Kegagalan poltik etis (1900 - 1914)
Kegagalan poltik etis (1900 - 1914)
Setelah Politik Etis dilaksanakan sekitar satu setengah dasa warsa (1900 - 1914) mulai terdengar suara-suara yang mengatakan bahwa Politik Etis gagal. Hal-hal yang menyebabkan kegagalannya ialah sebagai berikut :- Terjadi pandangan-pandangan yang berbeda di kalangan bangsa Belanda sehingga para pelaksanaan seperti gubernur jenderal mulai ragu-ragu tidak berani secara tegas dalam menjalankan politik kolonialnya atas Indonesia.
- Timbulnya kaum cerdik pandai Indonesia yang menjadi motor Pergerakan Nasional Indonesia yang berhasil mempersatukan bangsa Indonesia sebagai satu kekuatan nasional untuk memperoleh kemerdekaan.
- Timbulnya Pergerakan Nasional Indonesia sebagai wadah perjuangan dalam lingkup Indonesia sebagai kesatuan dan dengan cara-cara modern dalam berorganisasi. Jadi tidak lagi bersifat kedaerahan dan hanya bergantung pada kharisma seorang pemimpin.
- Timbulnya Perang Dunia I yang banyak mengubah dunia khususnya Belanda dalam sikapnya terhadap daerah jajahannya, sehingga Belanda terpaksa mendirikan Dewan Rakyat (Volksraad) dan menghadapi tuntutan kelompok Radicale Concentratie.
- Tidak semua usaha-usaha Belanda berhasil dalam melaksanakan Politik Etis, misalnya makin kuat mengalirnya penduduk dari luar Jawa ke Jawa guna memperoleh pendidikan yang lebih tinggi atau mencari pekerjaan yang lebih baik. Hal itu bertentangan dengan emigrasi yang sedang dilakukan. Kegelisahan sosial meletus dalam wujud pemberontakan petani yang terjadi di Jambi tahun 1916, Pasar Rebo tahun 1916, Cimareme tahun 1918, dan Toli-toli tahun 1920.
Baca selanjutnya di bawah ini :
- Dasawarsa penindasan dan pemerasan
- Macam-macam golongan terbagi tiga pandangan pada abad ke-19/20
- Dasawarsa terakhir penindasan dan pemerasan yang dilakukan gubernur jenderal D. Fock