Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

BAB 12 Invasi Mongol dan Akibatnya

A. Silsilah Bangsa Mongol

Fakta sejarah mengungkapkan bahwa pelopor bangsa Mongol ialah Yesugay, ayah dari Chinggis Khan. Setelah Yesugay meninggal. Chinggis Khan memimpin bangsa Mongol“. Nama jelas Chinggis adalah Temujin yang lahir pada tahun 1154 M. dan memproklamasikan sebagai Khan (raja). 

Pada tahun 1219, bangsa Mongol menaklukkan Cina seluruh bangsa Tartar. Sejak itu, umat Islam diatur oleh beberapa dinasti baru. Dalam tulisan Ali Mufrodi dijelaskan bahwa asal-mula bangsa Mongol adalah dari masyarakat hutan yang mendiami Siberia dan Mongol Luar di sekitar danau Baikal. 

Sebetulnya, mereka bukanlah suku nomad yang berpindah-pindah dari satu stepa ke stepa yang lain, walaupun mereka menaklukkan banyak stepa dengan ketangkasannya menunggang kuda. Pemimpin atau Khan bangsa Mongol pertama yang diketahui dalam sejarah adalah Yesugey (w. 1175). Ia adalah ayah Chinggis (Chingiz atau Jengis). 

BAB 12 Invasi Mongol dan Akibatnya

Chinggis aslinya bernama Temujin, seorang pandai besi yang mencuat namanya karena memenangkan perselisihan dengan Ong Khan atau Togril, seorang kepala suku Kereyt. Chinggis sebenarnya adalah gelar bagi Temujin yang diberikan kepadanya oleh sidang kepala-kepala suku Mongol yang mengangkatnya sebagai pemimpin tertinggi bangsa itu pada tahun 1206, atau juga disebut Chingiz Khan/Raja yang Agung, ketika ia berumur 44 tahun. 

Chinggis Khan menyempumakan moral masyarakatnya dengan undangundang yang dibuatnya, yakni Yasa atau Yasaq. Isi undang-undang tersebut antara lain hukum mati bagi siapa yang berbuat perzinaan, sengaja berbuat bohong, melaksanakan magik, mata-mata, membantu salah satu dari dua orang yang berselisih, memberi makan atau pakaian kepada tawanan perang tanpa izin, dan bagi yang gagal melaporkan budak belian yang melarikan diri Juga dikenakan hukuman mati.

Chinggis Khan juga mengatur kehidupan beragama dengan tidak boleh merugikan antara satu pemeluk agama dengan yang lainnya. Mereka memercayai superkekuatan, yakni satu tahun meskipun mereka tidak menyembahnya. 

Bahkan, mereka membebaskan pajak bagi keluarga Nabi Muhammad SAW., para penghapal Al-Quran, ulama, tabib, pujangga, orang saleh, dan zuhud, serta muazin yang menyerukan azan. Dalam Yasa juga terdapat larangan bagi orang yang meletakkan tangannya di dalam air minum, dan sebagai gantinya air minum itu harus diambil dengan barang atau alat lain. 

Seorang raja harus dipanggil dengan panggilan yang lengkap, tentara yang mau berperang harus diinspeksi terlebih dahulu, dan perempuan harus siap membayar pajak bila kaum lelakinya pergi berperang. Ia juga mendirikan pos untuk mengetahui berita-berita tentang kerajaannya. 

Ia melarang penyerbuan terhadap agama, sekte agama, dan mencegah terjadinya perbedaan dalam agama. Rupanya Jengis Khan ingin mengambil hati kaum muslimin dengan tidak mengusik kelompok tersebut, dan menghormati keluarga Nabi Muhammad SAW. yang ketika itu memang Islam sudah meluas hingga ke wilayahnya. 

Peraturan itu, antara lain dimaksudkan untuk memberi landasan yang kokoh bagi bangsanya untuk menghadapi tantangan dan meluaskan wilayah ke luar negeri, baik ke Cina maupun ke negeri-negeri Islam. 

Bangsa yang dipimpinnya meluas ke wilayah Tibet (Cina Barat Laut), dan Cina, pada tahun 1213, serta dapat menaklukkan Beijing pada tahun 1215. Ia menundukkan Turkistan pada tahun 1218 yang berbatasan dengan wilayah Islam, yakni Khwaer Syah. 

