Sifat, watak dan hakekat Revolusi Indonesia
Sifat, watak dan hakekat Revolusi Indonesia
Manipol disusun atas pengalaman-pengalaman yang sudah-sudah. Maksudnya ialah sampai kita menyia-nyiakan segala korban yang telah diberikan oleh Rakyat kita kepada perjuangan kemerdekaan ini. Karena itu, maka Manipol lebih dulu menegaskan apakah persoalan-persoalan pokok yang dihadapi oleh Revolusi kita.Rangkaian persoalan-persoalan pokok ini meliputi 5 hal, yaitu :
1. Dasar/Tujuan dan kewajiban-kewajiban Revolusi Indonesia,
2. Kekuatan-kekuatan sosial Revolusi Indonesia,
3. Sifat Revolusi Indonesia,
4. Hari depan Revolusi Indonesia,
5. Musuh-musuh Revolusi Indonesia.
Para pendengar sekalian, dalam keseluruhan ini Manipol itu, maka sebagai benang merah nampak jelas kepada kita sekalian, yakni : jiwa dan semangat anti-imperialisme dan anti-kolonialisme. Keseluruhan jiwa Manipol bernafas satu, yakni bahwa Revolusi Indonesia adalah Revolusi Nasional, dan bahwa Revolusi Nasional itu menentang imperialisme dan kolonialisme.
Malahan dalam membanding-bandingkan Revolusi kita itu dengan lain-lain Revolusi didunia ini, umpama dengan revolusi Perancis tahun 1789, dan dengan revolusi Soviet tahun 1917 di Rusia, maka jelas-jelas Manipol menegaskan bahwa Revolusi Indonesia bukanlah Revolusi borjuis model tahun 1789 di Perancis dan bukan pula Revolusi proletar model tahun 1917 di Rusia.
Kewajiban Revolusi Indonesia bukan mendirikan kekuasaan kaum borjuis atau kapitalis untuk menindas Rakyat banyak yang dulunya diajak berrevolusi itu; pula bukan kewajiban Revolusi Indonesia untuk mendirikan sesuatu kediktatoran kaum proletar.
Dan andaikata-pun ada pihak-pihak yang hanya terpesona oleh cita-cita dan jiwa revolusi Perancis saja, atau yang hanya terpesona oleh cita-cita dan jiwa revolusi Soviet saja, maka kondisi dan situasi Indonesia akan meyakinkan kepada mereka itu bahwa sifat, watak dan hakekat Revolusi Indonesia adalah berlainan.
Indonesia tidak mengenal borjuis Eropa Barat atau mengenal kapitalis-kapitalis sebesar gajahnya kapitalisme Amerika ; Sebaliknya Indonesia tidak mengenal lapisan proletar khusus yang sebagai penjual tenaga kepada pabrik-pabrik milik si-kapitalis mengisi keseluruhan masyarakat Indonesia.
Masyarakat Indonesia menurut analisanya banyak pemimpin-pemimpin kita terutama analisanya Bung Karno secara menonjol hanya terisi oleh kaum Marhaen, kaum kecil, yang baik sebagai buruh, tani, nelayan, beambte dan ambtenar-ambtenar kecil dsb, telah dimelaratkan dan dimiskinkan oleh kolonialisme, sedangkan kaum pertengahannya dan kaum atasannya sudah lama dihancurkan oleh handels-kapitalismenya Belanda dan kemudian oleh finanz-kapitalismenya Belanda.
Karena itu, maka sifat Revolusi Indonesia adalah nasional dan bersama dari semua kelas dan semua golongan yang menentang imperialisme dan kolonialisme. Pendeknya Revolusi Indonesia tidak hendak mendirikan kekuatan segolongan atasan saja, pula tidak hendak mendirikan kekuasaan kediktatoran kaum proletar, tapi harus mendirikan kekuasaan gotong-royong, kekuasaan demokratis yang menjamin terkonsentrasinya seluruh kekuatan Nasional, seluruh kekuatan Rakyat.
Para pendengar sekalian, bila saya tadi menyebut perkataan ''gotong-royong'' dalam hubungan mendirikan kekuasaan gotong-royong, janganlah ini diartikan komunis-komunisan, melainkan yang saya maksud dengan gotong-royong ialah perahan daripada Pancasila, yang oleh Presiden Sukarno sejak 1 Juni 1945 dulu itu selalu ditandaskan, bahwa Pancasila dapat kita peras menjadi Tri-Sila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi, dan bila Tri-Sila ini kita peras lagi, maka menjadilah ia Eka-Sila, yaitu: Gotong-royong.
Para pendengar sekalian peganglah teguh sifat Revolusi Indonesia ini. Camkanlah benar-benar dan sadarilah benar-benar. Saya ulangi lagi, bahwa sifat Revolusi kita ini adalah nasional ; dan dimana bidang nasional itu meliputi banyak bidang, maka Revolusi Indonesia bergerak dibanyak bidang itu ; dus karena itu tampaknya : multi-kompleks.
Dan bila kita sejajarkan Revolusi kita ini dengan revolusi-revolusi yang sedang bergelora diseluruh benua Asia-Afrika, maka tepat apa yang dikatakan oleh Presiden kita di Sidang Umum PBB yang baru lalu, bahwa kita dewasa ini hidup dalam ''era of nation building'', yaitu revolusi pembentukan-pembentukan bangsa-bangsa, dimana ''natives'' menjadi ''nationals'' dimana si-inlander-pribumi menurut istilahnya kolonialis Belanda menjadi bangsa-bangsa. Dan keinginan untuk menjadi bangsa-bangsa yang merdeka inilah merupakan salah satu dorongan yang kuat bagi kemajuan ummat manusia.
Baca juga selanjutnya di bawah ini :
Baca juga selanjutnya di bawah ini :
Post a Comment for "Sifat, watak dan hakekat Revolusi Indonesia"