Hasil kebudayaan pada masa pra aksara (sejarah)
Hasil kebudayaan pada masa pra aksara (sejarah)
Pada masa pra aksara kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan ini sangat sederhana. Mereka tak ubahnya seperti kelompok hewan, karena tergantung pada apa yang di sediakan oleh alam. Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia tinggal di alam terbuka seperti hutan, di tepi sungai, di gunung, di goa, dan lembah-lembah.
Disamping itu, lingkungan alam kehidupan manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan belum stabil dan masih liar dengan keadaan alam yang sangat berbahaya itu, manusia dalam melaksanakan perjalanannya cenderung melalui atau menyusuri tepi-tepi sungai.
Dalam perjalanan menyusuri sungai inilah timbul pikiran mereka untuk membuat rakit-rakit. Bahkan pada masa selanjutnya mereka dapat menciptakan perahu sebagai sarana perjalanan untuk melalui sungai. Masyarakat pada masa pra sejarah berburu dan mengumpulkan makanan telah mengenal hidup berkelompok.
Jumlah anggota setiap kelompok 10-15 orang, mereka hidup selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Perpindahan yang mereka lakukan itu semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka hanya mengandalkan apa yang mereka temukan dalam hutan.
Setelah persediaan dalam hutan habis, mereka terus mencari tempat berburu lagi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehidupan seperti itu terjadi secara berulang-ulang dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Hubungan antara anggota kelompok sangat erat.
Mereka bekerja secara bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan kelompok dari serangan kelompok lain atau serangan binatang buas. Meskipun dalam kehidupan yang masih sederhana mereka telah mengenal adanya pembagian tugas kerja.
Kaum laki-laki biasanya bertugas untuk berburu dan kaum wanita bertugas untuk memelihara anak serta mengumpulkan buah-buahan dari hutan. Masing-masing kelompok memiliki pemimpin yang sangat ditaati dan sangat dihormati oleh anggota kelompoknya.
Benda-benda hasil kebudayaan zaman pra sejarah sebagai berikut :
a. Kapak Perimbas.
Kapak perimbas tidak memiliki tangkai dan digunakan dengan cara menggenggam. Penelitian terhadap kapak ini dilakukan di daerah Punung (Kabupaten Pacitan) oleh Von Koenigswld (1935). Kapak perimbas tidak hanya ditemukan di Pacitan melainkan juga pada tempat-tempat seperti Sukabumi, Ciamis, Gombong, Bengkulu, Lahat (Sumatera), Flores, Bali dan Timor.
Para ahli sejarah mengambil suatu kesimpulan bahwa alat-alat tersebut berasal dari lapisan yang sama dengan Phithecanthropus erectus dan diperkirakan juga bahwa Phithecanthropus erectus inilah pembuatnya. Tempat penemuan kapak perimbas diluar wilayah Indonesia seperti Myanmar (Birma), Pakistan, Malaysia, Cina, Thailand, Filipina dan Vietnam.
b. Kapak Penetak.
Kapak penetak memiliki bentuk yang hampir sama dengan kapak perimbas. Kapak penetak ini bentuknya lebih besar dari pada kapak perimbas dan cara pembuatannya masih kasar, kapak ini berfungsi untuk membelah kayu, bambu, pohon atau disesuaikan dengan kebutuhannya. Kapak penetak ini ditemukan hampir diseluruh wilayah Indonesia.
c. Kapak Genggam.
Kapak genggam memiliki bentuk hampir sama dengan kapak perimbas dan kapak penetak, tetapi bentuknya jauh lebih kecil. Kapak genggam dibuat masih sangat sederhana dan belum diasah. Kapak ini juga ditemukan hampir diseluruh wilayah Indonesia, dan cara pemakaiannya digenggam pada ujungnya yang lebih kecil.
d. Pahat Genggam.
Pahat genggam memiliki bentuk yang lebih kecil dari kapak genggam. Para ahli menafsirkan bahwa pahat genggam mempunyai fungsi untuk menggemburkan tanah, alat ini digunakan untuk mencari umbi-umbian yang dapat dimakan untuk kebutuhan sehari-hari.
e. Alat-alat dari Tulang.
Alat-alat dari tulang dibuat dari tulang-tulang binatang buruan. Alat-alat yang dibuat dari tulang antara lain, pisau, mata tombak, mata panah, belati dan lain-lainnya. Peralatan dari tulang banyak ditemukan di Ngandong.
f. Alat Serpih.
Alat serpih memiliki bentuk sangat sederhana dan berdasarkan bentuknya alat-alat itu digunakan sebagai pisau, gurdi dan alat penusuk. Dengan alat ini manusia purba mengupas, memotong dan juga menggali makanan. Alat serpih ini juga ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1934 di daerah Sangiran (Kabupaten Sragen).
Tempat-tempat penemuan lainnya di Indonesia antara lain Cabbenge (Sulawesi Selatan), Maumere (Flores), dan Timor. Alat-alat serpih sangat kecil dan berukuran antara 10-20 cm serta banyak ditemukan pada goa-goa tempat tinggal mereka pada waktu pra sejarah.
Pada umumnya goa-goa tidak terganggu keadaannya maka apa yang ditinggalkan oleh manusia purba masih dapat ditemukan dalam keadaan seperti ditinggalkan oleh penghuninya, sehingga goa-goa menjadi salah satu sasaran para ahli peneliti sejarah.
Baca juga selanjutnya Masyarakat pra sejarah beternak & bercocok tanam
Baca juga selanjutnya Masyarakat pra sejarah beternak & bercocok tanam
Post a Comment for "Hasil kebudayaan pada masa pra aksara (sejarah)"