderita penyakit Islamo-phobi Nasionalisto-phobi, atau Komunisto-phobi ! Persatuan itu bukan harus diadakan hanya antara golongan-golongan Islam, Nasionalis dan Komunis saja melainkan antara semua kekuatan-kekuatan revolusioner.
Di Dewan Nasional ada orang-orang Islamnya, ada orang-orang Nasionalisnya, ada orang-orang Komunisnya, dan Dewan Nasional berjalan baik. Di Dewan Pertimbangan Agung malah bukan ''orang-orang'' lagi, melainkan ada gembong-gembong Islam dan gembong-gembong Nasional dan gembong-gembong Komunis, dan Dewan Pertimbangan Agung berjalan baik.
Di Depernas ada banyak sekali wakil-wakil tiga golongan itu, dan Depernas berjalan baik. Di DPR-GR saya himpunkan wakil-wakil dari tiga golongan itu, (bahkan dalam pembicaraan-pendahuluannya di Tampaksiring saya hadapkan Saudara gembong Idham Chalid, gembong Suwirjo, gembong Aidit berhadapan-muka satu sama lain), dan DPR-GR saya percaya pun akan berjalan baik.
Di Panitia Persiapan Front Nasional itu yang dipimpin oleh Saudara Aruji Kartawinata terhimpunlah pentol-pentol tiga golongan ini, dan Panitia Persiapan Front Nasional itu berjalan baik, bahkan berjalan amat-amat baik. Didalam Majelis Permusyawaratan Rakyat yang susunan anggotanya telah saya umumkan beberapa hari yang lalu itu, terhimpunlah wakil-wakil tiga golongan itu, dan Majelis Permusyawaratan Rakyat pun, saya yakin akan berjalan baik.
Tidakkah ini kesemuanya praktek daripada ke Gotong-royongan yang jujur antara golongan-golongan yang berkeTuhanan, Nasionalis dan Komunis, yang semuanya dibakar oleh nyarinya siksaan penderitaan Rakyat, tetapi juga dibakar oleh Apinya Idealisme ingin melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat ?
Dan bukankah mereka itu, itu golongan-golongan Islam, Nasional, Komunis, yang kata orang tak mungkin dipersatukan satu sama lain, didalam beberapa Lembaga, misalnya dalam DENAS, didalam D.P.A., selalu berhasil mencapai mufakat dengan suara bulat diatas dasar musyawarah, tanpa cakar-cakaran satu sama lain, tanpa ngotot-ngototan mencari kebenaran sendiri dan menyalahkan pihak lain, tanpa setem-seteman pemungutan suara.
Semua partai yang pro Manipol dan pro Usdek harus bersatu. Semua suku bangsa harus bersatu. Semua warga-negara, Jawakah ia, Sundakah ia, Minangkabaukah ia, Minahasakah ia, Batakkah ia, Bugiskah ia, semua warga negara harus bersatu dengan tidak pandang perbedaan suku bangsa tidak pandang perbedaan agama, tidak pandang keturunan asli atau tidak asli.
Kegotong-royongan seluruh potensi nasional supaya dipraktekkan dibidang ekonomi, sosial, kebudayaan dan politik. Hanya musuh-musuh revolusi kaum imperialis dan kaum kontra revolusioner PRRI-Permesta-DI-TII, hanya mereka yang anti Manipol, kita tempatkan diluar kegotong royongan nasional. Kegotong-royongan seluruh potensi nasional merupakan senjata yang ampuh untuk mengatasi segala kesulitan Negara dan Rakyat dewasa ini, serta akan dapat menunaikan tugas tuntutan Revolusi.
2. Front Nasional.
Dalam mempertinggi kekuatan nasional itu, Front Nasional menduduki salah satu tempat yang penting. Dalam usul Dewan Pertimbangan Agung tadi itu antara lain diusulkan : (saya ungkapkan lagi sedikit) ''menggalang persatuan Rakyat Revolusioner berupa front nasional anti imperialis dibawah pimpinan bung Karno, sebagai landasan untuk membangkitkan aksi-aksi massa''.
