Politik Air Hangat di Rusia
Politik Air Hangat di Rusia
Politik Air Hangat (der Drang zum warmen Meere) merupakan politik yang dijalankan Rusia untuk memperoleh pelabuhan-pelabuhan yang bebas dari gangguan es waktu musim dingin. Politik tersebut ditujukan ke empat arah yaitu Laut Baltik, Laut Tengah, Laut Pasifik, dan Lautan India.a. Laut Baltik.
Sasaran ke barat ini merupakan langkah yang pertama dan telah dilakukan oleh Peter Agung (1689 - 1725). Ia berhasil merebut daerah Karelia dan Estonia dari tangan Swedia kemudian, mendirikan ibu kota yang baru dan diberi nama Petrogrand yang berarti Kota Petro (Peter) di Teluk Finlandia di tepi Laut Baltik.
Setelah Revolusi Rusia tahun 1917, nama Petrogrand diganti menjadi Leningrad. Politik Air Hangat di Laut Baltik dimantapkan lagi dengan diperolehnya Konigsberg (sekarang Kaliningrad) yang terletak lebih selatan, sehingga bebas sama sekali dari gangguan es waktu musim dingin.
b. Laut Tengah.
Wilayah Rusia sampai Laut Hitam, kedudukannya masih terkurung dari jalur perdagangan yang ramai di Laut Tengah. Untuk dapat sampai di Laut Tengah, Rusia harus memperoleh jalan melalui The Straits 9Selat Bosporus, Laut Marmora, dan Selat Dardanella) yang dikuasai oleh Turki.
Dengan alasan agama, Rusia menuntut kepada Turki agar dapat menjadi pelindung semua rakyat Turki yang beragama Katolik Ortodoks. Hal ini ditolak Turki karena dianggap sebagai pelanggaran kedaulatan negaranya. Rusia menyerbu Turki. Inggris dan Prancis membantu Turki, sehingga terjadilah Perang Krim (1853 - 1856) yang berakhir dengan kekalahan Rusia.
Untuk politiknya ke Laut Tengah, Rusia mempergunakan Pan Slavisme juga. Daerah jajahan Turki di Eropa yang mencakup wilayah Bulgaris, Montenerro, dan Serbia berontak, yang dihadapi oleh Turki dengan kekejaman. Timbullah reaksi dari negara-negara Eropa yang merupakan kesempatan baik bagi Rusia.
Turki diserbu Rusia dan terjadilah Perang Turki - Rusia 91877 - 1878) yang berakhir dengan kemenangan Rusia. Daerah bekas jajahan Turki memperoleh otonomi, sedangkan Rusia memperoleh Kars, Ardahan, dan Batum di wilayah Armenia. Di daerah Balkan yang memperoleh otonomi, Rusia sebagai bangsa Slav dapat menanam pengaruhnya.
c. Lautan Pasifik.
Ekspansi Rusia ke arah timur dilakukan dengan menduduki Siberia tanpa memperoleh perlawanan, karena daerah yang sangat luas itu tidak bertuan. Malahan ekspansinya dapat diteruskan dengan menyeberangi Selat Behring dan menduduki Alaska (1741).
Pemerintah Manchu di China tidak merintanginya. Setelah Politik Air Hangat Rusia ke Laut Tengah mengalami tantangan, perhatian Rusia diarahkan ke Lautan Pasifik. Sebagian Mansuria diduduki dan didirikan pelabuhan Wladiwostok (1860). Hubungan pusat pemerintahan dengan pelabuhannya di timur diperlancar dengan dibangunnya jalan kereta api Trans Siberia.
Pelabuhan Port Arthur yang menurut Perjanjian Simonoseki jatuh ke tangan Jepang, diberikan oleh China kepada Rusia dengan imbalan pembayaran kerugian perang menjadi tanggung jawab Rusia (1895). Hal itu menimbulkan dendam Jepang terhadap Rusia yang kemudian bersekutu dengan Inggris dalam Anglo-Japanese Alliance (1902) untuk bersama-sama menghadapi Rusia.
