Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pedalangan/teater wayang dan alat-alat

Pedalangan/teater wayang dan alat-alat 

Pedalangan/teater wayang dan alat-alat - Menjelaskan pengertian wayang kulit atau teater daerah, di dalam pewayangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari budaya bangsa Indonesia hasil karya empu dan pujangga serta merupakan khasanah dari peninggalan kebudayaan bangsa. 

Wayang kulit telah mengandung unsur-unsur filosofis, budi pekerti yang harus disampaikan kepada generasi muda atau siswa selaku penerus cita-cita bangsa Indonesia, kita sebagai penerus bangsa seharusnya mengembangkan budaya daerah yang hampir di telan jaman.

Wayang Kulit

Pendukung di dalam pertunjukan wayang baik wayang purwa atau wayang orang antara lain panggung, kelir, ganang, gedebok atau batang pisang, blencong, alat gamelan. Penjelasannya sebagai berikut ini :

a. Kelir ialah kain mori putih yang tebal dipentangkan pada gayor atau gawang untuk memainkan wayang.

b. Gedebok atau batang pisang yaitu semua dalang memakai batang pisang yang mewakili atau melambangkan permukaan bumi.

c. Blencong yaitu dian yang terbuat dari teplok dengan diisi minyak goreng tetapi sekarang memakai minyak tanah, listrik.

d. Gawang atau gayor yaitu kayu untuk menthangkan kain yang diukir sesuai selera pembuat.

Alat-alat lain yang telah digunakan juga penting ialah :

  • Kotak adalah untuk menyimpan wayang kulit dan juga untuk menumbuhkan suara perlengkapan cempala dan kepyak.
  • Kepyak ialah alat yang terbuat dari gangsa, atau kuningan atau tosan.
  • Cempala ialah alat untuk membunyikan kotak, suaranya disebut dogdogan yang berfungsi sebagai membatasi pembicaraan wayang cepat lambatnya irama suatu saat bersama-sama sulukan.

Gamelan.

Gamelan di dalam karawitan telah memiliki laras slendro dan pelog. Wayang memakai Slendro : Purwa atau wayang kulit, klitik, wahyu, dan sebagainya. Sedangkan laras Pelog : Madya, Gedhog. Untuk dalang telah memakai slendro dan pelog sampai sekarang masih dipakai.

Gamelan yang dipakai untuk wayang atau dalang di Kraton Surakarta antara lain sebagai berikut ini :

  • Gender penerus.
  • Gender barung.
  • Suling.
  • Gambang.
  • Kenong.
  • Kecer.
  • Gong suwukan.
  • Rebab.
  • Kendang Wayangan.
  • Saron Barang.
  • Kethuk.
  • Cemplung.
  • Kempyang.
  • Kempul.

Pedalangan sekarang memakai semua rincikan ada juga ditambah dengan drum, slompret, bedhug. Basa pedalangan unsur bahasa sangat dominan, artinya semua dari awal sampai akhir telah dipakai, tetapi banyak yang menerjang patokan di dalam berbahasa. Di dalam bahasa Jawa ada tingkatan antara raja dengan bawahan. Banyak juga dalang yang telah mencampur adukkan antara bahasa krama inggil dengan ngoko dan sebagainya.

Macam-macam wayang.

Wayang kulit yang tumbuh dan berkembang di pulau Jawa sangatlah beragam sesuai dengan daerah masing-masing. Tetapi pada umumnya wayang kulit yang telah sering dilihat masyarakat kita ialah :

  • Wayang Menak.
  • Wayang Golek.
  • Wayang Wahyu.
  • Wayang Orang.
  • Wayang Suket.
  • Wayang Kulit atau Purwa.
  • Wayang Madya.

a. Wayang Menak.
Pada zaman kerajaan Demak, pertama kali agama Islam berkembang di Indonesia, wayang kulit sangat digemari oleh masyarakat Jawa khususnya. Tetapi fugnsi pertunjukan wayang kulit ini sangat besar sekali peran untuk menyebarkan agama Islam yang telah disebarkan oleh para Wali. Sumber cerita dari Ramayana dan Mahabarata.