Invasi Mongol ke wilayah Islam terjadi karena adanya peristiwa Utrar pada tahun 1218, yaitu ketika Gubernur Khwarazm membunuh para utusan Chinggis yang disertai pula oleh para saudagar muslim. Peristiwa tersebut menyebabkan Mongol menyerbu wilayah Islam dan dapat menaklukkan Transoxania yang merupakan wilayah Khwarazm tahun 1219-1220, padahal sebelumnya mereka justru hidup berdampingan secara damai satu sama lain. 

Kota Bukhara di Samarkand yang di dalamnya terdapat makam Imam Bukhari, salah seorang perawi hadis yang termasyhur, dihancurkan. Balkh dan kotakota lain yang mempunyai peradaban Islam yang tinggi di Asia Tengah juga tidak luput dari penghancuran. 

Jalaluddin, penguasa Khwarazm yang berusaha meminta bantuan kepada Khalifah Abbasiyah di Baghdad, menghindarkan diri dari serbuan Mongol. la diburu oleh lawannya hingga ke India, pada tahun I221, dan akhirnya ia lari ke barat. 

Toluy, salah seorang anak Chinggis, diutus ke Khurasan, sementara anaknya yang lain, yakni Jochi dan Chaghatay bergerak untuk merebut wilayah sungai Sir Darya Bawah dan Khwarazm. Wilayah kekuasaan Jengiz Khan yang luas tersebut dibagi untuk empat Orang putranya sebelum ia meninggal dunia pada tahun 624/ 1227.

Pertama ialah Jochi, anaknya yang sulung mendapat wilayah Siberia bagian barat dan stepa Qipchaq yang membentang hingga ke Rusia Selatan, di dalamnya terdapat Khwarazm. Namun, ia meninggal dunia sebelum ayahnya wafat, dan wilayah warisannya itu diberikan kepada anak Jochi yang bernama Batu dan Orda. 

Batu mendirikan Horde (kelompok) Biru di Rusia Selatan sebagai pilar dasar berkembangnya Horde Keemasan (Golden Horde), sedangkan Orda mendirikan Horde Putih di Siberia Barat. Kedua kelompok itu bergabung pada abad keempat belas yang kemudian muncul sebagai ke-khan-an yang bermacam ragam di Rusia, Siberia, dan Turkistan, termasuk di Crimea, Astrakhan, Qazan, Qasimov, Tiumcn, Bukhara, dan Khiva. 

Syaibaniyah atau Ozbeg, salah satu cabang keturunan Jochi berkuasa di Khwarazm dan Transoxania dalam abad kelima belas dan enam belas. 

Kedua adalah Chaghatay, mendapat wilayah yang membentang ke timur, sejak Transoxania hingga Turkistan Timur atau Turkistan Cina. 

Cabang barat dari keturunan Chaghatay yang bermukim di Transoxania segera masuk ke dalam lingkungan pengaruh Islam, namun akhirnya dikalahkan oleh kekuasaan timur Lenk, sedangkan cabang timur dari keturunan Chaghatay berkembang di Semirechye, Hi, T’ien Syan di Tarim. 

Mereka lebih tahan terhadap pengaruh Islam, tetapi akhirnya ikut membantu menyebarkan Islam di wilayah Turkistan Cina dan bertahan di sana hingga abad ketujuh belas. 

Ketiga bernama Ogedey, adalah putra Jengis Khan yang terpilih oleh Dewan Pemimpin Mongol untuk menggantikan ayahnya sebagai Khan Agung yang mempunyai wilayah di Pamirs dan T'ien Syan. Akan tetapi, dua generasi ke-khan-an tertinggi jatuh ke tangan keturunan Toluy. 

Walaupun demikian, cucu Ogedey yang bernama Qaydu dapat mempertahankan wilayahnya di Pamirs dan T’ien Syan, mereka berperang melawan anak keturunan Chaghatay dan Qubilay Khan, hingga ia meninggal dunia pada tahun 1301.

Keempat ialah Toluy, si bungsu mendapat bagian wilayah Mongolia sendiri. Anak-anaknya, yakni Mongke dan Qubilay menggantikan Ogedey sebagai Khan Agung. Mongke bertahan di Mongolia yang beribukota di Qaraqarum, sedangkan Qubilay Khan menaklukkan Cina dan berkuasa di sana yang dikenal sebagai Dinasti Yuan yang memerintah hingga abad keempat belas, yang kemudian digantikan oleh Dinasti Ming. 

