Dinasti Thuluniyah 868 - 901 M
Dinasti Thuluniyah 868 - 901 M - Dinasti ini merupakan dinasti yang kecil pertama di Mesir pada pemerintahan Abbasiyah, yang memperoleh hak otonom dari Baghdad. Dinasti ini didirikan oleh Ahmad Ibn Thulun, yaitu seorang budak dari Asia Tengah yang dikirim oleh panglima Thahir bin Al-Husain ke Baghdad untuk dipersembahkan kepada Khalifah Al-Makmun dan diangkat menjadi kepala pegawai Istana.
Ahmad Ibn Thulun ini dikenal sebagai sosok yang dikenal kegagahan dan keberaniannya, dia juga seorang yang dermawan, Hafidz, ahli di bidang sastra, syariat, dan militer. Pada mulanya, Ahmad Ibn Thulun datang ke Mesir sebagai wakil gubernur Abbasiyah di sana, lalu menjadi gubernur yang wilayah kekuasaannya sampai ke Palestina dan Suriah.
Pada masa Khalifah Al-Mu'taz, Ahmad Ibn Thulun ditunjuk sebagai wali di Mesir dan Libya atas bantuan ayah tirinya yang menjabat sebagai panglima Turki di belahan barat. Masa ini merupakan masa disintegrasi dan distabilitas politik pemerintahan Abbasiyah.
Situasi tersebut dimanfaatkan oleh Ahmad bin Thulun dengan memproklamasikan indepedensi wilayahnya dan membentuk Dinasti Thuliniyah. Meskipun demikian. Thuluniyah masih tetap memperlihatkan loyalitasnya pada Baghdad melalui penyebutan nama lthalifah dalam khotbah Jumat dan penulisan nama khalifah pada mata uang, serta pembayaran pajak sejumlah 300.000 dinar.
Keberadaan Dinasti Thuluniyah di Mesir semakin bertambah besar dan kuat, apalagi setelah adanya ikatan kuat melalui perkawinan antara Ahmad Ibn Thulun dengan saudara Yarjukh”, sebagai jaminan atas kedudukan yang diperoleh Thuluniyah. Ahmad Ibn Thulun mulai mengadakan ekspansi ke wilayah Hijaz di Semenanjung Arabia hingga Palestina dan Siria, yaitu pada tahun 878 M., serta wilayah Sisilia di Asia Kecil pada tahun 879 M.
Posisi Ahmad Ibn Thulun yang secara politis banyak menguntungkan bagi penguatan kekuasaannya tersebut, Al-Muwaffaq (salah seorang saudaranya Khalifah Al-Mu'tamid pada saat itu), merasa iri hati dan ia merencanakan untuk membuat strategi dalam memengaruhi khalifah agar menyerang Ahmad sehingga tidak terhindarkan lagi terjadinya benturan fisik antara Khalifah Al-Mu'tamid dengan Ahmad Ibn Thulun. Namun, karena mempunyai dukungan dan pasukan yang tangguh dan terlatih, kedudukan Ahmad Ibn Thulun masih tetap kokoh dan kuat.
Beberapa saat setelah peristiwa peperangan tersebut, Ahmad Ibn Thulun menderita sakit, dan lama-kelamaan sakitnya bertambah parah, akhirnya ia meninggal pada tahun 270 Hijriah dalam usia 50 tahun dan kekuasaan pun pindah ke tangan putranya yang tertua bernama Al-Khumarwaihi.
Ketika kekuasaan berada di tangan Al-Khumarwaihi. yaitu pada tahun 884-895 M., Dinasti Thuluniyah mencapai kejayaannya. Pada masa ini pula, Khalifah Al-Mu'tamid apakan harus menyerahkan wilayah Mesir, Siria sampai gunung Tauruts dan wilayah Aljazair (Mesopotamia Utara), kecuali Mosul kepada Al-Khumarwaihi.
Pada saat itu pula berbagai prestasi Dinasti Thuluniyah telah banyak dicapai. Dinasti Thuluniyah mampu mengukir dan'memperkaya peradaban islam yang semasa Dinasti Umayah mengalami kemunduran. Sebagai contoh kemajuan prestasi dinasti tersebut ialah dalam bidang seni arsitektur, telah berdiri sebuah masjid Ahmad Ibn Thulun yang megah, Pembangunan rumah sakit yang memakan biaya cukup besar sampai 60.000 dinar, dan bangunan Istana Al-Khumarwaihi dengan balairung emasnya.
Kemewahan dan keistimewaan masjid Ahmad Ibn Thulun terletak pada menaranya yang melintang dan melilit ke atas. Setiap hari Jumat, di masjid tersebut selalu disediakan dokter khusus untuk mengobati pasien secara cuma-cuma tanpa melihat agama dan alirannya (bebas)”.
Adapun keistimewaan Istana Al-Khumarwaihi terletak pada seluruh dinding balairungnya yang dilapisi emas dan dihiasi dengan relief dirinya. Istana tersebut dibangun di tengah-tengah kebun yang tumbuh-tumbuhannya sangat indah, juga terdapat kebun binatang.
Kemajuan prestasi di bidang yang lainnya ialah di bidang militer, Thuluniyah mempunyai 100.000 prajurit yang cakap dan terlatih dari orang Turki dan budak belian dari bangsa Negro. Thuluniyah membangun kubu-kubu pertahanan dan sebuah benteng yang kokoh di atas pulau Ar-Raudah. Pada masa itu juga, banyak dibangun irigasi sebagai sarana pertanian yang terletak di lembah Sungai Nil.
Selama beberapa tahun menjelang berakhirnya masa kekuasaan AlKhumarwaihi, pada dinasti ini mulai kelihatan adanya gejalavgejala memburuk, yaitu pada tahun 896 M., Al-Khumarwaihi meninggal dan tahta kerajaan secara berurutan diserahkan kepada Abu Al-'Asakir Jaisy Ibn Khumarwaihi (895-896 M.), kemudian Harun bin Khumarwaihi dan Saiban Ibn Ahmad Ibn Thulun.
Baca juga selanjutnya di bawah ini
Pada masa kekuasaan terakhir (Syaiban), muncul dan berkembang sekte-sekte keagamaan Qaramitah yang berpusat di Gurun Siria. Melihat keadaan seperti itu, Syaibah tampaknya tidak mempunyai kekuatan untuk mengendalikan sekte-sekte tersebut, dan bersamaan dengan itu pula Khalifah Abbasiyah mengirimkan pasukan untuk menaklukkan Dinasti Thuluniyah serta membawa keluarga dinasti yang masih hidup ke Baghdad. Setelah ditaklukkan, Dinasti Thuluniyah jatuh dan hancur.