Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pidato Prof. Snouck tentang pergerakan rakyat Indonesia

Pidato Prof. Snouck tentang pergerakan rakyat Indonesia 

Toch.........bukan imperialisme, bukan anggota-anggota imperialisme bukan sahabat-sahabat imperialisme, bukan Treub, bukan Trip, bukan Colijn, bukan Bruineman, bukan fruin, bukan Alimosa, bukan Wormser yang kini berada dimuka mahkamah Tuan-tuan Hakim, tetapi kami : tetapi Gatot Mangkupraja, tetapi Maskon, tetapi Supriadinata, tetapi Sukarno.

Apa boleh buat, biarlah nasib pemimpin begitu ! Kami tidak merasa salah. Kami merasa bersih, kami tidak merasa melanggar hal-hal yang dituduhkan, sebagai nanti akan lebih jelas kami terangkan. Kami oleh karena itu, memang mengharap-harap dan menunggu-nunggu Tuan-tuan punya putusan bebas, mengharap-harap moga-moga Tuan-tuan mengambil putusan vriyspraak adanya.

Tetapi, Tuan-tuan Hakim, marilah kami melanjutkan kami punya pidato-pembelaan : Pergerakan rakyat Indonesia bukanlah bikinannya kaum ''penghasut''. Juga sebelum ada ''penghasut'' itu, juga zonder ada ''penghasut'' itu, maka udara Indonesia sudahlah penuh dengan hawa kesedihan merasakan kesengsaraan, dan oleh karenanya, penuh pula dengan hawa keinginan menghindarkan diri dari kesengsaraan itu.

Sejak puluhan-puluhan tahun udara Indonesia sudah penuhlah dengan hawa-hawa  yang demikian itu. Sejak puluhan-puluhan tahun rakyat-rakyat Indonesia itu hatinya selalu mengeluh, hatinya selalu menangis menunggu-nunggu datangnya wahyu yang akan menyalakan api pengharapan didalamnya, menunggu-nunggu datangnya mantram yang bisa menyanggupkan sesuap nasi dan sepotong nasi dan sepotong kain kepadanya.

Gambar Prof. Snouck

Pidato Prof. Snouck tentang pergerakan rakyat Indonesia

Haraplah memfikirkan, Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu datangnya ''Ratu-adil'' apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya sampai ini hari masih terus menyalakan harapan rakyat, apakah sebabnya sering sekali kita mendengar khabar bahwa di desa ini atau di desa itu telah muncul seorang ''Imam-Mahdi'' atau ''Heru Cakra'' atau turunan seorang dari Wali-Sanga.

Tak lain tak bukan ialah oleh karena hati rakyat yang menangis itu tak berhenti-henti tak habis-habis menunggu-nunggu atau mengharap-harap datangnya pertolongan sebagaimana orang yang berada didalam kegelapan tak berhenti-berhenti pula saban menit, saban sekon menunggu-nunggu dan mengharap-harap; ''kapan, kapankah matahari terbit!'' O, siapa yang mengerti akan sebab-sebab yang lebih dalam ini siapa yang mengerti akan diepere onderground daripada kepercayaan rakyat ini sebagaimana yang diterangkan pula oleh Prof. Snouck Hurgronye didalam brochurenya ''Vergeten Yubiles.

Tentu sedih dan ikut menangislah hatinya kalau ia saban-saban kali mendengar suara rakyat meratap : kapan, kapankah Ratu Adil datang'', tentu sedih dan menangislah hatinya pula dan tidak tertawa jika kalau ia saba-saban kali melihat lakasnya dan setianya rakyat menyerahkan diri kedalam tangannya sesuatu orang kyai atau dukun yang menyebutkan diri ''Heru Cakra'' atau ''Ratu Adil'' adanya.

 Selama kaum intellect Bumi putera belum bisa mengemukakan keberatan-keberatan bangsanya, maka keributan-keributan yang demikian itu adalah peledakan yang semestinya dari pada dendam hati dan memerintah rakyat dengan tidak memperdulikan keinginan-keinginan dan kepentingan-kepentingan rakyat itu dan dengan tidak mengambil keinginan-keinginan rakyat itu sebagai arah haluan pemerintahannya.

Bagaimana sekarang besar jumlahnya orang bangsa Indonesia yang senantiasa dengan terus-terang bersedia akan berdiri dibelakangnya seorang intellectueel bangsanya sendiri yang membela mereka punya kepentingan walaupun mereka ''belum matang'' buat mengerti semua teori-teorinya begitu pula rakyat itu dulu seringkali suka mengikuti pemimpin-pemimpin yang menyanggupkan kebebasan sesangsara kepadanya dengan menginjak jalan-jalan rahasia atau yang dengan jalan sembunyi mengumpulkan tentara untuk berperang sambil dengan kaum kafir bilamana ada kesempatan baik.

Rakyat itu tak bisalah mengerti bahwa itu percobaan membuka dunia dengan jalan yang sama sekali kurang sempurna tentu akan sia-sialah belaka dan itulah sebabnya yang tiap-tiap orang yang menyanggupkan kepadanya seorang ratu adil atau orang mahdi, lantas sajalah dipandangnya sebagai orang nabi.

Syarat-syarat hidup yang perlu-perlu yang menurut perasaannya adalah tak dikasihkan kepadanya oleh kodrat alam, oleh jalannya keadaan-keadaan yang biasa, atau oleh si pemerintah asing, mereka cobalah merebutnya dengan jalan yang gaib dengan menentukan turunnya pertolongan Tuhan.

Baca juga selanjutnya di bawah ini :

Post a Comment for "Pidato Prof. Snouck tentang pergerakan rakyat Indonesia"