Dalam buku Okakura
Dalam buku Okakura
Seni hanyalah bisa subur dikalangan rakyat-rakyat yang hidup merdeka saja. Dia sebenarnya adalah alat hidup dan buahnya itu rasa kemerdekaan yang kita sebutkan semangat bangsa. Ini adalah ucapan-ucapan belaka. Praktiknya ? Marilah kita misalnya mendengarkan pidatonya Dr. Sun Yat Sen tentang San Min Chu I, dimana rakyat Tiongkok ini, sesudahnya menunjukkan bahwa Tiongkok sebenarnya ialah tidak mempunyai kemerdekaan nasional yang sejati melainkan malahan ada suatu ''hypo-colony'', menggambarkan terganggunya rumah tangga Tiongkok itu dengan kata-kata :
Tatkala Tiongkok dengan bangsa-bangsa lain ada berdiri diatas alas politik yang sama maka dia bisalah bersaingan merdeka dengan bangsa-bangsa itu diatas lapangan ekonomi, dan dia bisalah mempertahankan diri dengan tak membuat kesalahan.
Tetapi sesudah bangsa-bangsa asing itu memperusahakan kekuasaan politiknya sebagai suatu tameng bagi maksud-maksudnya rezeki maka Tiongkok lantas tak bisa lagi mempertahankan diri atau bersaing dengan bangsa-bangsa itu.
Dan sekarang sesudah kemerdekaan nasional dari negeri Tiongkok itu makin lama makin teguh, maka ahli fikir Inggris H.G. Wells adalah menulis : Pada jaman sekarang ini bisa jadi adalah bekerja lebih banyak otak dan lebih banyak orang-orang yang setia hati mengerjakan moderniseering dan reoganisatienya kesopanan Tiongkok, daripada dibawah directienya bangsa Eropa yang manapun juga.
Gambar Buku Okakura
Dan praktiknya di Indonesia ? Adakah praktiknya disini membenarkan keyakinan P.N.I. bahwa negeri yang tak merdeka itu memang segala atau bagian daripada aturan-aturan dan syarat-syarat hidupnya dipengaruhi di ''cap'' kan diperuntukkan bagi kepentingan-kepentingan imperialistis, yang bertentangan dengan Bumiputera itu?
Praktik adalah disini membenarkan dengan sepenuh-penuhnya ! Kita melihat, bahwa untuk sempurnanya industrieel-imperialisme itu berusaha disini, maatschappij kita diproletariseerkan, kita dijadikan ''rakyat kaum buruh'', kita mengetahui, bahwa kaum imperialisme yang butuh akan tanah murah dan kaum buruh murah itu.
Sebagai diterangkan oleh Prof. Van Gelderen, mempunyai kepentingan didalam rendahnya produktivitet kita punya pergaulan hidup en dus sengaja pula merendahkan produktivitet itu dan melawan keras akan tiap-tiap usaha bangsa Bumiputera yang mau menaikkan produktivitet itu.
Lihatlah jika kalau kita mau memajukan perusahaan kita kebon teh dan pabrik teh, jika kalau kita mendirikan national Bank di Surabaya, jika kalau kita mau mendirikan suatu scheepstransportmaatschappij Indonesia, maka menjadilah kaum imperialisme itu geger perkara itu ''pucukbeweging'', geger perkara keniatan pemerintah mau mengasihkan hak crediet-verband pada bank national itu.
Geger memaki-maki didalam pers dan didalam kalangan pelajaran atas maksud mendirikan scheepstransportmaatschappij itu adanya, dan kita melihat kaum imperialisme itu, sebagai yang kami telah kemukakan didalam verhoor, menjalankan pengaruhnya, invloedya, ya tyrannienya.
Baca juga selanjutnya di bawah ini :
Post a Comment for "Dalam buku Okakura"