Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pola Administratif Pemerintahan Umayah

Pola Administratif Pemerintahan Umayah - Khalifah Muawiyah mendirikan suatu pemerintahan yang terorganisasi dengan baik. “Ketika Muawiyah menjadi penguasa terjadi banyak kesulitan. Pemerintahan imperium yang didesemralisasikan itu tampak kacau. Munculnya berbagai anarkisme dan ketidakdisiplinan kaum nomad yang tidak lagi dikendalikan oleh ikatan agama dan moral menyebabkan ketidakstabilan di mana-mana dan hilangnya kesatuan. 

Ikatan teokrasi yang telah mempersatukan kekhalifahan yang lebih dulu, tanpa dapat dihindari telah dihancurkan oleh pembunuhan Utsman, oleh perang saudara sebagai akibatnya, dan oleh pemindahan ibukota dari Madinah. Oligarki di Mekah dikalahkan dan dicemarkan. 

Muawiyah mencoba untuk mencari suatu dasar baru bagi kepaduan imperium. Oleh karena itulah, dia mengubah kedaulatan agama menjadi negara sekuler. Sekalipun demikian, unsur agama di dalam pemerintah dan pemerintahan tidak hilang sama sekali. Muawiyah tetap mematuhi formalitas agama dan kadang-kadang menunjukkan dirinya sebagai pejuang Islam. 

Pola Administratif Pemerintahan Umayah

Muawiyah melaksanakan perubahan-perubahan besar dan menonjol di dalam pemerintahan negeri itu. Angkatan daratnya kuat dan efisien. Dia dapat mengandalkan pasukan orang-orang Siria yang taat dan setia, yang tetap berdiri di sampingnya dalam keadaan yang paling berbahaya sekalipun. Dengan bantuan orang-orang Siria yang setia, Muawiyah berusaha mendirikan pemerintahan yang stabil menurut garis-garis pemerintahan Bizantium. Dia bekerja keras bagi kelancaran sistem yang untuk pertama kali digunakannya”.

Muawiyah merupakan orang pertama di dalam islam yang menduakan suatu departemen pencatatan (diwanulkahatam). Setiap peraturan yang dikeluarkan oleh khalifah harus disalin di dalam suatu register. kemudian yang asli harus disegel dan dikirimkan ke almnat yang dituju. 

Sebelumnya. yang dikirimkan adalah perintah-perintah yang terbuka. Pernah terjadi khalifah memberikan 1.000 dirham kepada seseorang dari perbendaharaan provinsi. Surat yang berisi perintah itu dicegat di tengah jalan, dan jumlahnya diubah dengan angka yang lebih tinggi. 

Pelayanan pas (diwanulbarid) kabarnya telah diperkenalkan oleh Muawiyah. Burid (kepala pas) memberi tahu pemerintah pusat tentang apa yang sedang terjadi di dalam pemerintahan provinsi. Dengan cara ini, Muawiyah melaksanakan kekuasaan pemerintah pusat. 

Dia membentuk dua sekretariat imperium (pusat) yang medianya bahasa Arab, dan sekretariat provinsi yang menggunakan bahasa Yunani dan bahasa Persia. Sebagai seorang administrator yang berpandangan jauh, Muawiyah memisahkan urusan keuangan dari urusan pemerintahan. Dia mengangkat seorang gubernur di setiap provinsi untuk melaksanakan pemerintahan.

Akan tetapi, untuk memungut pajak, di masing-masing provinsi, dia mengangkat seorang pejabat khusus dengan gelar sahibulkharaj. Pejabat itu tidak terikat dengan gubernur, dan dia diangkat oleh khalifah. Dalam masalah keuangan, gubernur harus menggantungkan dirinya pada sambal/mami, dan hal itu membatasi kekuasaannya. Demikianlah Muawiyah mengembangkan mam keadaan yang teratur dari kekacauan”. 

Muawiyah meninggal dunia pada bulan April 680 M. Secara keseluruhan, setelah memerintah imperium Islam selama kira-kira 20 tahun, masa pemerintahannya merupakan masa kemakmuran dan perdamaian di dalam negeri serta keberhasilan di luar negeri. 

Baca juga di bawah ini

Tidak sedikit keberhasilan Khalifah Muawiyah berkat jasa para pengikut yang ditempatkan di sekelilingnya, terutama Amar bin Aas, wali Mesir yang subur, Al-Mughirali. gubernur Al-Kufa yang bergolak, dan Ziad bin Abih, penguasa Al-Bashrah.