Front Nasional itu adalah satu hal yang prinsipil fundamentil : sebab pembangunan semesta tidak mungkin berhasil tanpa mobilisasi tenaga semesta pula. Revolusi tak mungkin berjalan penuh tanpa ikut berrevolusinya seluruh Rakyat .
Perjuangan bangsa kita harus menggembleng dan menggempurkan persatuan daripada segala kekuatan-kekuatan revolusioner, menggembleng dan menggempurkan ''de samenbundeling van alle revolutionaire krachten in de natie''.
Front Nasional itulah dus yang harus menggalang semangat dan tenaga latent dikalangan Rakyat, dijadikan satu gelombang ke-holopis-kuntul-baris untuk menyelesaikan Revolusi.
3. Retooling.
A. Alat-alat Negara.
Alat-alat yang lama harus diganti. Oleh karena itu mutlak perlunya retooling. Dengan alat-alat yang lama saya maksudkan terutama aparat-aparat orang-orang pengabdi kolonialisme dan kapitalisme, orang-orang yang otak dan hatinya telah berdaki berkarat tak dapat mensesuaikan diri dengan Manifesto Politik-Usdek.
Sungguh alat-alat yang lama harus diretool. Dalam tahun ke-II Manifesto Politik-Usdek ini kita harus sungguh-sungguh ''aanpakken'' soal retooling ini benar-benar''. Masih banyak orang-orang dalam kalangan apparatur Negara yang tidak mengerti artinya tenaga massa dan semangat massa, bahkan menderita penyakit massa-phobi dan rakyat-phobi yaitu takut kepada massa dan takut kepada rakyat.
Jika ndoro dan jiwa den ayu itu harus kita cuci sama sekali, dan harus kita kikis sama sekali agar supaya Revolusi dapat berjalan benar-benar sebagai Revolusi Rakyat dan oleh karenanya berjalan seeffisien-effisiennya pula. Pelaksanaan retooling ini sebagai salah satu prinsip pelaksanaan Revolusi dari atas dan dari bawah mempunyai peranan yang menentukan.
Dari atas berarti dengan adanya retooling terhadap aparat dan sistim dari bawah berarti karena retooling apparat dan sistim dilakukan sesuai dengan desakan Rakyat dan didukung pula oleh Rakyat. Kalau hanya dari atas saja, maka itu bukan revolusinya massa dus bukan Revolusi ; kalau hanya dari bawah saja maka itu semacam rebelli.
Tentu saja pelaksanaan retooling ini tidak boleh menyimpang dari Program Revolusi. Ini perlu diperingatkan karena retooling ini bisa disalah gunakan oleh pihak-pihak tertentu. Retooling sesuai dengan Manifesto Politik-Usdek tidak bisa lain bahwa semua badan-badan perjuangan dan badan-badan pemerintah atau badan-badan ekonomi yang tidak sesuai dengan Undang-undang Dasar '45.
Telah bertentangan dengan Program Revolusi harus diganti, demikian pula sesuai dengan Jarek halaman 48, bahwa orang-orang yang diberi tugas, tapi tidak berhati penuh atau tidak pecus untuk melaksanakan Manipol harus diretool dan diganti dengan orang-orang yang benar-benar mau melaksanakan Manipol. Semua peralatan lama yang korup yang birokratis yang tidak mampu yang tidak seirama dengan tuntutan zaman harus diganti dengan peralatan baru yang membela kepentingan nasional Rakyat Indonesia.
B. Lembaga-lembaga Negara.
Dibentuknya DPAS, retooling dan dibangunkannya MPRS adalah sesuai dengan Undang-undang Dasar '45. Lembaga-lembaga ini merupakan alat demokrasi dan sekaligus merupakan alat revolusi.
