Fase kemunduran Islam pada abad ke-17 M (1700-1800)
Fase kemunduran Islam pada abad ke-17 M (1700-1800) - Sesudah Sulaiman Al-Qanuni, Kerajaan Utsmani tidak lagi mempunyai sultan-sultan kenamaan. Kerajaan ini mulai memasuki fase kemundurannya pada abad ke-17 M. Di dalam negeri timbul pemberontakan-pemberontakan, seperti di Suria di bawah pimpinan Kurdi Jumbulat, di Lebanon di bawah pimpinan Druze Amir Fakhruddin. Dengan negara-negara tetangga pun terjadi peperangan, seperti Venitia (1645-1664 M.) Syah Abbas dari Persia.
Jenissary, nama yang diberikan kepada tentara Utsmani juga berontak. Sultan-sultan berada di bawah kekuasaan Harem. Pada saat yang sama, di Eropa mulai pula timbul negara-negara yang kuat, sedang Rusia di bawah Peter Yang Agung telah pula berubah menjadi negara yang maju. Dalam peperangan dengan negara-negara ini, Kerajaan Utsmani mengalami kekalahan-kekalahan dan daerahnya di Eropa mulai diperkecil sedikit demi sedikit.
Munania memperoleh kemerdekaannya kembali pada tahun 1829 M. dan Rumania lepas pada tahun 1856. Yang lain-lain mengikuti, sehingga akhirnya sesudah Perang Dunia I, daerah Kerajaan Utsmani yang demikian luas dahulu hanya mencakup Asia Kecil dan sebagian kecil dari daratan Eropa Timur. Kerajaan Utsmani lenyap dan sebagai gantinya timbul Republik Turki pada tahun 1924 M.
Di Persia, Kerajaan Syafawi mendapat serangan dari Raja Afghan yang berlainan dengan syah-syah Syafawi. menganut paham Sunni. Mir Muhammad dapat menguasai Asfahan pada tahun 1722 M. Tetapi, dalam pada itu, Nadir Syah seorang jenderal, atas nama Syah Tahmasp II dapat merampas ibukota itu kembali pada tahun 1730 M. Kemudian, ia sendiri yang menjadi Syah di Persia.
Akan tetapi, pada tahun 1750 M., Karim Khan dari Dinasti Zand dapat merampas kekuasaan di seluruh Persia, kecuali daerah Khurasan. Kekuasaan Dinasti Zand ditentang oleh Dinasti Qajar dan akhirnya Agha Muhammad dapat mengalahkan Dinasti Zand pada tahun 1794 M. Semenjak itu, sampai tahun 1925 M., Persia diperintah oleh Dinasti Qajar.
Di India, di bawah pemerintahan Aurangzeb yang mendapat gelar Alamghir, terjadi pemberontakan-pemberontakan dari pihak golongan Hindu yang merupakan mayoritas penduduk India. Pemberontakan Sikh dipimpin oleh Guru Tegh Bahadur kemudian oleh Guru Gobind Singh. Golongan Rajput berontak di bawah pimpinan Raja Udaipur. Kaum Mahratas dipimpin oleh Sivaji dan anaknya Sambaji.
Sesudah Aurangzeb meninggal, serangan-serangan pemberontak bertambah kuat dan akhirnya daerah-daerah yang jauh dari Delhi melepaskan diri dari kekuasaan Mughal satu demi satu. Dalam hal itu, Inggris telah pula turut memainkan peranan dalam politik India dan menguasai India pada tahun 1857 M. sampai tahun 1947 M. India menjadi jajahan Inggris.
Pada masa ini, kekuatan militer dan politik umat Islam menurun. Dagang dan ekonomi umat Islam, dengan hilangnya monopoli dagang antara timur dan barat dari tangan mereka jatuh. Ilmu pengetahuan di dunia Islam dalam keadaan stagnasi. Tarikat-tarikat diliputi suasana khurafat dan superstisi. Umat Islam dipengaruhi oleh sikap vatalistis. Dunia Islam dalam keadaan mundur dan statis.
Pada masa itu, Eropa dengan kekayaan-kekayaan yang diangkut dari Amerika dan laba yang timbul dari dagang langsung dengan Timur Jauh bertambah kaya dan maju. Penetrasi barat, yang kekuatannya bertambah besar, ke dunia Islam yang didudukinya, makin lama bertambah mendalam.
Baca juga di bawah ini
Akhirnya, pada tahun 1798 M., Napoleon menduduki Mesir, sebagai salah satu pusat Islam yang terpenting. Jatuhnya pusat Islam ini ke tangan Barat, menginsyafkan dunia Islam akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di barat telah muncul peradaban yang lebih tinggi dari peradaban Islam dan merupakan ancaman bagi kehidupan Islam sendiri.