Mereka memeluk agama Budha yang berpusat di Beijing, dan mereka akhirnya bertikai melawan saudara-saudaranya dari khan-khan Mongol yang beragama Islam di Asia Barat dan Rusia. Hulako Khan, saudara Mongke Khan dan Qubilay Khan, menyerang wilayah-wilayah Islam sampai ke Baghdad.

B. Invasi Mongol Sampai Baghdad Jatuh

Invasi mongol terjadi pada waktu masa pemerintahan Iltutmish pada tahun 1221 M. Orang-orang Mongol muncul untuk pertama kalinya di tepi Sungai Indus di bawah pemimpin mereka yang terkenal, Jengis Khan. 

Jengis Khan menjadikan orang-orang Mongol sebagai kekuatan politik dan militer yang terbesar di Asia. Dia menundukkan negeri-negeri Asia Tengah dan Asia Barat dengan cepat, dan ketika dia menyerang Jalaluddin, Syah Khawarizm yang terakhir, Syah tersebut melarikan diri ke Punjab dan mencari perlindungan di daerah jajahan Iltutmish. 

Dengan bijaksana, Iltutmish menolak memberikan tempat berlindung kepada Jalaluddin. Jalaluddin mengadakan persekutuan dengan bangsa Kokar, dan setelah mengalahkan Nasiruddin Qabacha dari Multan, dia menjarah Sind dan Gujarat Utara dan pergi ke Persia. 

Orang-orang Mongol menjarah Sind dan Punjab Barat, tetapi terpukul mundur karena udara Punjab yang sangat panas, dan mereka tidak maju ke jantung India. Dengan demikian, India selamat dari bencana yang hebat.

Kisah jatuhnya ibukota Abbasiyah pada tahun 1258, yang didirikan oleh khalifah kedua, Al-Mansur terjadi setelah diblokade kota “Seribu Satu Malam", dinding-dinding Baghdad yang kuat diserang oleh pasukan Hulako Khan pada bulan Januari 1258. 

Orang-orang Mongol tidak mau menerima syarat-syarat yang diajukan oleh pihak Abbasiyah untuk menerima penyerahan kota. Bahkan, mereka tidak dapat menerima ancamanancaman yang direkayasa dan dipercayai oleh penduduk Baghdad, seperti akan hancur bagi siapa saja yang memusuhi Khilafah Abbasiyah dan bila khalifah dibunuh, kesatuan alam akan terganggu, matahari akan bersembunyi, hujan akan terhenti turun, dan tumbuh-tumbuhan tidak akan hidup lagi. 

Hulako tidak mau menerima ancaman yang berbau gaib itu karena ia sudah dinasihati oleh para astrolognya. Akhirnya,“ pasukan Mongol menyerang kota pada tanggal 10 Februari l258. Khalifah beserta 300 pejabat tinggi negara menyerah tanpa syarat. 

Sepuluh hari kemudian, mereka dibunuh. termasuk sebagian besar keluarga khalifah dan penduduk yang tak berdosa. Akibat pembunuhan dan kerusakan kota itu, timbullah wabah penyakit pes lantaran mayat-mayat yang bergelimpangan belum sempat dikebumikan. Hulako mengenakan gelar II Khan dan menguasai Wilayah yang lebih luas lagi hingga ke Siria Utara, seperi kota Aleppo. Haim, dan Harim.

Dalam tulisan Philip K. Hitti, dijelaskan bahwa pada tahun 1253, Hulagu, cucu Jengis Khan, bergerak dari Mongol memimpin pasukan berkekuatan besar untuk membasmi kelompok pembunuh (hasyasyin) dan menyerang kekhalifahan Abbasiyah. 

Inilah gelombang serangan kedua yang dilakukan bangsa Mongol. Mereka menyapu bersih semua yang mereka lalui dan yang menghadang perjalanan mereka; menyerbu semua kerajaan kecil yang berusaha tumbuh di atas puing-puing imperium Syah. 

Khawarizm Hulagu mengundang Khalifah Al-Musta'shim (1242-1258) untuk bekerja sama menghancurkan kelompok Hasyasyin Ismailiyah. Am tetapi, undangan itu tidak mendapat jawaban. Pada 1256, sejumlah besar benteng Hasyasyin, termasuk “puri induk“ di Alamut, telah direbut tanpa sedikit pun kesulitan, dan kekuatan kelompok yang ketakutan hancur-lebur. 

