Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pergerakan lapangan sosial

Pergerakan lapangan sosial 

Pergerakan dalam lapangan sosial memiliki kebhinnekaan sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia, namun tujuan akhirnya sama, yaitu mencapai Indonesia merdeka. Ada perkumpulan kedaerahan, perkumpulan wanita, perkumpulan buruh, perkumpulan pemuda, dan perkumpulan peranakan.

a. Perkumpulan Daerah.

Perkumpulan daerah didirikan oleh putra-putra daerah di tempat lain dan sifatnya sosial untuk kesejahteraan anggotanya. Karena kesadaran nasional yang makin tinggi, akhirnya menjadi perkumpulan nasional. Contohnya ialah Boedi Oetomo yang merupakan perkumpulan daerah Jawa. Contoh perkumpulan daerah lainnya di antaranya sebagai berikut ini :
  • Pasundan yang didirikan tahun 1914 di Jakarta. Semula bergerak dalam bidang sosial budaya, tetapi sejak tahun 1920 ikut serta dalam politik. Waktu Provinsi Jawa Barat akan dibentuk, mereka menuntut agar nama provinsinya Pasundan dan ibu kotanya Bandung. Tahun 1927 masuk anggota PPPKI dan tahun 1929 Oto Subrata sebagai ketua Pasundan mengatakan, bahwa suku Sunda merupakan sebagian dari bangsa Indonesia. Di dalam kongresnya tahun 1940 mereka mengakui Merah Putih dan Indonesia Raya sebagai bendera dan lagu kebangsaan. Tokoh lain adalah Otto Iskandardinata dan Atik Suardi. Di dalam lapangan sosial diajukan pendidikan yang telah dipelopori Dewi Sartika, mendirikan ban-bank tani, memberantas perkawinan di bawah umur.
  • Serikat Sumatera didirikan di Jakarta tahun 1918 dengan tokohnya M. Zain dan Moh. Yamin. Perkumpulan ini langsung berpolitik dan bercita-cita negara merdeka yang diperintah oleh suatu perkumpulan rakyat atas dasar demokrasi. Mereka menolak komunisme yang atheis tetapi netral terhadap agama. Berusaha berdiri sendiri dalam ekonomi. Tahun 1927 masuk PPPKI dan meleburkan diri dalam Parindra tahun 1936.
  • Serikat Ambon yang pertama didirikan di Semarang oleh A.J. Patty yang berusaha memajukan kepentingan suku dan daerah Ambon. Atas hasutan pamong praja yang setia kepada Belanda A.J. Patty ditangkap, pada waktu ia berkunjung ke Ambon. Tahun 1927 didirikan Serikat Ambon yang lain oleh Mr. Latuharhary di Surabaya. Kegiatannya hampir sama dengan perkumpulan sebelumnya, tetapi sejak tahun 1930 dengan tegas menuju Indonesia merdeka. Sedangkan kelompok yang tetap menghendaki ikatan Indonesia dengan Belanda mendirikan perkumpulan lain bernama Moluks Politiek Verbond di bawah Dr. Tehupeiory dan Dr. Apituley (1929).
  • Serikat Minahasa yang tertua didirikan di Semarang dan merupakan perkumpulan sosial yang anggotanya umumnya kaum militer. dr. Tumbelaka dan dr. Sam Ratulangie mendirikan Persatuan Minahasa di Jakarta tahun 1927 dan anggota-anggotanya bukan militer. Tahun 1928 telah bertujuan mencapai Indonesia merdeka tetapi dengan asas kooperasi karena pertimbangan praktis.
  • Perserikatan Selebes merupakan perkumpulan yang timbul sebagai reaksi atas berdirinya Serikat Minahasa yang anggotanya terbatas pada suku Minahasa. Perserikatan Selebes lahir di Jakarta tahun 1930, berhaluan kebangsaan tetapi kooperatif. Karena selisih pendapat soal pengurus besar, maka cabang Ujungpandang melepaskan diri dan mendirikan Partai Selebes. Tahun 1933 antara Perserikatan Selebes dengan Partai Selebes diadakan fusi dan lahirlah Partai Sarekat Selebes (Parsas) dengan Ujungpandang sebagai kedudukan pengurus besar. Masuk dalam PPPKI dan bertujuan mencapai Indonesia merdeka.
  • Kaum Betawi merupakan organisasi putra Jakarta dan sekitarnya. Didirikan tahun 1923 dengan tokohnya Mohammad Husni Thamrin. Pada mulanya bertujuan memajukan pengajaran, perdagangan, kerajinan, dan kesehatan. Kemudian aktif dalam politik dan berhasil menempatkan wakilnya dalam Dewan Kota. Kaum Betawi ikut mendirikan PPPKI, kemudian masuk dalam Parindra. Sikapnya kooperatif terhadap Belanda.

b. Pergerakan Wanita.

Pergerakan wanita dipelopori oleh R.A. Kartini (1879 - 1904) yang kegiatannya mempunyai sifat emansipasi, artinya persamaan hak. Kaum wanita menuntut hak sama dengan kaum pria dalam pendidikan dan perkawinan. Hari lahir R.A. Kartini tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. 

