Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Berdirinya pergerakan dibidang agama Muhammadiyah (1912) dan Nahdatul Ulama (1926)

1. Muhammadiyah (1912).

Setahun setelah ADI terbentuk di Solo, dibentuk pula perkumpulan Muhammadiyah di Yogyakarta oleh Haji Ahmad Dhalan pada tanggal 18 November 1912. Perkumpulan yang berdasarkan agama ini bertujuan memberikan pengertian ilmu agama yang benar, memberikan pengarahan hidup menurut ajaran agama, dan memajukan pengajaran berdasarkan agama Islam.

Muhammadiyah tidak menjalankan kegiatan politik, melainkan kegiatan agama-sosial dengan pertimbangan bahwa lapangan kegiatannya lebih banyak memerlukan kerja daripada pembicaraan. Terhadap pemerintah Belanda sikapnya kooperatif. Sayang bahwa justru dengan Sarekat Islam sendiri terdapat persaingan yang merugikan keduanya.

Kegiatan nyata yang dilakukan oleh Muhammadiyah, meliputi beberapa hal berikut ini :

  • Pengajaran : Perguruan Muhammadiyah didirikan di berbagai tempat dengan cara-cara yang modern termasuk mempergunakan bahasa Belanda. Perguruan ini bersedia menerima bantuan keuangan dari pemerintah Belanda demi kemajuan. Diadakan kegiatan pemberantasan buta huruf.
  • Sosial : Diadakan rumah yatim piatu dan kegiatan dakwah, sehingga masyarakat memperoleh pengarahan kehidupan beragama yang modern dan mengadakan bank Islam untuk membantu pengusaha-pengusaha lemah. Mengadakan organisasi wanita yang dinamai Aisyiah, sedangkan organisasi pemudanya bernama Hisbul Wathon.
  • Kesehatan : Rumah sakit dibangun demi kesehatan dan kesejahteraan rakyat.
  • Agama : Disingkatkan tradisi-tradisi lama yang melekat pada agama yang sifatnya animis dan dikembangkan ajaran-ajaran agama dengan cara modern, membentuk Badan Berjalan Haji yang mengurus perjalanan haji ke tanah suci.

Tokoh Muhammadiyah yang terkenal adalah Haji Fakhrudin yang juga menjabat salah seorang pengurus besar Sarekat Islam. Tetapi tahun 1927 Sarekat Islam mengadakan lagi disiplin partai yang ditujukan kepada anggota Muhammadiyah yang menjadi anggota Sarekat Islam.

2. Nahdatul Ulama (1926).

Kemajuan yang diperoleh Sarekat Islam dan Muhammadiyah yang akan menghadiri Kongres Dunia Kaum Islam di Arab Saudi dapat menimbulkan pengaruh Wahabi di Indonesia, menimbulkan reaksi golongan kaum kolot atau ortodoks (menurut Sarekat Islam dan Muhammadiyah). Mereka itu membentuk perkumpulan agama bernama Nahdatul Ulama (NU) di Surabaya tanggal 31 Desember 1926. Tokoh-tokohnya adalah K.H. Wahid Hasyim dan K.H. Masykur.

Baca juga selanjutnya di bawah ini


Tugas Sunan Kudus Sebagai Senopati Demak Bintoro

Daerah pengangguran mula-mula di Jawa Timur kemudian meluas ke Jawa Tengah, Jawa Barat dan menjelang Perang Dunia II sudah sampai luar Jawa. Tahun 1945 NU masuk dalam Masyumi, tetapi keluar tahun 1952. Sejak itu NU bukan hanya merupakan perkumpulan agama-sosial-pendidikan, tetapi sudah menjadi partai politik. Dalam pemilihan umum tahun 1955 maupun 1971 merupakan salah satu partai besar.