Dalam Perang Jepang - Rusia 91904 - 1905) Rusia kalah sehingga perhatiannya dalam Politik Air Hangat dialihkan kembali ke daerah Balkan yang kemudian menimbulkan Perang Dunia I 91914 -1918).
d. Lautan India.
Bersamaan dengan perhatian ke Lautan Pasifik, Rusia menaruh perhatian ke Lautan India. Jalan melalui Iran dan Afganistan mendapat tantangan dari Inggris. Rusia mempunyai kedudukan yang lebih kuat di Iran karena daerah Rusia berbatasan langsung dengan Iran dan peranan Rusia sudah lebih lama di negara tersebut.
Akhirnya antara kedua imperialis Barat tersebut dicapai kesepakatan setelah musuh bersama mereka yaitu Jerman muncul di Turki. Rusia mendapat daerah pengaruh di Iran Utara, Inggris di Selatan. Sedangkan daerah tengahnya menjadi daerah netral (1907).
Di Afganistan keinginan Rusia dihalangi Inggris yang berkedudukan di India. Inggris dapat lebih unggul dari Rusia, justru karena posisinya yang kuat di India. Perjuangan antara Rusia dengan Inggris untuk memperoleh pengaruh di Afganistan disebut The Great Game.
Akhirnya kedua negara itu terpaksa berdamai juga karena ancaman Jerman. Afganistan dijadikan negara penyangga (buffer state) antara Inggris dengan Rusia. Setelah Perang Dunia II pengaruh Uni Soviet (Rusia) atas Afganistan kuat, sehingga negeri itu menjadi negara komunis (1979).
Pan Slavisme.
Pan Slavisme ialah gerakan untuk mempersatukan bangsa-bangsa Slavia dan menjunjung tinggi kebudayaannya di bawah pimpinan Rusia. Cita-cita tersebut diperkuat dengan agama Katolik Ortodoks yang berpusat di Moskow. Setelah Rusia menjadi negara komunis cita-cita Pan Slavisme mendapat perekat yang lebih kuat berupa paham komunis.
Kesulitan melaksanakan Pan Slavisme disebabkan beberapa faktor berikut :
- Bangsa Slav terdiri atas bermacam-macam kelompok. Ada Slav Barat yang terdiri atas bangsa Polandia, Cech, dan Slovak. Bangsa Slav Timur terdiri atas Rusia, Ukraina, Rumania, dan Bulgaria. Bangsa Slav Selatan terdiri atas bangsa Albania, Kroat, dan Macedonia.
- Agama yang dianut berbeda-beda, bangsa Slav Barat menganut agama Katolik Roma sedangkan bangsa Slav Selatan dan Timur beragama Katolik Ortodoks.
- Aliran yang dianut berbeda-beda, bangsa Slav Barat berpaham Eropa Barat yang lebih demokratis, sedangkan bangsa Slav Timur dan Selatan berpaham Eropa Timur yang lebih otoriter.
Gerakan Pan Slavisme merupakan politik yang serasi untuk melaksanakan cita-cita Rusia sebagai negara besar maupun sebagai negara imperialis. Hal ini karena dengan politik tersebut Rusia sebagai negara besar di Eropa Timur dapat mengimbangi negara-negara Barat.
Setidak-tidaknya dengan negara-negara Slav yang dipersatukan dapat dibentuk daerah netral antara Eropa Barat dengan Eropa Timur yang merupakan tata pertahanan yang penting bagi Rusia. Di samping itu adanya Pan Slavisme juga diperlukan untuk menunjang Politik Air Hangat Rusia di daerah Laut Baltik maupun di Laut Tengah.
Baca juga di bawah ini :
Post a Comment for "Politik Air Hangat di Rusia"