Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penganut Syi'ah Dinasti Idrisiyah 789-926 M

Penganut Syi'ah Dinasti Idrisiyah 789-926 M - Dinasti ini didirikan oleh salah seorang penganut Syi'ah, yaitu Idris bin Abdullaah pada tahun 172 H./789 M. Dinasti ini merupakan Dinasti Syi'ah pertama yang tercatat dalam sejarah berusaha memasukkan Syi'ah ke daerah Maroko dalam bentuk yang sangat halus.

Muhammad bin Idris merupakan salah seorang keturunan Nabi Muhammad SAW.. yaitu cucu dari Hasan, putra Ali bin Abi Thalib” Dengan demikian, dia mempunyai hubungan dengan garis imam-imam Syi'ah Dia juga ikut ambil bagian dalam perlawanan keturunan Ali di Hijaz terhadap Abbasiyah pada tahun 169/786, dan terpaksa pergi ke Mesir, kemudian ke Afrika Utara, di mana prestise keturunan Ali membuat para tokoh Barbar Zenata di Maroko Utara menerimanya sebagai pemimpin mereka. 

Berkat dukungan yang sangat kuat dari suku Barbar inilah, Dinasti Idrisiyah lahir dan namanya dinisbahkan dengan mengambil Fez sebagai pusat pemerintahannya. Paling tidak, ada dua alasan mengapa Dinasti Idrisiyah muncul dan menjadi dinasti yang kokoh dan kuat, yaitu karena adanya dukungan yang sangat kuat dari bangsa Barbar, dan letak geografis yang sangat jauh dari pusat pemerintahan Abbasiyah yang berada di Baghdad sehingga sulit untuk ditaklukkannya. 

Penganut Syi'ah Dinasti Idrisiyah 789-926 M

Pada masa Kekhalifahan Bani Abbasiyah dipimpin oleh Harun Ar-Rasyid, (menggantikan Al-Hadi), Harun Ar-Rasyid merasa posisinya terancam dengan hadirnya Dinasti Idrisiyah tersebut, maka Harun Ar-Rasyid merencanakan untuk mengirimkan pasukannya dengan tujuan memeranginya. 

Namun, faktor geografis yang berjauhan, menyebabkan batalnya pengiriman pasukan. Harun Ar-Rasyid memakai alternatif lain. yaitu dengan mengirim seorang mata-mata bernama Sulaiman bin Jarir yang berpura-pura menentang Daulah Abbasiyah sehingga Sulaiman mampu membunuh Idris dengan meracuninya. Taktik ini disarankan oleh Yahya Barmaki kepada Khalifah Harun Ar-Rasyid. 

Terbunuhnya Idris tidak berarti kekuasaan Dinasti Idrisiyah menjadi tumbang karena bangsa Barbar telah bersepakat untuk mengikrarkan kerajaan mereka sebagai kerajaan yang merdeka dan independen. 

Dikabarkan pula bahwa Idris meninggalkan seorang hamba yang sedang tungaudung anaknya. Dan ketika seorang hamba tersebut melahirkan, hum Barbar memberikan nama bayi tersebut dengan nama Idris dan lnengikrarkannya sumpah setia kepadanya sebagaimana yang pernah diikrarkan kepada bapaknya. Dan Idris inilah yang melanjutkan jejak bapaknya (Idris bin Abdullah) dan disebut sebagai Idris II.


ldris I dan putranya Idris II telah berhasil mempersatukan suku-suku Barbar, imigran-imigran Arab yang berasal dari Spanyol dan Tripolitania di bawah satu kekuasaan politik, mampu membangun kota Fez sebagai kota pusat perdagangan, kota suci, tempat tinggal Shorfa (orang-orang terhormat keturunan Nabi dari Hasan dan Husain bin Ali bin Abi Thalib), dan pada tahun 1959 di kota ini, telah didirikan sebuah masjid Fathima dan Universitas Qairawan yang terkenal. 

Pada masa kekuasaan Muhammad bin Idris (828-836 M.), Dinasti Idrisiyah telah membagi-bagi wilayahnya kepada delapan orang saudaranya, walaupun ia sendiri tetap menguasai Fez dan memiliki semacam supremasi moral terhadap wilayah-wilayah lainnya. Setelah ia memerintah selama masa yang cukup tenang, putranya yang bernama Ali menggantikannya sebagai raja. 

Pada masa Ali bin Muhammad (836-849 M.), terjadi konflik antarkehmga dengan kasus yang klasik, yaitu terjadi penggulingan kekuasaan yang pada akhirnya kekuasaan Ali pindah ke tangan saudaranya sendiri, yaitu Yahya bin Muhammad. 

Pada masa Yahya bin Muhammad ini, kota Fez banyak dikunjungi imigran dari Andalusia dan daerah Afrika lainnya. Kota ini berkembang begitu pesat, baik dari segi pertumbuhan penduduk maupun pembangunan gedung-gedung megah. Di antara gedung yang dibangun pada masa itu ialah masjid Qairawan dan masjid Andalusia. 