b. Wayang Golek.
Di Jawa Barat wayang golek telah berkembang dan tumbuh, sumber cerita dari Ramayana dan Mahabarata. Wayang golek ini terbuat dari kayu yang telah dirancang berbentuk boneka atau golekan, dan dipahat sesuai tokoh dalam pewayangan.

c. Wayang Wahyu.
Wayang wahyu ini bersumber cerita dari Kitab Injil, yang telah menjelaskan Yesus lahir hingga mati dan bangkit kembali. Wayang Wahyu ini telah dipentaskan untuk memperingati hari Natal yaitu hari kelahiran Yesus dan hari Paskah.

d. Wayang Orang.
Wayang orang telah diperankan oleh orang, yang memakai sumber cerita Ramayana dan Mahabarata. Gedung wayang orang di Surakarta ialah RRI dan Sriwedari, tetapi walaupun keberadaan wayang orang hampir punah, tetapi gedung wayang orang itu sampai sekarang masih eksis hingga saat ini.

e. Wayang Suket.
Wayang suket yang pertama kali pentas di kampus STSI yang dimohon oleh Ki Slamet Gundono, yang telah mengambil cerita dari Mahabarata yaitu lakon Simbok Ilang Saka Anak Ilang, cerita ini mengangkat ketokohan. 

Contoh cerita dalam wayang orang.

1. Kangsa Adu Jago.
Kehadiran provokator telah membuat suasana di kerajaan Mandura yang sudah keruh menjadi tambah kacau. Mandura di ambang kehancuran dari hasil kecerdikan sang provokator yang tak lain ialah Kangsa, di dalam menghambat massa.

Kangsa telah berusaha mengadu domba bangsa Mandura, dengan liciknya Kangsa mengajak Arya Prabu mengadu jago mereka masing-masing untuk memperebutkan tahta kerajaan. Tak ada jalan lain untuk menyelamatkan negara sang provokator harus dilenyapkan. Di tengah-tengah kekacauan , muncullah dua putra raja Mandura yaitu Kakrasana dan Narayana. Kedua keturunan ningrat itu yang semula sebagai penyelamat tanah air mereka.

2. Jangka Jinangkah.
Jangka Jinangkah ialah salah satu bukti penyerapan ilmu bangku sekolah kesenian yang bertempat di kawasan Kepatihan itu. Terkhusus lagi karya seni ini merupakan hasil penggodokan selama mereka bergabung dengan para seniman senior di dalam program pendidikan sistem ganda.

Ki Sudjani Sabdoleksono seniman tradisi yang telah cukup senior sebagai penulis naskah atau sutradara, Suparman, S.kar penata sabet. Lakon ''Jangka Jinangkah'' ini merupakan bagian dari lakon ''Dewa Ruci'', di dalam epos Mahabarata.

Berkisah tentang perjalanan anggota pandhawa, Bima di dalam menemukan jati dirinya. Dewi Kunthi. Cerita ini menurut Gundono bertutur mengenai banyaknya ibu dari anak-anak yang berhasil di kota, si ibu selalu menunggu kedatangan anaknya tetapi yang ditunggu tak pernah datang.

Contoh Wayang Kulit.


1. Banjaran Durna.
Durna yang semula hidup di kayangan telah dikutuk ke dunia gara-gara berbuat nista, bercinta dengan selir Batara Guru, Wilutama, dan Durna dilahirkan kembali ke dunia sebagai anak Prabu Baratwaja bernama Kumbayana, dan sementara itu Wilutama telah dikutuk menjadi seekor kuda betina lalu kemudian melahirkan Aswatama.

Lakon ini telah mengandung pesan kebaikan yang tidak dikoordinasikan dengan bagus bisa kalah dari kejahatan. Gandamana bisa dikatakan benar ketika berusaha memberi hukuman kepada Sengkuni tetapi tindakan main hakim sendiri jelas tidak bisa dibenarkan.

Semoga artikel yang saya tulis di atas bisa menambah pengalaman bagi teman-teman yang membacanya, karena artikel ini membahas tentang karya seni yang menjadi kebanggaan bangsa kita seni yang telah menjadi bagian dari peninggalan sejarah pada zaman wali.

Post a Comment for "Pedalangan/teater wayang dan alat-alat"