Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gerakan Darul Islam (DI/TII) di empat daerah

Gerakan Darul Islam (DI/TII) di empat daerah

Di Indonesia terdapat gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang terdapat di empat (4) daerah yang saya terapkan dan juga saya jelaskan pemimpin-pemimpinnya yaitu :

a. Di daerah Jawa Barat.

Sejak ditandatangani perjanjian Renville pasukan TNI harus meninggalkan Jawa Barat dan hijrah ke Jawa Tengah. Sukarmadji Kartosuwiryo sebagai pemimpin pasukan Hisbullah dan Sabilillah tidak ikut hijrah. Dia berkeinginan mendirikan Negara Islam Indonesia.

Sukarmadji Kartosuwiryo gerakan Darul Islam dan seluruh pasukannya dijadikan Tentara Islam Indonesia. Pasukan Kartosuwiryo mengancam berdirinya Republik Indonesia yang sah. Untuk menghadapi gerakan Tentara Islam Indonesia, pasukan TNI melaksanakan operasi Pagar Betis. Pasukan Kartosuwiryo semakin terdesak. Kartosuwiryo tertangkap di Gunung Geber pada tanggal 4 Juli 1962 dan dijatuhi hukuman mati.

b. Darul Islam/Tentara Islam Indonesia di Sulawesi Utara.

Pimpinannya adalah Kahar Muzakar. Laskar-laskar rakyat Sulawesi Selatan disatukan menjadi APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat). Kahar Muzakar akan menjadi pimpinan APRIS. Anggota dari KGSS (Komando Gerilya Sulawesi Selatan) juga diminta Kahar Muzakar masuk menjadi anggota APRIS.

Namun Kahar Muzakar selalu tidak puas dengan keputusan pemerintah bahkan menyatakan bahwa wilayah Sulawesi Selatan menjadi bagian NII pimpinan Kartosuwiryo di Jawa Barat. Gerakan Kahar Muzakar perlu ditumpas. Penumpasan mengalami berbagai kesulitan namun akhirnya Kahar Muzakar berhasil ditembak mati, oleh pasukan Tentara Negara Indonesia pada bulan Februari 1965.

c. Darul Islam/Tentara Islam Indonesia di daerah Aceh.

Pimpinan Daud Beureuch. Setelah Negara Indonesia kembali menjadi NKRI 1950, daerah Aceh yang semula daerah Istimewa diturunkan menjadi Karesidenan di bawah provinsi Sumatera Utara. Kebijakan pemerintah ditentang oleh Daud Beureuch.

Sebagai realisasinya pada tanggal 21 September 1953 menyatakan penyatuan Aceh ke dalam NII pimpinan Kartosuwiryo. Usaha pemerintah untuk mengatasi gerakan Beureuch disamping dengan kekuatan senjata juga dengan musyawarah bersama rakyat Aceh. Musyawarah itu atas inisiatif Kolonel Yasin, Panglima I. Musyawarah berhasil menyelesaikan masalah. 

d. Darul Islam/Tentara Islam Indonesia di Kalimantan Selatan.

Pimpinan Ibnu Hajar. Gerakan Ibnu Hajar bernama ''Kesatuan Rakyat Yang Tertindas'' (KRYT). Untuk memperkuat kedudukan dia meminta bantuan Kahar Muzakar dan Kartosuwiryo. Kahar Muzakar bertekat untuk bergabung dengan NII Kartosuwiryo. Kahar Muzakar dijadikan Panglima TII Kalimantan Selatan. Pemerintah berhasil mengatasi gerakan Ibnu Hajar tahun 1963. Pada bulan Maret 1965 pengadilan Militer menjatuhkan hukuman mati Ibnu Hajar. 

Baca juga selanjutnya Tiga kegiatan kontak sosial dan faktornya

Post a Comment for "Gerakan Darul Islam (DI/TII) di empat daerah"