Bahkan, lebih tragis lagi bayi-bayi disembelih dengan kejam. Pada bulan September tahun berikutnya, tatkah merangsek menuju jalan raya Khurasan yang termasyhur, Hulagu mengirimkan ultimatum kepada khalifah agar menyerah dan mendesak agar tembok kota sebelah luar diruntuhkan. 

Akan tetapi, khalifah tetap enggan memberikan jawaban. Pada Januari 1258, anak buah Hulagu bergerak untuk meruntuhkan tembok ibukota. Tidak lama kemudian, upaya mreka membuahkan hasil dengan runtuhnya salah satu menara benteng. 

Wazir Abbasiyah saat itu, Ibn Al-Alqami, ditemani seorang Khatolik Gereja Nestor-Hulagu punya seorang istri Kristen datang untuk memohon tenggang waktu, tetapi Hulagu menolaknya. Demikian juga, tidak berguru semua peringatan yang mengancam orang yang berami.

Selanjumya, ia ingin merebut Mesir, tetapi malang, pasukan Mamluk rupanya lebih kuat dan lebih cerdik sehingga pasukan Mongol dapat dipukul di 'Ain Jalut, Palestina, pada tahun 1260. Ia pun mengurungkan niatnya melangkahi Mesir. Ia sangat tertarik pada bangunan dan arsitektur yang indah dan filsafat. Atas saran Nasimddin At-Tusi, seorang filosof muslim besar, ia membangun observatorium di Maragha pada tahun 1259. 

Pada tahun 1260, pasukan Hulagu mengancam Suriah Utara. Di sini, selain merebut Aleppo dan menebaskan pedangnya untuk membantai sekitar lima puluh ribu penduduknya, dia juga merebut Hamah dan Harim. 

Setelah mengutus seorang jenderal untuk mengepung Damaskus, akhirnya ia -karena merasa terbebani oleh kematian saudaranya, Khan Yang Agung-pulang ke Persia. Balatentara yang ditinggalkannya, setelah menaklukkan Suriah, dihancurkan pada tahun 1260 di “Ain Jalut (mata air Goliath) dekat Nazareth oleh Barbars, panglima perang Quthuz dari Dinasti Mamluk Mesir. 

Seluruh Suriah kini diduduki oleh pasukan Mamluk dan invasi Mongol ke wilayah barat bisa sepenuhnya diredam. Kemudian, Hulagu datang kembali dan berusaha membuat persekutuan dengan bangsa Franka untuk menaklukkan Suriah, tetapi ia gagal mewujudkan tujuannya. 

Sebagai pendiri Kerajaan Mongol di Persia yang terbentang dari Amu Darya sampai perbatasan Suriah, dan dari pegunungan Kaukasus sampai ke Samudera Hindia-Hulagu adalah raja pertama yang memangku gelar II Khan. 

Gelar ini disandang oleh para penerusnya hingga penerus ketujuh, Ghazan Mahmud (1295-1304), yang di bawah kekuasaannya, Islam dengan kecenderungan Syi'ah menjadi agama negara. Di bawah rezim Ilkhan atau Hulagu, Baghdad diturunkan posisinya menjadi ibukota provinsi dengan nama Iraq Al-Arabi. 

Ilkhan Yang Agung, julukan yang sama dengan Hulagu, lebih menyukai warga Kristen. Dalam masa damai, dia lebih suka tinggal di Maragha, sebelah timur Danau Umiyah, yang memiliki sejumlah bangunan megah, termasuk perpustakaan termasyhur dan observatorium yang ia dirikan. 

Di tempat itu jugalah, Hulagu meninggal pada tahun 1265, dan dia dimakamkan -sesuai adat Mongoldisertai gadisgadis muda cantik. Dia dan para penerusnya, seperti para penguasa Saljuk, sangat menghargai dan memanfaatkan dengan baik para administratur Persia yang cerdas, juga membentengi diri dengan memberdayakan sarjana-sarjana terlatih, seperti Al-Juwayni (w. 1283) dan Rasyid Ad-Din (w. 1318), para sejarawan kala itu. Selama 75 tahun kekuasaan Ilkhan, Persia sarat dengan prestasi dalam bidang sastra. 

