Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ekspansi pada Masa Umayah

Ekspansi pada Masa Umayah - Secara tanam. penaklukan pemerintahan Bani Umawiyah, meliputi tiga wilayah. Pertama, melawan pasukan Romawi di Asia Kecil. Penaklukan ini sampai dengan pengepungan Konstantinopel dan beberapa kepulauan di laut tengah. Kedua, wilayah Afrika Utara. Penaklukan ini aarnpal ke Samudra Atlantik dan menyeberang ke Gunung Thariq hingga ke Spanyol. Ketiga, wilayah timur. Penaklukan ini sampai ke sebelah timur irak. Kemudian. meluas ke wilayah Turkistan di utara, serta ke wilayah Sindh di bagian selatan”. 

Ekspansi Bani Umayah dalam rangka memperluas wilayah kekuasaan merupakan lanjutan dari ekspansi yang dilakukan oleh para pemimpin islam sebelumnya. Muawiyah berhasil menaklukkan Tunis, Khurasan sampai ke sungai Oxus serta Afganistan sampai Kabul; dan angkatan laut Muawiyah menyerang Konstantinopel (ibukota Bizantium). Ekspansi ini kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abd Al-Malik. Ia berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Fergana, Samarkand, dan bahkan sampai ke India dengan menguasai Balukhistan, Sind, dan daerah Punjab sampai ke Maltan.

Ekspansi pada Masa Umayah

Selain itu, Walid Ibn Abd Al-Malik adalah khalifah yang berhasil menundukkan Maroko dan Al-Iazair. Dari kota ini, serangan kemudian dilanjutkan ke Eropa atas pimpinan Thariq Ibn Ziyad. Tentara Spanyol dapat dikalahkan oleh pasukan Thariq. Oleh karena itu, ibukota Spanyol, Kordova, dapat dikuasai. 

Setelah itu, dikuasai pula kota Seville, Elvira, dan Toledo. Pada zaman Umar Ibn Abd Al-Aziz, serangan dilakukan ke Perancis yang dipimpin oleh Abd Ar-Ralunan Ibn Abdullah Al-Gaiiqi. Di Perancis, umat Islam berhasil menundukkan Bordeau dan Poitiers, kemudian serangan dilanjutkan untuk menundukkan kota Tours. Namun, Al-Gafiqi mati terbunuh, akhirnya tentara Islam mundur dan kembali ke Spanyol. 

Secara operasional, Ahmad Al-Usairy menjelaskan lekak-likuk penaa klukan tersebut bahwa ke wilayah Romawi (Turki) ketika itu selalu dilakukan pengintaian dan ekspedisi ke sana. Tujuannya adalah menaklukkan Konstantinopel. Kota itu dikepung pada tahun 50 H./670 M. dan tahun 53-61 H./672-680 M., namun tidak berhasil ditaklukkan. 

Muawiyah membentuk pasukan laut yang besar yang siaga di Laut Tengah dengan kekuatan 1.700 kapal. Dengan kekuatan itu, dia berhasil memetik berbagai kememangan. Dia berhasil menaklukkan pulau Jarba di Tunisia pada tahun 49 H./669 M., kepulauan Rhodesia pada tahun 53 H./673 M., kepulauan Kreta pada tahun 55 H./624 M., kepulauan Ijih dekat Konstantinopel pada tahun 57 H./680 M.

Di Afrika, Benzarat berhasil ditaklukkan pada tahun 41 H./661 M. Qamuniyah (dekat Qayrawan) ditaklukkan pada tahun 45 H./665 M., Susat juga ditaklukkan pada tahun yang sama. Uqbah bin Nafi berhasil menaklukkan Sirt dan Mogadishu, T harablis, dan menaklukkan Wadan kembali. 

Kota Qayrawan dibangun pada tahun 50 H./ 670 M. Kur sebuah wilayah di Sudan berhasil pula ditaklukkan. Akhirnya, penaklukan ini sampai ke wilayah Maghrib Tengah (Aljazair). Uqbah bin Nafi adalah komandan yang paling terkenal di kawasan ini”. 

Selain itu, 'penaklukan meluas ke kawasan timur (negeri Asia Tengah dan Sindh). Negeri-negeri Asia Tengah, meliputi kawasan yang berada di antara sungai Sayhun dan Jayhun. Di antara kerajaan yang paling penting adalah Thakharistan dengan ibukotanya Balkh, Shafaniyan dengan ibukota Syawrnan, Shaghad dengan ibukota Samarkand dan Bukhari, Farghana dengan ibukota Jahandah, Khawarizm dengan ibukota Jurjaniyah_ Asyrusanah dengan ibukota Banjakat, Syasy dengan ibukota Bankats, Mayoritas penduduk di kawasan itu adalah kaum paganis. Pasukan Islam menyerang wilayah Asia Tengah pada tahun 41 H./661 M. 

Baca juga selanjutnya di bawah ini
Pada tahun 43 H./663 M., mereka mampu menaklukkan 'Sajistan dan sebagian wilayah T'hakharistan pada tahun 44 H./665 M. Mereka sampai ke wilayah Quhistan. Pada tahun 44 H./664 M., Abdullah bin Ziyad tiba di pegunungan Bukhari. Pada tahun 44 H./664 M., kaum muslimin menyerang wilayah Sindh dan India. Penduduk'di tempat itu, selalu melakukan pemberontakan sehingga membuat kawasan itu tidak selamanya stabil, kecuali pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik.