Pengertian imperialisme dan kolonialisme (colonus)
Pengertian imperialisme dan kolonialisme (colonus)
Kolonialisme berasal dari kata colonus yang berarti petani. Pada mulanya petani-petani Yunani pindah dari negaranya yang tandus ke daerah lain yang subur. Daerah itu disebut koloni. Hubungan antara koloni dengan negara asal atau induk (motherland) tetap ada.
Negeri induk memandang daerah koloni seperti bagian dari negerinya, sehingga timbul pengertian penjajahan. Imperialisme berasal dari kata imperium yang berarti daerah raja (emperor). Keinginan menjadikan daerah lain menjadi milik raja menimbulkan paham imperialisme yang dirasakan sebagai penjajahan oleh penduduk yang daerahnya dikuasai.
Ditinjau dari asal kata, pengertian kolonialisme berbeda dengan pengertian imperialisme. Tetapi, dalam prakteknya kedua paham itu sama, yaitu sebagai paham penjajahan. Pada umumnya imperialisme dapat dibedakan atas dua macam yaitu imperialisme kuno (ancient imperialisme) dan imperialisme modern (modern imperialism).
Kedua macam imperialisme itu dapat dibedakan menurut dua hal berikut :
a. Waktu.
Imperialisme kuno terjadi sebelum Revolusi Industri, sedangkan imperialisme modern terjadi sesudahnya.
b. Kepentingan.
Di dalam imperialisme kuno, menginginkan kekuasaan dalam segala bidang dengan semboyan Gold, Gospel, Glory yang mengandung pengertian memperoleh harta kekayaan, menyebarkan agama (evangelie) dan berkuasa dalam bidang politik.
Adapun pada imperialisme modern, penguasaannya lebih ditekankan pada kelestarian dan keuntungan industri. Suatu daerah dikuasai oleh imperialisme modern untuk dijadikan sumber bahan industri, sebagai pasaran hasil industri dan sebagai tempat penanaman modal.
Faktor-faktor yang menyebabkan kolonialisme-imperialisme adalah sebagai berikut :
a. Faktor Kekuasaan.
Emperor (imperator) menginginkan kekuasaan yang dapat mempertinggi kebesarannya atau glory, jadi masalahnya karena prestise raja atau penguasa. Imperialisme tersebut melahirkan imperialisme politik (political imperialism). Sebagai contoh Kaisar Kubilai Khan dari negeri Cina menuntut Raja Kertanegara dari Indonesia untuk mengakuinya sebagai yang dipertuan.
b. Faktor Ekonomi atau Kekayaan.
Emperor (imperator) menginginkan kekayaan dari daerah lain untuk kemakmuran bangsa dan negaranya atau demi kepentingan dan kelangsungan industrinya disebut gold. Hal itu menimbulkan imperialisme modern. Sebagai contoh, Inggris menguasai India karena menginginkan bahan kapas untuk industrinya, serta menjadikan India yang sangat banyak penduduknya sebagai daerah pasaran hasil industrinya.
c. Faktor Ideologi atau Agama.
Imperator menginginkan agar penduduk daerah yang dikuasai menganut ideologi atau agamanya. Imperialisme demikian menimbulkan imperialisme kebudayaan (cultural imperialism), contohnya penyebaran agama Katolik oleh bangsa Spanyol dan Portugis dengan semboyan gospel. Rusia (Uni Soviet) yang menyebarkan komunisme juga dapat disebut sebagai imperialisme ideologi.
d. Faktor Militer.
Imperator menginginkan adanya suatu tempat yang strategis untuk keperluan militer dengan tujuan untuk pertahanan ataupun untuk pertimbangan kekuatan (balance of power). Keinginan tersebut menimbulkan imperialisme militer (military imperialism).
Inggris merebut Gibraltar, Malta, Siprus, Terusan Suez, Aden, Srilanka, Penang, dan Singapura untuk keperluan pertahanan atau kekuatan lautnya. Perancis menduduki Indo Cina untuk mengimbangi kekuasaan Inggris di Myanmar.
Dalam kenyataannya, imperialis menjalankan imperialisme karena dorongan dari beberapa faktor seperti faktor kekuasaan dengan ideologi atau agama dan faktor ekonomi dengan militer, ataupun faktor kekuasaan dengan militer. Jarang terjadi karena satu faktor saja, karena keperluan kaum imperialis sangat kompleks.
Baca juga selanjutnya di bawah ini :
Baca juga selanjutnya di bawah ini :