Hulagu yang memerintah hingga tahun 1265 digantikan oleh anaknya, Abaqa, 1265-1282. Ia sangat menaruh perhatian pada umat Kristen karena pengaruh janda ayahnya yang beragama Kristen Nestorian, yakni Doquz Khatun. 

Orang-orang Mongol II Khaniyah ini bersekutu dengan Orangorang Salib, penguasa Kristen Eropa, Armenia, Cilicia untuk melawan Mamluk dan keturunan saudara-saudaranya sendiri dari Dinasti Horde Keemasan (Golden Horde).

C. Batas Kekuasaan Mongol

Wilayah kultur Arab menjadi jajahan Mongol setelah Baghdad ditaklukkan oleh Hulagu Khan pada tahun 1258. Ia membentuk kerajaan II Khaniyah yang berpusat di Tabris dan Maragha. la dipercaya oleh saudaranya, Mongke Khan untuk mengembalikan wilayah-wilayah Mongol di Asia Barat yang telah lepas dari kekuasaan Mongol setelah sepeninggalnya Chinggis. 

Ia berangkat disertai pasukan yang besar untuk menunaikan tugas itu pada tahun 1253 dari Mongolia. Atas kepercayaan saudaranya tersebut, Hulagu dapat menguasai wilayah yang luas, seperti Persia, Irak, Caucasus, dan Asia Kecil. 

Sebelum menundukkan Baghdad, ia telah menguasai pusat gerakan Syi‘ah Ismailiyah di Persia Utara, pada tahun 1256 yang telah bersekutu dengan Mamluk, penguasa Muslim yang berpusat di Mesir. Hubungan Dinasti II Khaniyah lama-kelamaan renggang dengan saudarasaudaranya yang berada di timur, terutama setelah meninggalnya Qubilay Khan pada tahun 1294. 

Bahkan, mereka yang menguasai barat sampai Baghdad karena tekanan kultur Persia yang Islam, berbondong-bondong memeluk agama Islam, seperti Gazan Khan dan keturunannya. Penguasa II Khaniyah terakhir ialah Abu Sa'id. 

Ia berdamai dengan Mamluk pada tahun 1323, yang mengakhiri permusuhan antara kedua kekuasaan itu untuk memperebutkan Siria. Perselisihan dalam tubuh II Khaniyah sendiri menyebabkan terpecahnya kerajaan menjadi dinasti kecil-kecil yang bersifat lokal. Mereka hanya dapat dipersatukan kembali pada masa Timur Lenk yang membentuk Dinasti Timuriyah yang berpusat di Samarkand.

Sebagian wilayah II Khaniyah yang berada di kawasan kebudayaan Arab, seperti Irak, Kurdistan, dan Azerbaijan, diwarisi oleh Dinasti Jalayiriyah. Jalayir adalah suku Mongol yang mengikuti Hulagu ketika menaklukkan negeri negeri Islam. 

Dinasti ini didirikan oleh Hasan Buzurg (agung), yang dibedakan dengan Hasan Kuchuk (kecil) dari Dinasti Chupaniyah. musuh bebuyutannya yang memerintah sebagai gubernur di Anatolia di bawah Sultan Abu Sa'id, penguasa terakhir Dinasti II Khaniyah. 

Hasan Buzurg akhirnya menundukkan Chupaniyah, walaupun ia masih harus mengakui kekuasaan II Khaniyah, dan memusatkan kekuasaannya di Baghdad. Di masa Uways, pengganti Hasan memiliki kedaulatan secara penuh. Ia dapat menundukkan Azerbaijan, namun mendapat perlawanan dari Dinasti Muzaffariyah dan khan-khan Horde Keemasan. Mereka akhirnya dikalahkan oleh Qara Qoyunlu. 

Dari sini. dapat dilihat bahwa kultur Islam yang ada di kawasan budaya Arab, seperti Irak dan Siria, serta sebagian Persia sebelah barat, walaupun secara politis dapat ditaklukkan oleh Mongol, akhirnya Mongol sendiri terserap ke dalam budaya Islam. 

Dapatlah disimpulkan bahwa akar budaya Islam di kawasan budaya Arab diperintah bukan hanya dinasti yang berbangsa Arab saja, tetapi siapa yang kuat akan memerintah wilayah tersebut. Dinasti-dinasti silih berganti menguasai wilayah itu dan yang langgeng ialah kekuasaan dari bangsa Arab sendiri, baik pada masa klasik maupun masa modern ini.

