Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Proses apresiasi seni budaya

Proses apresiasi seni budaya 

Proses apresiasi seni budaya - Proses apresiasi seni terbentuk dari dua kemungkinan. Pertama, apresiasi afektif yang terjadi apabila pengamat seni cepat mengalami empati dan rasa puas. Apresiasi efektif tidak mencakup hal-hal yang logis. Kedua, apresiasi kreatif adalah pengamat seni sadar dalam melakukan penghayatan dan penilaian serta menggunakan aspek logika dalam menentukan nilai suatu karya seni.

Apresiasi efektif dapat digolongkan dengan kata lain orang-orang yang hanya dapat menikmati karya secara langsung degan kata baik, bagus, jelek, dan sejenisnya, tanpa didasarkan pada logika, tidak dapat menjelaskan letak baik dan jeleknya suatu karya. Apresiasi kreatif dilakukan melalui proses pengamatan, pemahaman, tanggapan, penilaian, sampai penghayatan pada sebuah karya seni.

Proses apresiasi seni budaya

Menurut Verbeek, pengamatan bukanlah menggunakan satu indra saja melainkan pemberdayaan seluruh pribadi. Artinya, pengamatan bukanlah merupakan penjumlahan dari penginderaan, tetapi satu dunia kejiwaan yang terorganisir.

Ketajaman pengamatan seseorang tergantung pada pengetahuan, pengalaman, perasaan, keinginan, dan anggapan seseorang. Pengamatan terhadap sebuah hasil karya seni merupakan pengamatan terhadap suatu objek yang terdiri dari totalitas yang penuh arti.

Apresiasi kreatif melalui beberapa tahapan khusus, antara lain 

a. Pengamatan objek karya seni.
b. Aktivitas fisiologis.
c. Aktivitas spikologis (terjadinya persepsi sampai evaluasi, kemudian timbul interprestasi, imajinasi, dan dorongan berbuat kreatif).
d. Aktivitas penghayatan.
e. Aktivitas penghargaan.

Dengan demikian proses apresiasi ialah proses aktif dan kreatif sehingga secara efektif pengamat dapat memahami nilai seni, yaitu untuk mendapatkan pengalaman estetik. Apresiasi seni menuntut keterampilan dan kepekaan estetik yang memungkinkan seseorang mendapatkan pengalaman estetik dan penghayatan karya seni.

Estetik dan Artistika adalah dua kata yang selalu ada dalam dunia seni. Estetika adalah keindahan, keindahan wujud karya seni yang dapat menarik perhatian orang lain. Pengalaman artistik adalah pengalaman yang didapat melalui kegiatan berolah seni, kegiatan dalam menciptakan karya seni.

Orang yang berolah seni dikatakan seniman, sastrawan, pengubah, komponis, penganggit, dan lain-lain. Seorang pelaku seni tidak cukup hanya memiliki ketajaman rasa dan cepat mengolah imajinasi, namun juga diperlukan pemusatan perhatian terhadap karya seni yang dibuat, ketekunan daya imajinasi dan fantasi yang tinggi, daya nalar dalam berfikir yang tajam, dan pengalaman dalam dunia seni sehingga tuntutan berolah karya dapat melahirkan hasil yang memiliki nilai seni yang mampu memiliki daya saing.

Pengalaman Estetika adalah pengalaman yang diperoleh dari kegiatan mengamati seni, dari pengalaman tersebut dapat menyerap dan menangkap nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah karya seni sehingga dapat menghargai karya seni secara objektif. Pengamat seni disebut apresiator, pemerhati, atau kritikus.

Dalam proses pengamatan seni dibutuhkan kemampuan memusatkan perhatian, kepekaan perasaan, daya fantasi yang tinggi, kepekaan menangkap rangsangan dari karya seni, dan mampu menilai secara tepat dan benar. Kemampuan berapresiasi yang benar selalu diawali dengan kegiatan pengamatan yang benar pula.

Proses pengamatan terjadi tiga tahapan, yaitu 

a. Tahapan fisis ialah proses kegiatan awal dengan cara melihat, mendengar dengan indra, kemudian menerima rangsangan yang bersangkutan.
b. Tahapan fisiologis ialah proses tahapan ini merupakan kegiatan yang berlanjut dari melihat atau mendengar kemudian menyalurkan ke syaraf otak manusia.

Post a Comment for "Proses apresiasi seni budaya"