C. Kepartaian dan Organisasi-organisasi massa.
Dibentuknya Front Nasional anti imperialis sebagai landasan untuk membangkitan aksi-aksi massa adalah sesuai dengan Manipol-Usdek. Retooling dalam bidang kepartaian dengan dibubarkannya partai-partai Masyumi-PSI yang membahayakan Negara adalah sesuai dengan perasaan dan pikiran Rakyat dan sesuai dengan tuntutan revolusi dewasa ini.;
Jangan mengira bahwa dengan ini Pemerintah memusuhi Islam. Memang ada orang-orang yang denga cara amat licin sekali menghasut-hasut bahwa Islam berada dalam bahaya. Hasutan yang demikian itu adalah hasutan yang jahat. Sebab pemerintah tidak membahayakan Islam sebaliknya malah mengagungkan semua agama. Pemerintah bertindak terhadap partai yang membahayakan Negara.
Akan tinggallah partai-partai yang mendukung Undang-undang Dasar '45 Manipol dan Usdek. Dengan tegas saya katakan disini bahwa partai-partai itu dengan memenuhi semua syarat-syarat perundang-undangan kepartaian diberi hak hidup, diberi hak bergerak, diberi hak perwakilan, sudah barang tentu dalam rangka Demokrasi Terpimpin. Partai-partai yang demikian itu dapat memberi sumbangan besar kepada terlaksananya Amanat Penderitaan Rakyat.
D. Ekonomi, produksi dan distribusi.
Retooling dibidang ekonomi dengan menjadikan ekonomi sektor negara memegang posisi komando, adalah sesuai dengan Ekonomi Terpimpin. Retooling ini perlu terus dilanjutkan sepaya dalam praktek sungguh-sungguh ekonomi sektor negara dapat memimpin ekonomi sektor partikelir.
Maksud retooling diperusahaan-perusahaan Negara dan disemua PT-PT Negara dengan membentuk dewan-dewan yang berkewajiban membantu pimpinan perusahaan untuk mempertinggi kwantitet dan kwalitet produksi dan untuk mengawasi kaum pencoleng-pencoleng, kaum koruptor-koruptor, kaum penipu-penipu, kaum pencuri-pencuri kekayaan Negara, adalah sesuai dengan tuntutan kaum buruh dan seluruh rakyat serta sesuai pula dengan tugas nasional daripada perusahaan-perusahaan Negara.
Tentang perlu segera adanya retooling RK-RT sebagai syarat untuk melancarkan distribusi barang-barang konsumsi adalah sesuai pula dengan harapan Rakyat banyak. Soalnya sekarang ialah retooling sesuai dengan maksud Manipol perlu segera dijalankan dan dicegah persalahgunaan wewenang Keadaan Perang.
4. Irian Barat.
Berdasarkan pengalaman-pengalaman politik pembebasan Irian Barat dari Kabinet-kabinet yang lalu disamping kenyataan sikap kepala batu kolonial Belanda yang makin memperkuat pendudukan militernya di Irian Barat dan berhubung dengan penemuan kembali Revolusi Indonesia pada garis Undang-undang Dasar '45, maka adalah satu keharusan bahwa Kabinet Kerja melaksanakan politik pembebasan Irian Barat secara revolusioner menurut bahasa tersendiri Revolusi Nasional Indonesia.
Politik kita terhadap Belanda dalam soal Irian Barat adalah politik konfrontasi antara segala kekuatan nasional kita dengan Belanda. Dengan demikian bila dianggap perlu sesuai dengan iklim politik pada satu saat Pemerintah bersama dengan seluruh Rakyat Indonesia dapat melakukan tindakan secara sepihak terhadap Belanda mengenai soal Irian Barat.
Dalam keadaan yang demikian itu, tidak ada gunanya lagi hubungan diplomatik dengan negeri Belanda. Tadi pagi telah saya perintahkan Departemen Luar Negeri memutuskan hubungan diplomatik dengan negeri Belanda. Dengan garis politik diatas menjadi jelas sikap politik R.I. dan rakyat Indonesia mengenai Irian Barat.
