Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pergerakan wanita R.A. Kartini yang memperjuangkan hak kaum hawa pada tahun 1879 - 1904

Pergerakan wanita R.A. Kartini yang memperjuangkan hak kaum hawa pada tahun 1879 - 1904 

Pergerakan wanita dipelopori oleh R.A. Kartini (1879 - 1904) yang kegiatannya mempunyai sifat emansipasi, artinya persamaan hak. Kaum wanita menuntut hak sama dengan kaum pria dalam pendidikan dan perkawinan. 

Hari lahir R.A.Kartini tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Dalam perkumpulan-perkumpulan sosial dan politik yang besar, juga terdapat tempat untuk kaum wanita. Misalnya Aisyiah dalam Muhammadiyah, Muslimat dan NU, Ina Tani dalam Serikat Ambon, dan Wanita Taman Siswa dalam perguruan Taman Siswa. Di samping itu ada perkumpulan wanita lain yang berperanan sendiri seperti berikut ini.

Gambar R.A Kartini

Pergerakan wanita R.A. Kartini yang memperjuangkan hak kaum hawa pada tahun 1879 - 1904


  • Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI) yang timbul sebagai hasil Kongres Perempuan Indonesia yang pertama di Yogyakarta (1928). Tujuannya memberikan penerangan kepada anggota, mendirikan dana belajar untuk anak-anak wanita yang pandai tetapi tidak mampu, mengadakan kursus-kursus kesehatan, menentang perkawinan anak-anak (di bawah umur) waktu nikah, dan pemberian sokongan kepada janda dan anak piatu pegawai negeri. Tahun 1929 namanya diubah menjadi Perserikatan Perhimpunan Isteri Indonesia (PPII).
  • Isteri Sedar didirikan di Bandung tahun 1930 oleh Nona Suwarno Joyoseputro. Tujuannya mempertinggi kesadaran wanita Indonesia untuk melaksanakan dan menyempurnakan Indonesia merdeka. Pahamnya sejalan dengan PNI, sehingga perjuangannya untuk monogami mendapat tantangan dari organisasi lain yang mau tetap mempertahankan poligami, ikut mengirimkan utusan ke Kongres Wanita Asia di Lahore (ingat Pan-Asiatisme), sikap nonkooperatif.
  • Isteri Indonesia(II) didirikan tahun 1932 dan sudah berdasarkan nasionalisme dan demokrasi. Tujuannya mencapai Indonesia Raya, dan sealiran dengan Parindra dan bersikap kooperatif terhadap Belanda. Karena itu menyokong Petisi Sutarjo dan menuntut wakil dalam Dewan Kota. Tokoh-tokohnya Ny. Sunaryo Mangunpuspito, Mr. Maria Ulfah Santoso.