PBI (1931) dan Parindra (1935)
a. PBI (1931).
Dari Indonesische Studie Club yang dibentuk di Surabaya oleh dr. Sutomo, lahirlah Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) pada tahun 1931. Tokoh lainnya adalah Mr. Subroto. PNI bertujuan untuk menyempurnakan derajat bangsa dan tanah air Indonesia berdasarkan kebangsaan Indonesia yang pada hakikatnya mencapai Indonesia merdeka juga.
Kegiatannya dilakukan dengan mengadakan kursus-kursus untuk memajukan perekonomian rakyat sebagai usaha nyata dan praktis. Misalnya, mengadakan koperasi tani yang disebut Rukun Tani dan koperasi pelayaran.
Sedangkan untuk pembinaan kader diadakan kepanduan yang bernama Surya Wirawan. Terhadap agama sikapnya netral. Nonkooperasi bukan merupakan asas prinsipiil seperti yang dianut oleh PNI dan Partindo, tetapi taktik insidental.
Bila perlu PBI dapat bersikap nonkooperatif, misalnya setelah Belanda bertindak terhadap PNI. Namun dalam keadaan biasa PNI dapat bersikap kooperatif. Sikap yang membiarkan anggotanya duduk dalam dewan-dewan pemerintahan Belanda sebagai perorangan disebut kooperatif insidental. Dalam kongresnya bulan April 1935 diputuskan bahwa PBI akan mengadakan penggabungan (fusi) dengan Boedi Oetomo. Hal itu diujudkan dan lahirlah Partai Indonesia Raya atau Parindra (1935).
b. Parindra (1935).
Pada bulan Desember 1935 di Solo diadakan kongres yang menghasilkan penggabungan Boedi Oetomo dengan PBI dan melahirkan Partai Indonesia Raya (Parindra). Sebagai ketua dipilih dr. Sutomo, pendiri dari kedua organisasi yang berfungsi tersebut.
Tujuannya ialah mencapai Indonesia Raya dan Mulia, yang pada hakikatnya mencapai Indonesia merdeka juga. Caranya dengan jalan memperkokoh persatuan kebangsaan Indonesia, mengadakan aksi-aksi politik sehingga diperoleh hak-hak lengkap dalam politik dan sistem pemerintahan yang berdasarkan demokrasi dan kebangsaan, dan memajukan kehidupan rakyat dalam ekonomi dan sosial.
Di Jawa kaum tani banyak masuk Parindra melalui Rukun Tani, sehingga golongan kecil ini disebut juga sebagai kaum kromo. Dari daerah lain masuk kaum Betawi, Serikat Sumatra, dan Partai Serikat Selebes, dr. Sutomo yang menjadi perintis Kebangkitan Nasional dan telah berkecimpung 30 tahun di dalamnya, wafat tanggal 30 Mei 1938. Perjuangan diteruskan oleh generasi muda seperti Moh. Husni Thamrin, Sukarjo Wiryopranoto, Ruslan Wongsokusumo, dan R.P. Suroso.
Baca juga di bawah ini :
Post a Comment for "PBI (1931) dan Parindra (1935)"