Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perang tapanuli 1878 - 1907 abad ke-19

Perang tapanuli 1878 - 1907 abad ke-19 

Selamat datang kali ini saya akan membahas tentang sejarah perang Tapanuli. Kerajaan Batak terletak di wilayah Tapanuli, raja yang terakhir ialah Sisingamangaraja XII (1875 - 1907). Pusat kedudukannya di Bakkara yang terletak di barat daya Danau Toba.

Sebab-sebab terjadinya peperangan Tapanuli ialah :

  • Raja Sisingamangaraja XII tidak sudi daerah kekuasaannya semakin diperkecil oleh Belanda. Melalui Kota Natal, daerah Mandailing, Angkola, dan Sipirok di Tapanuli Selatan dikuasai Belanda.
  • Belanda bertujuan mewujudkan Pax Neerlandica dengan menguasai daerah Tapanuli Utara sebagai lanjutan pendudukannya atas Tapanuli Selatan dan Sumatera Timur. Sementara itu di Aceh juga sedang dilancarkan peperangan untuk tujuan yang sama.

Belanda menempatkan pasukan pendudukannya di Tarutung dengan dalih melindungi penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Rhijnsche Zending. Tokoh penyebarannya ialah orang Jerman bernama Nommensen. Menghadapi perluasan wilayah demikian, maka Sisingamangaraja XII menyerang kedudukan Belanda di Tarutung dengan kekuatan tujuh ratus orang (1878).

Perang tapanuli 1878 - 1907 abad ke-19

Selama kira-kira tujuh tahun terjadi peperangan antara suku Batak melawan Belanda di beberapa daerah di Tapanuli Utara seperti di Bahal Batu, Butar, Siborongborong, Balige, Lumban Julu, dan Laguboti. Pada tahun 1894 Belanda mengerahkan kekuatannya untuk merebut Bakkara sebagai pusat kekuasaan Sisingamangaraja XII.

Pertempuran sengit terjadi dan pusat itu jatuh ke tangan Belanda. Sisingamangaraja pindah ke daerah Dairi-Pakpak di sebelah barat Danau Toba. Pasukan Van Daalen yang beroperasi di Aceh Tengah melanjutkan gerakannya ke Tapanuli Utara (1904).

Sementara dari Medan didatangkan pasukan lain melalui Kabanjahe dan Sidikalang. Daerah gerak Sisingamangaraja semakin sempit. Pasukan Belanda yang dikerahkan adalah pasukan marsuse yang sangat diandalkan oleh Belanda dalam berbagai peperangan.

Pasukan marsuse di bawah pimpinan Kapten Christoffel berhasil menangkap keluarga Sisingamangaraja. Sementara itu Sisingamangaraja dengan diikuti oleh pengikut dan keluarga lainnya masuk daerah hutan Simsim. 

Bujukan agar ia menyerah kepada Belanda ditolak dan dalam pertempuran itu Sisingamangaraja XII gugur bersama seorang putrinya bernama Lopian dan dua putranya bernama Patuan Nagari dan Patuan Anggi serta sejumlah pengikutnya pada tanggal 17 Juni 1907. Jenazahnya dibawa ke Tarutung dan dimakamkan di depan tangsi militer Belanda. Tahun 1953 dipindahkan ke Soposurung di Balige.

Baca juga di bawah ini :

Post a Comment for "Perang tapanuli 1878 - 1907 abad ke-19"