Kisah Ken Arok mendapatkan Ken Dedes jaman Kerajaan Singasari
Kisah Ken Arok mendapatkan Ken Dedes jaman Kerajaan Singasari
Selamat datang masih berjumpa lagi dengan saya semoga masih diberi kesehatan jasmani dan rohani di dalam lindunganNya. Saya yang selalu memberikan sedikit informasi tentang sejarah Kerajaan Singasari semoga dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah wawasan tentang sejarah di Indonesia.
Kerajaan Singasari merupakan salah satu kerajaan yang selalu mengalami pertumpahan darah setiap masa peralihan kekuasaannya. Keberadaan Kerajaan Singasari dibuktikan melalui candi-candi masa Kerajaan Singasari yang dibangun di daerah Jawa Timur, tepatnya di sepanjang daerah Singasari sampai Malang.
Selain itu, informasi juga dapat diperoleh dari Kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca masa Kerajaan Majapahit da Kitab Pararaton yang juga dibuat pada masa Kerajaan Majapahit. Melalui sumber-sumber yang ditemukan tersebut maka kehidupan masyarakat masa Kerajaan Singasari dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Bidang Politik
Dalam Kitab Pararaton diceritakan bahwa Ken Arok semula adalah penduduk desa biasa dengan ibu bernama Ken Endog. Setelah dewasa dia tertarik kepada kecantikan Ken Dedes yang mempesona. Ken Dedes adalah istri dari Tunggul Ametung, seorang akuwu (kepala desa) di Tumapel, agar mendapatkan Ken Dedes, dia membunuh Tunggul Ametung.
Dia akhirnya mendapatkan Ken Dedes dan mejadi akuwu di Tumapel. Dia akhirnya melakukan pemberontakan ke Kediri degan bantuan kaum brahmana. Raja Kediri Kertajaya menyerah tahun 1222 M di desa yang bernama Genter. Setelah berhasil mengalahkan Kertajaya maka Ken Arok menobatkan dirinya sebagai raja di Kerajaan Singasari dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Bhattara Sang Amurwabhumi.
Dia juga sebagai pembentuk dinasti di Singasari dengan nama Dinasti Rajasa atau Dinasti Girindra. Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Kertanegara yang bergelar Sri Maharaja Diraja Sri Kertanegara. Dia berhasil memperluas kekuasaan Kerajaan Singasari. Dalam usahanya memperbesar kerajaan Raja Kertanegara melakukan beberapa hal sebagai berikut :
1. Melakukan ekspedisi ke luar Pulau Jawa, seperti ekspedisi Pamalayu guna menjalin persahabatan dengan Kerajaan Malayu tahun 1275, dan ekspansi ke Bali tahun 1284, karena Bali tidak mau tunduk kepada Singasari.
2. Menumpas berbagai pemberontakan seperti pemberontakan Mahisa Rangkah.
3. Menyingkirkan lawan-lawan politik Singasari seperti Kebo Arema dijadikan adhyaksa di Tumapel, dan Arya Wiraraja dijadikan bupati Madura.
4. Membuat agama baru yang bernama agama Tantrayana (gabungan agama Syiwa dan Buddha) dipimpin oleh Dharma Dhyaksa.
5. Melakukan perkawinan politik seperti mengawinkan putrinya dengan Raden Wijaya dan putri lainnya dengan Ardharaja (putra Raja Jayakatwang dari Kediri), serta mengawinkan saudaranya dengan Raja Jaya Singawarman IV dari Kerajaan Campa.
Walaupun pada masa Kertanegara Singasari mencapai puncak kejayaan namun terdapat dua ancaman yang cukup berarti. Salah satu ancaman menyebabkan berakhirnya kekuasaan Kerajaan Singasari. Ancaman pertama datang dari Kerajaan Mongol. Waktu itu Kerajaan Mongol di bawah Kubilai Khan mengirimkan utusan ke Singasari agar Singasari mau mengakui kekuasaan Mongol.
Namun utusan Mongol, Meng-Chi justru malah dipotong telinganya oleh sang raja, pertanda menolak. Ancaman kedua datang dari Raja Kediri yang bernama Jayakatwang tahun 1292. Kediri sebenarnya masih berada di bawah kekuasaan Singasari.
Serangan dari Jayakatwang ini menyebabkan terbunuhnya Raja Kertanegara sehingga berakhirlah kekuasaan Singasari. Setelah Kertanegara meninggal dia didharmakan atau diberi penghargaan di Candi Singasari sebagai Bhairawa dan di Candi Jago sebagai Syiwa Buddha.
b. Bidang Ekonomi
Pada bidang ekonomi tidak ditekankan secara jelas. Sumber-sumber yang ada tidak menekankan hal tersebut. Namun dari fakta yang ada dapat disimpulkan bahwa kehidupan ekonomi Kerajaan Singasari ditekankan pada pertanian, perdagangan, dan pelayaran. Hal ini dimungkinkan karena keadaan tanahnya yang subur, terdapat dua aliran sungai, yaitu Sungai Brantas dan Sungai Bengawan Solo.
c. Bidang Sosial Budaya
Kerajaan Singasari juga dapat dikatakan maju. Bidang budaya misalnya, terdapat peninggalan-peninggalan bangunan monumental yang indah. Peninggalan tersebut seperti Candi Kidal, Cnadi Jago, dan Candi Singasari beserta patung Joko Dolok yang merupakan perwujudan Kertanegara.
Bidang sosial juga terbilang cukup bagus keadaan masyarakat damai, aman, dan tenteram. Terjalin kerja sama dan sikap toleransi yang tinggi antar masyarakat. Hal ini terjadi karena masyarakat dan keluarga kerajaan begitu taat beribadah. Hal ini terbukti dengan munculnya agama baru bernama Tantrayana dengan kitab sucinya Tantra.
Agama ini muncul sejak pemerintahan Wisnuwardhana dan mencapai puncaknya pada pemerintahan Kertanegara. Diceritakan pula bahwa saat diserang oleh Raja Jayakatwang, Raja Kertanegara sedang melakukan upacara peribadatan Tantrayana dengan para pendeta, rakyat, dan para menteri.
Baca juga selanjutnya di bawah ini :
Baca juga selanjutnya di bawah ini :
Post a Comment for "Kisah Ken Arok mendapatkan Ken Dedes jaman Kerajaan Singasari"