Misteri Uji Keperawanan di Candi Sukuh/Candi Pasutri Di bagian barat lereng Gunung Lawu
Misteri Uji Keperawanan di Candi Sukuh/Candi Pasutri Di bagian barat lereng Gunung Lawu
Di bagian barat lereng Gunung Lawu, tepatnya di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, terdapat sebuah bangunan tua bersejarah bernama Candi Sukuh yang memiliki misteri sendiri.
Candi yang jadi tempat beribadah umat Hindu ini terletak di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, dengan ketinggian 910 mdpl. Situs ini ditemukan pada 1815 oleh Johnson, pada masa pemerintah Gubernur Hindia Belanda Jenderal Sir Thomas Stamford Bingley Raffles.
Candi Sukuh sering disebut sebagai candi vulgar, karena beberapa relief yang tersebar bergambar aktivitas seksual pasangan suami istri (pasutri).
Gambar Candi Sukuh
Relief-relief tersebut mengajarkan betapa sakralnya hubungan pernikahan.
Posisi Candi Sukuh menghadap ke barat dengan susunan halaman terdiri dari tiga teras. Teras-teras tersebut melambangkan tiga tingkatan menuju kesempurnaan.
Saat menaiki gapura pertama, pengunjung akan melihat relief alat kelamin pria (lingga) dan alat kelamin wanita (yoni). Di sekeliling relief juga terdapat pola rantai.
Menurut mitos yang beredar di kalangan masyarakat setempat, dulunya relief ini kerap digunakan untuk menguji keperawanan seseorang.
Konon, ada seorang pria yang ingin menguji kesetiaan seorang wanita sebelum menjadi istrinya. Sang pria lalu meminta sang wanita untuk melangkahi relief itu.
Jika kain kebaya yang dikenakan sang wanita sobek, maka diyakini kalau calon istrinya sudah tidak lagi perawan. Dari sejumlah penelitian, diperkirakan kalau Candi Sukuh didirikan pada abad 15 Masehi, semasa dengan pemerintahan Ratu Suhita, seorang ratu dari Kerajaan Majapahit yang memerintah pada 1429 sampai 1446.
Dijelaskan Budi, keberadaan relief vulgar tersebut murni sebagai simbol pengingat untuk umat, yang tidak terlepas dari pengaruh budaya masyarakat kuno dalam mengusir roh halus.
Salah satu contohnya, anak kecil yang sakit diyakini ada roh halus di tubuhnya. Dari situ tercipta beberapa cara untuk menyembuhkan anak kecil yang sedang sakit.
"Pertama, anak akan disuruh memutari rumah tanpa mengenakan pakaian. Kedua, sang orang tua akan mengusapkan tangan ke alat kelaminnya, lalu tangannya diusapkan ke muka sang anak. Semua itu merupakan tradisi kuno yang membentuk budaya pembangunan candi ini,"
Secara keseluruhan pola halaman dan penggambaran relief merupakan simbol menuju kesucian yang diwujudkan melalui upacara keagamaan atau ruwatan.
Ruwatan adalah salah satu bentuk ritual untuk membersihkan diri dan menaikkan derajat seseorang kepada tingkatan yang lebih suci.
Gambaran mengenai pembebasan itu diwujudkan dalam relief cerita Cuddhamala, Samuderamanthana, Bima Suci, Ramayana dan Swargarohanaparwa, yang bisa dilihat langsung saat berkunjung ke Candi Sukuh.
Baca juga selanjutnya Sejarah asal mula arsitektur candi cetho di karanganyar
Baca juga selanjutnya Sejarah asal mula arsitektur candi cetho di karanganyar
Post a Comment for "Misteri Uji Keperawanan di Candi Sukuh/Candi Pasutri Di bagian barat lereng Gunung Lawu"