Di dalam perkumpulan-perkumpulan sosial dan politik yang besar, juga terdapat tempat untuk kaum wanita. Misalnya Aisyiah dalam Muhammadiyah, Muslimat dalam NU, Ina Tani dalam Serikat Ambon, dan Wanita Taman Siswa dalam perguruan Taman Siswa. Di samping itu ada perkumpulan wanita lain yang berperanan sendiri seperti berikut ini :
  • Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI) yang timbul sebagai hasil Kongres Perempuan Indonesia yang pertama di Yogyakarta (1928). Tujuannya memberikan penerangan kepada anggota, mendirikan dana belajar untuk anak-anak wanita yang pandai tetapi tidak mampu, mengadakan kursus-kursus kesehatan, menentang perkawinan anak-anak di bawah umur, memajukan pramuka wanita, dan sebagainya. Kepada pemerintah diajukan tiga mosi, yaitu penambahan sekolah bagi anak-anak wanita, diberikan keterangan tentang taklik janji dan syarat-syarat perceraian waktu nikah, dan pemberian sokongan kepada janda dan anak piatu pegawai negeri. Tahun 1929 namanya diubah menjadi Perserikatan Perhimpunan Isteri Indonesia.
  • Istri Sedar didirikan di Bandung tahun 1930 oleh Nona Suwarno Joyoseputro. Tujuannya memperingati kesadaran wanita Indonesia untuk melaksanakan dan menyempurnakan Indonesia merdeka. Pahamnya sejalan dengan PNI, sehingga perjuangannya untuk monogami mendapat tantangan dari organisasi lain yang mau tetap mempertahankan poligami, ikut mengirimkan utusan ke Kongres Wanita Asia di Lahore (ingat Pan-Asiatisme), sikapnya nonkooperatif.
  • Istri Indonesia (II) didirikan tahun 1932 dan sudah berdasarkan nasionalisme dan demokrasi. Tujuannya mencapai Indonesia Raya, dan sealiran dengan Parindra dan bersikap kooperatif terhadap Belanda. Karena itu menyokong Petisi Sutarjo dan menuntut wakil dalam Dewan Kota. Tokoh-tokohnya Ny. Sunaryo Mangunpuspito, Mr. Maria Ulfah Santoso.

c. Perkumpulan Buruh.

Pada mulanya perkumpulan buruh ialah perkumpulan yang anggotanya terdiri atas kaum buruh. Tujuannya ialah membela kepentingannya untuk memperoleh kesejahteraan hidupnya. Pemogokan yang dilakukan sebagai landasan (onderbouw) dari suatu partai.

Beberapa perkumpulan buruh yang terkenal ialah berikut ini :

  • Staats Spoor Bond (SS Bond), didirikan tahun 1905 oleh seorang Belanda, merupakan serikat buruh perusahaan kereta api milik pemerintah Belanda.
  • Vereeniging van Spooren Tramweg Personeel (VSTP), lahir di Semarang tahun 1908. Organisasi ini kemudian banyak memperoleh pengaruh dari ISDV dan berhaluan kiri di bawah H. Sneevliet dan Semaun.
  • Persatuan Pergerakan Kaum Buruh (PPKB), merupakan gabungan organisasi-organisasi buruh yang diketahui oleh Semaun (SI Merah) dan wakil ketuanya Suryopranoto dan Haji Agus Salim (SI Putih). Setelah SI Merah dikeluarkan dari SI, maka Semaun mendirikan Revolutionare Vakcentrale yang berpusat di Semarang dengan VSTP sebagai tulang punggung, sedangkan Suryopranoto dan Haji Agus Salim melanjutkan kepengurusan PPKB yang berpusat di Yogyakarta dengan Perserikatan Pegawai Pegadaian Bumiputra (PPPB) sebagai tulang punggung.
  • Personel Fabriek Bond (PFB) merupakan serikat buruh pabrik. Organisasi ini digerakkan oleh Suryopranoto dalam mengadakan pemogokan, sehingga beliau mendapat gelar Raja Pemogokan.
  • Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri (PVPN) merupakan serikat buruh pegawai negeri di bawah R.P. Suroso. Beberapa organisasi yang bergabung dalam PVPN adalah Serikat Guru, dan Serikat Pegawai Kereta Api. Tetapi Serikat Pamong Praja tidak masuk dalam gabungan tersebut karena mempunyai fungsi memegang pemerintahan sehingga tidak boleh dalam organisasi politik. Salah satu aksi PVPN adalah menolak peraturan gaji tahun 1938 yang masih didasarkan perbedaan kulit dan mendesak agar peraturan gaji bulanan dicabut.

d. Perkumpulan Peranakan.

