Periodisasi Tiga Periode Terjadinya Perang Salib Masa 1009 -1144
Periodisasi Tiga Periode Terjadinya Perang Salib Masa 1009 -1144 - Philip K. Hitti menyederhanakan periodesasi Perang Salib dalam tiga periode. Pertama, masa penaklukan (1009-1144); kedua, masa timbulnya reaksi umat Islam (1144-1192); dan ketiga, masa perang saudara kecilkecilan yang berakhir sampai 1291 M.
Periode pertama, disebut periode penaklukan. Jalinan kerja sama Kaisar Alexius I dan Paus Urbanus II berhasil membangkitkan semangat umat Kristen, terutama akibat pidato Paus Urbanus II di Clermont (Perancis Selatan), 26 November 1095. Pidato tersebut membuat orang-orang Kristen, mendapat suntikan untuk mengunjungi kuburan suci.
Hassan Ibrahim Hassan dalam buku Tarikh Al-Islam (Sejarah Kebudayaan Islam) menggambarkan gerakan ini sebagai gerombolan rakyat jelata yang tidak memiliki pengalaman perang, tidak disiplin, dan tanpa persiapan.
Gerakan ini dipimpin oleh Pierre I'ermite. Sepanjang jalan menuju Konstantinopel, mereka membuat keonaran, melakukan perampokan, dan bahkan terjadi bentrokan dengan penduduk Hongaria dan Bizantium. Akhirnya, dengan mudah, pasukan Salib ini dapat dikalahkan oleh pasukan Dinasti Saljuk.
Pasukan Salib berikutnya dipimpin oleh Godfrey of Bouillon. Gerakan ini lebih merupakan militer yang terorganisasi rapi. Mereka berhasil menduduki kota suci Palestina (Yerusalem) pada 7 Juli 1099. Pasukan Godfrey ini melakukan pembantaian besar-besaran terhadap umat Islam tanpa membedakan laki-laki dan wanita, anak-anak dan dewasa, serta tua dan muda.
Mereka juga membumihanguskan bangunan-bangunan milik umat Islam. Sebelum menduduki Baitulmakdis, pasukan ini terlebih dahulu merebut Anatalia Selatan, Tarsus, Antiolia, Allepo, dan Ar-Ruba' (Edessa), juga merebut Tripoli, Syam (Suriah), dan Arce.
Kemenangan pasukan Salib pada periode ini telah mengubah peta .dunia Islam dan berdirinya kerajaan-kerajaan Latin-Kristen di timur, seperti Kerajaan Baitulmakdis (1099) di bawah pemerintahan Raja Godfrey, Edessa (1099) di bawah Raja Baldwin, dan Tripoli (1099) di bawah kekuasaan Raja Reymond.
Periode kedua, disebut periode reaksi mmlslam (1144-1192). Jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Islam ke tangan kaum Salib membangkitkan kaum muslimin menghimpun kekuatan untuk menghadapi mereka. Di bawah komando lmaduddiu Zangi, Gubernur Mosul, kaum muslimin bergerak maju membendung serangan pasukan Salib. Bahkan, mereka berhasil merebut kembali Allepo dan Edessa (1144).
Setelah lmaduddiu Zangi wafat tahun 1146, posisinya digantikan oleh putranya, Nuruddin Zangi. Ia meneruskan cita-cita ayahnya yang ingin membebaskan negara-negara Islam di timur dari cengkraman kaum Salib. Kota-kota yang berhasil dibebaskan, antara lain Damaskus (1147), Antiolia (1149), dan Mesir (1169).
Kemenangan kaum muslimin ini, terutama setelah munculnya Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (Saladin) di Mesir yang berhasil membebaskan Baitulmakdis pada 2 Oktober 1187. Keberhasilan umat Islam inilah membangkitkan kaum Salib untuk mengirim ekspedisi militer yang lebih kuat. Ekspedisi ini dipimpin oleh raja-raja besar Eropa, seperti Frederik I (Barbarossa, Kaisar Jerman), Richard I (The Lion Hamed. Raja Inggris), dan Philip II (Augustus, Raja Perancis).
Ekspedisi Salib ini dibagi beberapa divisi, sebagian mamah jalan darat dan sebagian lagi menempuh jalur laut. Frederick yang memimpin divisi darat tewas ketika menyeberangi sungai Armenia, dekat kota Ruba', (Edessa)Sebagian tentaranya kembali, kecuali beberapa orang yang terus melanjutkan perjalanannya di bawah pimpinan putra Frederick.
Dua divisi lainnya yang menempuh jalur laut bertemu di Sisilia. Mereka berada di Sisilia hingga musim dingin berlalu. Karena terjadi kesalahpahaman, akhimya mereka meninggalkan Sisilia secara terpisah. Richard menuju Ciprus dan mendudukinya, kemudian melanjutkan perjalanan ke Suriah (Syam), sedangkan Philip langsung ke Arce, dan pasukannya berhadapan dengan pasukan Saladin, sehingga terjadi pertempuran sengit. Namun, akhirnya pasukan Saladin memilih mundur dan mengambil langkah untuk mempertahankan Mesir.
Dalam keadaan demikian, pihak Richard dan pihak Saladin sepakat untuk melakukan gencatan senjata dan membuat perjanjian. inti perjanjian damai itu adalah daerah pedalaman akan menjadi milik kaum muslimin dan umat Kristen yang akan berziarah ke Baitulmakdis akan terjamin keamanannya. Adapun daerah pesisir utara, Arce, dan lain berada di bawah kebiasaan tentara Salib.
Periode ketiga (1193-1291) lebih dikenal dengan periode perang saudara kecil-kedia atau periode kehancuran di dalam pasukan Salib. Hal ini disebabkan oleh ambisi politik untuk memperoleh kekuasaan dan sesuatu yang bersifat materialistik daripada motivasi agama.
Baca juga di bawah ini
Dalam periode ini, muncul pahlawan wanita dari kalangan kaum muslimin yang terkenal gagah berani, yaitu Syajar Ad-Durr. Ia berhasil menghancurkan pasukan Raja Louis IX dari Perancis sekaligus menangkap raja tersebut. Bukan hanya itu, pahlawan wanita yang gagah berani ini telah mampu menunjukkan kebesaran Islam dengan membebaskan dan mengizinkan Raja Louis IX kembali ke negerinya, Perancis.