Dinasti Saffariah 867-903
Dinasti Saffariah 867-903 - Philip K. Hitti mengatakan bahwa Dinasti Saffariah didirikan oleh Ya'kub Ibn Al-Laits. Dinasti ini lebih singkat jika dibandingkan dengan Dinasti Thahiriyah. Dinasti ini hanya bertahan 21 tahun. ia berasal dari keluarga perajin tembaga dan semenjak kecil bekerja di perusahaan orang tuanya. Keluarga ini berasal dari Sijistanz”. Selain ahli dalam bidang ini, ia juga dikenal gemar merampok, tetapi dermawan terhadap fakir miskin. Lebih jelasnya, berikut ini adalah ungkapan Philip K. Hitti.
“The Safarid. Dinasty, which originated in Sijistan and reigned in Persia for forty-one years (867-908), owes its foundations to one Ya ’qub Ibn Al-Layth As-Sajfar (867-78). As-Sajffar (copper-smith) was a coppersmith by profession and a brigand by avocatlons.''
Menurut Boswort, sekalipun singkat, kelompok Saffariyah ini memiliki kekuasaan yang cukup luas dan megah Ya'kub mendapat simpati dari pemerintah Sijistan pada waktu itu karena dinilai memiliki kesopanan dan keberanian.
Oleh karena itu, Ya'kub ditunjuk untuk memimpin pasukan memerangi pembangkang terhadap Daulah Abbasiyah di bagian timur. khususnya di Sijistan. Ketika Ya'kub menjadi panglima perang, ia berhasil mengalahkan para pembangkang dalam waktu relatif singkat. Akhirnya, ia berjalan sendiri tanpa menghiraukan perintah Baghdad setelah ia menjabat “Amir di Khurasan.
Selanjutnya, menguasai kota Harat dan Busang. Setelah berhasil mengusir tentara Thahiriyah, akhirnya ia menjadi pemimpin di daerah itu. Ya'kub juga menaklukkan sisa-sisa kebiasaan yang pemah diimani oleh Thahiriyah yang masih setia di Khurasan sehingga kebiasaannya makin luas dan mantap.
Ya'kub sangat berambisi menduduki kekuasaannya dengan gerakannya yang membabi buta. Hal ini sebenarnya sudah diperingatkan oleh khalifah di Baghdad pada waktu itu, namun ia tidak memerdulikan lagi apa yang dilarang oleh pemerintah pusat. la menentangnya dan melanjutkan gerakannya sampai Persia, Irak Ahwal. Karena faktor inilah.
Boswort menyebutkan bahwa Dinasti Saffariah ini luas. Saffariah juga dikenal sebagai dinasti yang dipimpin oleh rakyat jelata. dan perilaku mereka seperti bandit dan yang menjadi elemen-elemen mereka juga tokoh-tokoh radikal.
Kerasnya sikap Yakub dan penentangnya yang keras terhadap instruksi khalifah, serta ditunjukkannya kekuasaan-kekuasaan baru yang diduduki oleh Ya’kub“ dengan kekuatan bala tentara yang cukup kuat, menunjukkan bahwa Khalifah Abbas di Baghdad sudah menunjukkan kelemahan.
Dengan kelemahannya ini, Baghdad yang waktu itu dipimpin oleh Al-Mu'tamad telah menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada Ya'kub. Di antara daerah-daerah yang diberikan khalifah pada waktu itu adalah Khurasan, Tibrasan, Jurjan, dan Ar-Ra.
Ya'kub menjadi pemimpin dinastinya kurang lebih 11 tahun. Setelah ia meninggal pada tahun 878, kepemimpinannya diserahkan kepada melaranya, Amr Ibn Al-Laits. Sikap Amr ini tidak keras, seperti saudaranya, Ya'kub, bahkan sebelum ia diangkat menggantikan Ya'kub, ia telah mengirimkan surat kepada pemerintahan Baghdad yang intinya akan mengikuti semua petunjuk yang diberikan oleh Baghdad pada daerahnya.
Dengan demikian, pengangkatan Amr pun mendapat sokongan dari Baghdad. Sekalipun demikian, tidak ada keterangan yang menyebutkan bahwa surat itu dimaksudkan sebagai tujuan politik agar Baghdad mendukungnya. Fakta yang ada adalah Amr akan menaati seluruh Baghdad.
Kenyataaan ini didukung pula oleh fakta bahwa setelah ia menggantikan kakaknya, hubungan Baghdad dengan Saffariah semakin baik. Namun, ada analisis yang menyebutkan, Baghdad melunak terhadap Amr dengan tujuan lebih menenangkan suasana, dan stabilitas politik, karena jika Al-Mu'tamad tidak mendukungnya dikhawatirkan kelompok Amr ini akan menambah masalah.
Sekalipun demikian, kekuasaan Amr ini dieleminasi sehingga, luas wilayahnya tidak seluas seperti yang dikuasai oleh Ya’kub. Di antara wilayah yang dicabut khalifah adalah daerah Khurasan, dan diberikannya kepada Mahmud bin Thahir.
Pada saat khalifah Baghdad dipegang bleh Al-Mu’tadid, Baghdad tetap mengakui kekuasaan Amr, sekalipun mendapat perlawanan dari kalangan istana. Pembesar istana menahan Amr, kemudian memberikan kekuasaaannya kepada cucunya, Thahir Ibn Muhammad Ibn Amr.
Baca juga di bawah ini
Setelah Thahir Ibn Muhamad Ibn Amr, kekuasaan diberikan kepada saudaranya Al-Laits Ibn Ali Ibn Al-Laits, tetapi khalifah ini berhadapan dengan As-Sabakri, yaitu pembantu Amr Ibn Al-Laits. Pada saat inilah terjadi perebutan kekuasaan dan berakhirlah riwayat Dinasti Saffariah.