Akibat serangan umum Belanda (1 Maret 1949).
Akibat serangan umum Belanda (1 Maret 1949).
Agresi Militer Belanda sempat membuat kesatuan TNI dan kekuatan bersenjata lainnya terpencar-pencar dan tidak terkoordinasi degan baik. Namun melalui jaringan komunikasi yang ada, para pejuang akhirnya dapat kembali melakukan koordinasi dan komunikasi.
Komunikasi yang terjalin tidak hanya sebatas antara pejuang di Jawa atau Sumatera saja, namun juga antara Jawa-Sumatera atau sebaliknya. Adapun contoh-contohnya adalah sebagai berikut :
a. Pada tanggal 29 Januari 1949 Kolonel T.B. Simatupang di Jawa Tengah mengirim telegram kepada Ketua PDRI Syafrudin Prawiranegara di Sumatera Barat.
b. Pada tanggal 12 Februari 1949 Kolonel A.H. Nasution selaku Panglima Komandan Jawa, melalui telegram berhasil melaporkan tentang koordinasi antara sipil dan militer dalam Komisariat Pemerintah Pusat di Jawa (KPPD).
c. Pada tanggal 17 Februari 1949, Menteri Kemakmuran I.J. Kasimo mengirim telegram ke Sumatera berisi laporan tentang perkembangan pemerintahan di Jawa sejak dikuasainya Yogyakarta oleh Belanda.
Bersama dengan upaya konsolidasi nasional di bawah PDRI, TNI sendiri juga menyusun suatu strategi guna melakukan serangan balik terhadap posisi militer Belanda, sesuai dengan Surat Perintah Siasat No.1. TNI terus bergerilya sehingga Belanda terpaksa memperbanyak pos-pos penjagaan dan pengawasan sepanjang jalan besar yang menghubungkan kota-kota yang telah didudukinya.
Strategi TNI ini menjadikan Belanda hanya mampu menguasai daerah pendudukannya pada siang hari saja. Dalam kondisi seperti ini kemudian muncul ide untuk melakukan serangan umum terhadap posisi Belanda di kota Yogyakarta. Sesuai dengan Surat Perintah Siasat No.1, setiap komandan TNI diberi kebebasan untuk menentukan waktu yang tepat dalam melakukan serangan, termasuk serangan umum sekaligus bertanggung jawab dalam pembentukan daerah-daerah pertahanan yang disebut Wehrkreise.
Serangan umum ditetapkan pada tanggal 1 Maret 1949 di bawah pimpinan Letkol. Suharto. Ia adalah Komandan Brigade 10 dan Komandan Gerilya didaerah Wehrkreise III Yogyakarta. Belanda yang tidak menduga akan mendapat serangan tidak sempat melakukan koordinasi untuk menahan serangan.
Dalam waktu yang singkat TNI berhasil memukul semua posisi pasukan Belanda. Serangan Umum ini akhirnya berhasil menduduki Yogyakarta selama enam jam. Pada tanggal 2 Maret 1949 (keesokan harinya) peristiwa Serangan Umum 1 Maret dilaporkan oleh R. Sumardi ke pemerintah PDRI di Bukittinggi melalui radiogram.
Berita ini kemudian disampaikan pula kepada Maramis, diplomat RI di New Delhi India dan L.N. Palar diplomat RI di New York, AS. Keberhasilan TNI menduduki Yogyakarta selama enam jam membawa dampak positif sebagai berikut :
a. Meningkatkan semangat para pejuang RI dan di sisi lain menurunkan mental Belanda.
b. Dijadikan dasar para diplomat RI dan negara-negara yang bersimpati untuk membawa permasalahan Indonesia ke forum PBB.
c. Mempengaruhi sikap para pemimpin negara federal (BFO) yang semula mendukung setiap tindakan Belanda menjadi berbalik bersimpati terhadap RI.
d. Menunjukkan kepada dunia bahwa pasukan TNI masih memiliki kekuatan.
e. Membuka mata dan menyadari dunia bahwa sebenarnya negara RI ada dan belum dikuasai Belanda.
Baca juga selanjutnya di bawah ini :
Baca juga selanjutnya di bawah ini :
Post a Comment for "Akibat serangan umum Belanda (1 Maret 1949). "