Ini berarti bahwa didalam dan diluar negeri kita harus menggalang segala kekuatan menghadapi segala kemungkinan jalan lain dan melakukan tindakan-tindakan dalam bidang ekonomi terhadap kepentingan Belanda dan kaum imperialis lainnya yang membantu Belanda dalam soal Irian Barat.
5. Keamanan.
Mengenai keamanan dalam arti khusus maka kita harus :
Pertama : Melakukan operasi-operasi tempur yang semakin hebat dan semakin sempurna untuk dengan pukulan-pukulan yang dasyat menggempur menghancurkan gerombolan-gerombolan pengacau tadi.
Kedua : Melakukan operasi-operasi territorial yang semakin hebat dan semakin sempurna untuk memisahkan gerombolan dari dukungan masyarakat dan mengembalikan serta menegakkan kembali kewibawaan Negara baik strukturil menegakkan kembali alat-alat pemerintahan dari atas sampai kebawah maupun idiil meng-Usdek-kan seluruh masyarakat berbarengan dengan rehabilitasi sosial ekonomis.
Ketiga : inipun mutlak perlu : mengintensifkan operasi-operasi mental dan khusus penertiban dan penyehatan alat-alat Negara sipil dan militer, baik teknis maupun ideologis, sebagai yang telah ditentukan dalam Manifesto Politik.
keempat : Dengan makin hebatnyadan makin sempurnanya operasi-operasi ke-I, ke-II, ke-III tadi, maka akan lebih banyak pula jumlah gerombolan yang kembali kepangkuan Republik sebagaimana dimungkinkandan disyaratkan dalam Manifesto Politik.
Kelima : Semua usaha-usaha yag saya sebutkan itu harus dirampungkan (dibulatkan) dengan tindakan-tindakan follow-up sebagai operasi-operasi lanjutan untuk rehabilitasi daerah dan pembangunan didaerah, sehingga tercapailah konsolidasi dan stabilisasi territorial, guna mencapai normalisasi dan pengakhiran Keadaan Bahaya.
Pokoknya sekarang ialah supaya diakhirilah pensalahgunaan atau penggunaan kesempatan oleh siapapun juga adanya SOB (adanya Keadaan Bahaya) untuk menggemukkan kantong sendiri. Dan selalu harus diinsyafi bahwa soal keamanan bukanlah soal bagi tentara saja, bukan soal bagi tentara saja bukan soal bagi polisi saja melainkan satu soal Rakyat seluruhnya.
Kita belum boleh puas dengan hasil-hasil yang telah tercapai. Kita masih perlu mengerahkan segenap urat-urat dan segenap otot-otot lagi, kita masih perlu lebih giat dan lebih hebat memaksimumkan semua usaha agar dalam waktu dua tahun lagi (sampai 17 Agustus 1962). Insya Allah tercapailah keamaan diseluruh wilayah Republik.
6. Politik Luar Negeri.
Kita tidak netral, kita tidak penonton kosong daripada kejadian-kejadian di dunia ini, kita tidak tanpa prinsip, kita tidak tanpa pendirian. Kita menjalankan politik bebas itu tidak sekedar secara ''cuci tangan'' tidak sekedar secara defensif, tidak sekedar apologetis.
Kita aktif, kita berprinsip, kita berpendirian ! Prinsipe kita ialah terang Panca Sila, pendirian kita ialah aktif menuju kepada perdamaian dan kesejahteraan dunia, aktif menuju kepada persahabatan segala bangsa, aktif menuju lenyapnya exploitation de l'homme par l'homme, aktif menentang dan menghantam segala macam imperialisme dan kolonialisme dimanapun dia berada.
Penderitaa kita yang ''bebas dan aktif'' itu secara aktif pula setapak demi setapak harus dicerminkan dalam hubungan ekonomi dengan luar negeri agar supaya tidak berat sebelah ke Barat atau ke Timur.