Kaum peranakan atau Indo adalah bangsa asing yang lahir di Indonesia. Mereka dibedakan atas golongan Eropa seperti Indo Belanda dan Timur Asing seperti peranakan Arab, dan peranakan Cina. Sebagian dari mereka dapat menganggap Indonesia sebagai tanah airnya tetapi sebagian masih berat kepada tanah leluhurnya.
  • Peranakan Belanda mendirikan Indische Party yang kemudian menjadi National Indische Party dengan tokohnya Douwes Dekker. Golongan ini ada yang bercita-cita menggantikan tenaga Belanda totok dalam mengatur pemerintahan di Indonesia, Tokohnya F. de Hoog.
  • Peranakan China jumlahnya banyak, tahun 1905 sudah mencapai 563.000 dan 1930 menjadi 1.233.000 orang. Pada tahun 1900 didirikan perkumpulan Tiong Hoa Hwee Koan untuk sekolah dan perkumpulan kematian. Dalam politik terdapat dua pandangan golongan Sin Po yang merupakan ultranasionalis China masih berorientasi ke negara leluhurnya. Mereka tidak bekerja pada pemerintah Belanda dan hidup dari dagang. Sedangkan Chung Hwa Hui berorientasi ke Indonesia dan mau bekerja pada Belanda. Golongan terakhir ini mendirikan Partai Tionghoa Indonesia tahun 1932. Mereka menentang peraturan sekolah yang dikeluarkan Belanda (1932) dan menyokong Petisi Sutarjo (1936). Tokohnya Tjoa Sik Ien.
  • Peranakan Arab juga dapat dikelompokkan atas dua bagian, mereka yang tetap berorientasi ke negara asalnya dan yang lebih cenderung ke Indonesia. Golongan pertama mendirikan perkumpulan Al-Irsyad yang kemudian berganti nama menjadi Indo Arabische Beweeging (19390. Mereka menganggap bahwa pergerakan kebangsaan Indonesia sebagai gerakan yang membahayakan kedudukan menengahnya sebagai Timur Asing. Sedangkan golongan kedua yang lebih nasional mendirikan Persatuan Arab Indonesia di Semarang tahun 1934 dengan tokohnya A.R.A. Baswedan. Mereka mengakui Indonesia sebagai tanah airnya dan menyokong Petisi Sutarjo.

e. Perkumpulan Pemuda.

Perkumpulan Pemuda merupakan perkumpulan pelajar, pada mulanya masih bersifat kedaerahan, akhirnya nasional juga. Di antara perkumpulan-perkumpulan pemuda adalah berikut ini :
  • Tri Koro Dharmo yang berarti tiga tujuan mulia, didirikan di Jakarta tahun 1915 di Gedung Kebangkitan Nasional. Seperti halnya dengan Boedi Oetomo perkumpulan ini beranggotakan pemuda Jawa dan kegiatannya seperti Boedi Oetomo juga. Di dalam kongresnya di Solo namanya diubah menjadi Jong Jawa. Pada tahun 20-an pandangannya sudah nasional, setelah Sumpah Pemuda diputuskan untuk berfusi dalam Indonesia Muda.
  • Jong Sumatra Bond, yang berarti persatuan pemuda Sumatra, didirikan di Jakarta tahun 1917. Persatuan ini bertujuan untuk memperkokoh hubungan antara pelajar-pelajar asal Sumatra, menanam keinsyafan bahwa mereka yang kemudian akan menjadi pemimpin dan membangkitkan kesenian Sumatra. Tokohnya Moh. Hatta dan Moh. Yamin.
  • Dengan berpola pada perkumpulan-perkumpulan daerah yang telah ada, maka di kalangan golongan muda juga diadakan perkumpulan seperti Jong Minahasa, Jong Celebes, dan Jong Ambon. Perkumpulan-perkumpulan ini kemudian berfusi dalam Indonesia Muda.
  • Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) didirikan tahun 1925 oleh mahasiswa Jakarta dan Bandung yang sejalan dengan Perhimpunan Indonesia. Tujuannya untuk kemerdekaan tanah air Indonesia Raya. Sifatnya antiimperialisme. Tahun 1932 memprotes dibangunnya patung Jenderal Van Heutz yang dinilai sebagai pewujud Pax Neerlandica.
  • Jong Indonesia didirikan di Bandung tahun 1927 dan telah nasional sifatnya. Kemudian namanya diubah menjadi Pemuda Indonesia. Bagian putrinya bernama Putri Indonesia. Pada tahun 1926 diadakan Kongres Pemuda Indonesia I di Jakarta dan dihadiri oleh sejumlah organisasi pemuda yang masih bersifat kedaerahan. Kongres tersebut belum mengambil keputusan penting, tetapi cita-cita Indonesia Bersatu mulai dirasakan.

Kongres Pemuda Indonesia II diadakan akhir Oktober 1928 di Jakarta. Pada hari terakhir kongres tanggal 28 Oktober 1928 bertempat di Jalan Kramat Raya nomor 126 Jakarta diambil keputusan penting yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Berisi pengakuan :
  • bertanah air satu, tanah air Indonesia,
  • berbangsa satu, bangsa Indonesia,
  • berbahasa satu, bahasa Indonesia.
Sumpah Pemuda membawa pengaruh besar dalam pergerakan nasional, sehingga hari kelahirannya disebut Hari Sumpah Pemuda dan tempatnya dijadikan gedung bersejarah yang diberi nama Gedung Sumpah Pemuda.

Post a Comment for "Pergerakan lapangan sosial"