Menurut versi lain bahwa di kota itu didirikan pula sebuah masjid 'yang diberi nama masjid Fathima yang merupakan benih dari masjid dan Universitas Qairawan yang terkenal pada tahun 859 M. Tepat pada tahun 863 M. Yahya bin Muhammad meninggal dan kekuasaannya berpindah ke tangan putranya, yaitu Yahya II.

Pada masa pemerintahan Yahya II ini terjadi kemerosotan yang disebabkan oleh ketidakmahiran Yahya II dalam mengatur pemerintahannya, sehingga terjadilah pembagian wilayah kekuasaan. Keluarga Umar bin Idris I tetap memerintah wilayahnya, sedangkan Dawud mendapat wilayah yang lebih luas ke arah timur kota Fez. 

Keluarga Kasim menerima sebagian dari sebelah barat kota Fez bersama-sama dengan pemerintah wilayah suku Luwata dan Kutama. Husain (paman Yahya II), menerima bagian wilayah selatan kota Fez sampai ke pegunungan Atlas. Di samping ketidakmampuan mengatur pemerintahannya, Yahya juga pernah terlibat perbuatan yang tidak bermoral terhadap kaum wanita. Sebagai akibatnya, ia harus melarikan diri karena diusir oleh penduduk Fez dan mencari perlindungan di Andalusia sampai akhir hayatnya pada tahun 866 M. 

Dalam suasana yang mengecewakan rakyat, seorang penduduk Fez bernama Abdurrahman bin Abi Sahl Al-Judami mencoba menarik keuntungan dengan jalan mengambil alih kekuasaan. Namun, istri Yahya ,(anak perempuan dari saudara sepupunya), Ali bin Umar berhasil menguasai wilayah Kawariyyir (Qairawan) dan memulihkan ketenteraman dengan bantuan ayahnya. Menurut cerita lain bahwa setelah Yahya ll diusir oleh penduduk kota Fez, Ali bin Umar (paman dari ayah tiri Yahya) diangkat untuk menduduki tahta yang tak lama kemudian harus dilepaskan lagi akibat satu pemberontakan”. 

Pada masa Yahya III, pemerintahan yang semrawut ditertibkan kembali sehingga menjadi tenteram dan aman. Namun, setelah Yahya III memerintah dalam waktu yang cukup lama, ia terpaksa harus menyerah kan kekuasaan kepada teman kerabatnya yang diberi nama Yahya IV. 

Yahya IV ini berhasil mempersatukan kembali wilayah-wilayah yang dikuasai oleh kerabat-kerabat yang lainnya, dan sejak itu Dinasti ldrisiyah terlibat dalam persaingan antara dua kekuataan besar, yaitu Bani Umayah dari Spanyol dan Dinasti Bani Fatimiah dari Mesir dalam memperebutkan supremasi dari Afrika Utara. 

Sebagaimana diketahui bahwa kedua dinasti tersebut mempunyai aliran yang berbeda, yang satu beraliran Sunni (Bani Umayah), sementara yang satunya lagi (Bani Fatimiyah) beraliran Syi'ah. Kedua kekuatan tersebut, secara hati-hati menghindari bentrokan. sehingga Fez dan wilayah-wilayah Idrisiyah pada waktu itu menjadi daerah pertikaian mereka.

Setelah masa Yahya IV, saat kota Fez dan wilayah-wilayah Idrisiyah menjadi pertikaian, seorang cucu Idris II, yang bernama Al-Hajjam berhasil menguasai Fez dan daerah sekitarnya. Akan tetapi, ia kemudian mendapatkan pengkhianatan dari seorang pemimpin setempat sehingga kekuasaannya hilang dan hidupnya berakhir pada tahun 926 M., sedangkan anak-anak dan saudara-saudaranya mengundurkan diri ke daerah sebelah utara (suku Barbar Gumara). 

Di sana, keluarga Idris dari kelompok Bani Muhammad mendirikan benteng di atas bukit yang diberi nama Hajar AnNashr. Di benteng tersebut, mereka bertahan sampai lima puluh tahun sambil mengamat-amati kubu pertahanan Daulah Umawiyah dan Daulah Fatimiah. . 

Ada juga satu riwayat yang menerangkan bahwa jatuhnya Dinasti Idrisiyah disebabkan oleh Khalifah Muhammad Al-Muntashir yang membagi-bagikan kekuasaannya kepada saudara-saudaranya yang cukup banyak, sehingga mengakibatkan pecahnya Idrisiyah secara politis. Perpecahan tersebut merupakan faktor yang membahayakan keberadaan Dinasti Idrisiyah karena dalam waktu bersamaan, datang pula serangan dari Dinasti Fatimiah”.

Baca juga di bawah ini

Pada masa kepemimpinan Yahya III, Dinasti Idrisiyah ditaklukkan oleh fatimiyah dan Yahya terusir dari kerajaan hingga wafatnya di Mahdiyah. Dengan berakhirnya Yahya, berakhir pula riwayat Dinasti Idrisyah.