7. Mempertinggi peradaban dan indoktrinasi Manipol.
Dalam Jarek Presiden menanya Dapatkah sosialisme diselenggarakan oleh bangsa yang buta huruf. Saya komandokan sekarang supaya buta huruf itu habis sama sekali pada akhir tahun 1964 ! Dan saya komandokan kepada semua sekolah-sekolah dan universitas-universitas supaya semua murid mahasiswa-mahasiswa di Usdek-kan da di Manipolkan.
8. Tanah untuk Tani.
Landreform disatu fihak berarti penghapusan segala hak-hak asing dan konsesi-konsesi kolonial atas tanah dan mengakhiri penghidupan feodal secara berangsur-angsur dilain fihak landreform berarti memperkuat dan memperluas pemilikan tanah untuk seluruh Rakyat terutama kaum tani.
Ya, tanah tidak boleh menjadi alat penghisapan! Tanah untuk Tani! Tanah untuk mereka yang betul-betul mengharap tanah! Tanah tidak untuk mereka yang dengan duduk ongkang-ongkang menjadi gemuk gendut karena menghisap keringatnya orang-orang yang disuruh mengharap tanah itu.
Melupakan tugas melawan keterbelakangan feodal berarti tidak membebaskan kaum tani dari penghisapan kaum lintah darat dan tuan tanah, berarti tidak menarik sebagian besar dari Rakyat Indonesia ke dalam geloranya revolusi. Jalan ini adalah jalan yang salah ibarat orang bertarung memakai satu tangan.
Membebaskan kaum tani dari beban-beban feodal dan memberikan kepada mereka sebidang tanah garapan menghapuskan sistim tuan tanah akan menimbulkan elan revolusioner dikalangan kaum tani serta dapat membawa mereka kedalam arus revolusi untuk menyelesaikan tuntutan-tuntutan revolusi Agustus 1945. Dengan menjalankan landreform secara konsekwen dan menguntungkan massa luas daripada kaum tani Revolusi akan terus menaik dan kemenangan Revolusi berarti diambang pintu.
9. Pelaksana.
Oleh karena itulah maka orang-orang yang diberi tugas tapi tidak berhati penuh atau tidak pecus untuk melaksanakan Manifesto Politik Usdek harus diretool! Tetapi Saudara-saudara juga, Saudara-saudara dari kalangan Rakyat, Saudara-saudara tak luput dari memikul kewajiban ! Saudara-saudara yang sedar, harus aktif menyumbangkan tenaga realisasi Maipol-Usdek itu.
Saudara-saudara yang belum sedar yang tidak mengerti sedikitpun tentang Manipol-Usdek apalagi pelaksanaan Manipol-Usdek, saudara-saudara yang demikian itu harus di indoktrinasi harus disadarkan harus dikocok di hoyak-hoyak, ditempa, digembleng, sampai betul-betul mereka menjadi sedar, dan menjadi orang-orang yang menyumbang secara aktif menyumbang secara dinamis revolusioner.
Serahkanlah jiwa ragamu mutlak ! Sekali lagi serahkanlah jiwa-ragamu mutlak ! Sebab Tuhan benci kepada orang yang setengah-setengah. Benar sekali tergantung pada orang-orang yang harus melaksanakan ! Khususnya orang-orang yang diberi tugas umumnya orang-orang 90.000.000 jiwa yang bernama Rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. ''Tenslotte beslist de mens'', inilah sifat Frietz Sternberg yang saya gemar sekali minsitirkannya. ''Pada akhirnya manusialah yang menentukan''. Manusia yang betul-betul revolusioner yang salah satu cirinya ialah satunya kata dengan perbuatan, satunya mulut dengan tindakan.
Jakarta, 19 Januari 1961.
Baca juga selanjutnya di bawah ini :
Baca juga selanjutnya di bawah ini :
Post a Comment for "Penegasan tentang cara-cara melaksanakan manipol"