Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perang Maluku 1817 perlawanan abad ke-19

Perang Maluku 1817 perlawanan abad ke-19 

Berdasarkan Convention of London (1814), daerah Maluku diserahkan oleh Inggris kepada Belanda. Kedatangan Belanda di Maluku mendapat perlawanan di bawah pimpinan Pattimura atau Thomas Matulessy (1817).

Sebab terjadinya perlawanan di Maluku ialah sebagai berikut ini :

  • Penindasan dan pengisapan oleh bangsa Belanda terhadap penduduk Maluku sejak zaman VOC sampai terjadinya perlawanan tahun 1817.
  • Ketidakpuasan rakyat terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh gubernur Maluku seperti kewajiban menyediakan perahu (orabai) untuk keperluan pemerintah Belanda, sedangkan peraturan itu pada masa pemerintahan Inggris telah dihapuskan kerja paksa menebang kayu yang diperlukan oleh Belanda.
  • Sifat kritis penduduk Maluku dalam membandingkan pemerintahan Inggris dengan pemerintahan Belanda.
  • Sebab khusus adalah bahwa Residen Van den Berg menolak tuntutan rakyat untuk membayar harga perahu yang dipesan sesuai dengan harga sebenarnya.

Sebelum rakyat mengadakan perlawanan, diadakan suatu rapat untuk memilih pemimpin. Pilihan jatuh pada Thomas Mattulessy atau Kapitan Pattimura. Direncanakan olehnya untuk menghimpun orambai, menyerang benteng Belanda Duurstede di Saparua, dan membunuh penghuninya serta orang-orang yang dianggap berkhianat.

Perang Maluku 1817 perlawanan abad ke-19

Serangan pendahuluan dilakukan dengan merampas sebuah perahu pos di Porto. Waktu Residen Van den Berg mengadakan pemeriksaan setelah peristiwa itu, rakyat berhasil menawannya. Benteng Duurstede kemudian bisa direbut, residen beserta keluarga dan pengawalnya dibunuh.

Kemudian Belanda mengirimkan tentara dari Ambon di bawah Mayoor Beetjes untuk merebut kembali Benteng Duurstede, tetapi dapat digagalkan. Malahan Beetjes sendiri gugur dalam pertempuran pantai. Kemudian dikirim lagi pasukan baru yang jumlahnya lebih besar di bawah Letkol Groot.

Perlawanan rakyat Maluku tidak hanya terbatas di Saparua. Di daerah lain seperti di Hitu dan Seram juga terjadi perlawanan. Pimpinan di Hitu dipercayakan kepada seorang tua bernama Ulupaha. Setelah terdesak ia mengundurkan diri ke Seram.

Ulupaha kemudian dapat dirawan karena pengkhianat bangsanya. Mattulessy dibantu oleh beberapa raja seperti Paulus Tiahahu beserta putrinya yang bernama Christina Martha Tiahahu, sehingga menyulitkan Belanda merebut kembali Benteng Duurstede.

Politik devide et impera dijalankan, beberapa raja dan pendeta dapat diperalat, sehingga Saparua beserta Benteng Duurstede bisa direbut kembali, dan pemimpin-pemimpin perlawanan berhasil ditawan. Pada pertengahan Desember 1817 empat pemimpin Perang Maluku yaitu Thomas Mattulessy, Anthoni Ribol, Philip Latumahina, dan Said Printah menjalani hukuman gantung di depan Benteng Nieuw Victoria di Ambon.

Kemudian menyusul Ulupaha yang harus mengakhiri hidupnya karena ditembak mati di Ambon. Perlawanan rakyat terhenti setelah pemimpinnya banyak yang gugur di dalam pertempuran perlawanan ini.

Baca juga di bawah ini :
Semoga artikel di atas bisa membantu bisa menambahkan pengalaman tentang ilmu pengetahuan pada jaman perang sebab terjadinya perlawanan Maluku pada tahun 1817 abad ke-19, selamat membaca semoga sedikitnya artikel yang saya tulis ini bisa menambah ilmu pengetahuan sejarah dunia.

Post a Comment for "Perang Maluku 1817 perlawanan abad ke-19"