Apakah akibat yang terjadinya terutama pasca-Baghdad jatuh ke Mongol? Paling tidak, ada dua dampak positif dan negatif. Dampak negatifnya tentunya lebih banyak bila dibandingkan dampak positifnya. 

Kehancuran jelas di mana-mana akibat serangan Mongol sejak Wilayah timur hingga ke barat. Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah-indah dan perpustakaan-perpustakaan yang mengoleksi banyak buku memperburuk situasi umat Islam. 

Pembunuhan terhadap umat Islam terjadi, bukan hanya pada masa Hulagu yang membunuh Khalifah Abbasiyah dan keluarganya, tetapi pembunuhan dilakukan juga terhadap umat Islam yang tidak berdosa, seperti yang dilakukan oleh Argun, Khan keempat pada Dinasti II Khaniyah terhadap Takudar sebagai Khan ketiga yang dihukum bunuh karena masuk Islam. 

Argun membunuh umat Islam dan mencopotnya dari jabatan-jabatan penting negara. Syamsuddin, seorang sahibud dewan (administrator) dari keluarga Juwaini yang tersohor dihukum mati tahun 1284, Syihabuddin, penggantinya juga dibunuh tahun 1289, dan Sa'id Ad-Daulah yang orang Yahudi dihukum mati pada tahun 1289. 

Bangsa Mongol yang asal mulanya memeluk agama nenek moyang mereka, lalu beralih memeluk agama Budha rupanya bersimpati kepada orang-orang Kristen yang bangkit kembali pada masa itu dan menghalanghalangi dakwah Islam di kalangan Mongol. 

Yang lebih fatal lagi ialah hancurnya Baghdad sebagai pusat Dinasti Abbasiyah yang di dalamya terdapat berbagai tempat belajar dengan fasilitas perpustakaan, hilang lenyap dibakar oleh Hulagu. Suatu kerugian besar bagi khazanah ilmu pengetahuan yang dampaknya masih dirasakan hingga kini. 

Ada pula dampak positif dengan berktmsanya Dinasti Mongol ini setelah para pemimpinnya memeluk agam Islam. Mengapa mereka dapat menerima dan masuk ke agama Islam? Antara lain disebabkan mereka berasimilasi dan bergaul dengan masyarakat muslim dalam jangka waktu yang panjang, seperti yang dilakukan oleh Gazan Khan (1295-1304) yang menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaannya, walaupun ia pada mulanya beragama Budha. 

Rupanya, ia telah mempelajari ajaran agama-agama sebelum menetapkan keIslamannya, dan yang lebih mendorongnya masuk Islam ialah pengaruh seorang menterinya, Rasyiduddin yang terpelajar dan ahli sejarah yang terkemuka yang selalu berdialog dengannya, dan Nawruz, seorang gubernurnya untuk beberapa provinsi Siria. 

Ia menyuruh kaum Kristen dan Yahudi untuk membayar jizyah dan memerintahkan mencetak uang yang bercirikan Islam, melarang riba”, dan menyuruh para pemimpinnya menggunakan sorban. Ia gemar pada seni dan ilmu pengetahuan, menguasai beberapa bahasa, seperti Mongol, Arab, Persia, Cina, Tibet, dan Latin. 

Ia meninggal ketika masih berumur 32 tahun, karena tekanan batin yang berat sehingga ia sakit dan menyebabkan kematiannya ketika pasukannya kalah di Siria dan munculnya sebuah komplotan yang berusaha untuk mengusirnya dari kekuasaannya. 

Sepeninggal Gazan digantikan oleh Uljaitu Khuda Banda (1305-1316) yang memberlakukan aliran Syi’ah sebagai hukum resmi kerajaannya. Ia mendirikan ibukota baru yang bernama Sultaniyah dekat Qazwain yang dibangun dengan arsitektur khas II Khaniyah. 

Baca juga selanjutnya di bawah ini


BAB 13 Islam di Asia Tenggara 692 (1292 M)

Banyak koloni dagang Italia terdapat di Tabriz dan II Khaniyah menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan antara dunia barat dan India serta Timur Jauh. Namun, perselisihan dalam keluarga Dinasti II Khaniyah menyebabkan runtuhnya kekuasaan mereka.