BAB I Mengenal Konsep Sejarah, Kebudayaan dan Peradaban Agama Islam
A. Konsep Sejarah
Sejarah, dalam bahasa Arab, tarikh atau history (Inggris), adalah cabang ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan kronologi berbagai peristiwa”. Definisi serupa diungkapkan oleh Abd. Ar-Rahman AaSakhiwiz' bahwa sejarah adalah seni yang berkaitan dengan serangkaian anekdot yang berbentuk kronologi peristiwa.
Secara teknis formula, Nisar Ahmad Faruqi menjelaskan formula yang digunakan di kalangan sarjana Barat bahwa sejarah terdiri atas (man + time + space = history). Sejarawan Louis Gottschalk dalam bukunya Understanding History: a Primer of Historical Method, menjelaskan pengertian sejarah.
Sejarah dalam bahasa lnggrishistory berasal dari kata benda Yunani istoria yang berarti ilmu. Dalam penggunaannya oleh filosof Yunani, Aristoteles, istoria berarti suatu penjelasan sistematis mengenai seperangkat gejala alam, baik susunan kronologi yang merupakan faktor atau tidak di dalam penjelasan.
Penggunaan itu, meskipun jarang, masih tetap hidup di dalam bahasa Inggris di dalam sebutan natural history. Akan tetapi, dalam perkembangan zaman, kata latin yang sama artinya scientia, lebih sering dipergunakan untuk menyebutkan penjelasan sistematis nonkronologis mengenani gejala alam; sedangkan kata istoria biasanya dipergunakan bagi penjelasan mengenai gejala-gejala (terutama hal ihwal manusia) dalam urutan kronologis. Adapun menurut definisi yang umum, kata history kini berani masa lampau umat manusia.
Secara ringkas, menurut Gottschalk, pengertian sejarah tidak lebih dari sebuah rekaman peristiwa masa lampau manusia dengan segala sisinya. Sementara itu, Ibn Khaldun (t.th.: 4), berpandangan bahwa sejarah tidak hanya dipahami sebagai suatu rekaman peristiwa masa lampau, tetapi juga penalaran kritis untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa pada masa lampu.
Dengan demikian, unsur penting dalam sejarah adalah adanya peristiwa, adanya batasan waktu yaitu masa lampau, adanya pelaku, yaitu manusia, dan daya kritis dari peneliti sejarah. Sejarawan Indonesia, seperti Sartono Kartodirdjo dalam bukunya Pendekatan Ilmu Sosial dalam Met'odologi Sejarah, membagi pengertian sejarah pada pengertian subjektif dan objektif.
Sejarah dalam arti subjektif adalah suatu konstruk, yakni bangunan yang disusun penulis sebagai suatu uraian atau cerita. Uraian atau cerita itu merupakan suatu kesatuan atau unit yang mencakup fakta-fakta terangkaikan untuk menggambarkan suatu gejala sejarah, baik proses maupun struktur.
Kesawan itu menunjukkan koherensi, artinya berbagai unsur bertalian satu sama lain dan merupakan satu kesatuan. Fungsi unsurunsur itu saling menopang dan saling bergantung satu sama lain. Disebut subjektif tidak lain karena sejarah memuat unsur-unsur dan isi subjek (pengarang, penulis).
Karena pengetahuan maupun gambaran sejarah adalah hasil penggambaran atau rekonstruksi dari pengarang. mau tidak mau memuat sifat-sifat., gaya bahasa, struktur pemikiran, pandangan. dan sebaga1nya.Sejarah dalam ani objektif adalah menunjuk kejadian atau peristiwa itu sendiri yakni proses sejarah dalam aktualitasnya.
Kejadian itu sekali terjadi tidak dapat diulang atau terulang lagi. Orang yang memiliki kesempatan mengalami suatu kejadian pun sebenarnya hanya dapat mengamati sebagian dari totalitas kejadian itu. Oleh karena itu, tidak salah ada yang mengatakan sejarah berulang, masuk pada pengertian subjektif. Adapun kita peflu belajar sejarah, termasuk pengertian objektif. Secara skematis, pengertian sejarah tersebut sebagai berikut.
Dalam kaitan seperti ini, Ibn Khaldun, seorang pemikir besar sosial Islam, mengingatkan kepada setiap sejarawan bahwa untuk melihat kembali secara objektif, seorang sejarawan harus bisa mengenal dengan jelas berbagai struktur kebudayaan dan sosial manusia yang akan ditelitinya, termasuk berbagai pemahaman metodologi ke arah ini.
Tanpa mengenal dan mengerti dari dekat objek yang akan dikaji berikut metodologinya, mustahil ia bisa menjelaskan fenomena sejarah secara objektif. Begitu pun, tanpa metodologi yang jelas, alur penjelasan secara rasional atau dalam bahasa sekarang rekonstruksi, sistematika --kronologis dan analisisnya akan sulit dimengerti.
Dalam tulisan Ajid Thohir dan Ading Kusdiana, dijelaskan bahwa pemikiran Khaldun mengarah pada studi sejarah kritis, yaitu sejarawan tidak lagi memihak pada pendapat madzhab-madzhab atau interpretasi tertentu, dengan terlalu percaya kepada para pendahulunya, serta untuk kepentingan-kepentingan kekuasaan atau ideologi tertentu.
Sejarawan harus bisa bebas tidak terikatuntuk menjelaskan secara rasional hubungan antara penyebab munculnya berbagai perilaku manusia dan perilaku itu sendiri. Di sinilah, hubungan antara sosiologi dan antropologi, serta ilmu sosial lainnya yang merupakan metodologi pelajaran tentang “keadaan kini” untuk bisa menjelaskan fenomena sejarah secara rasional dan objektif, dengan sejarah yang merupakan pelajaran “masa lalu” yang bisa memberikan berbagai informasi atau bahan-bahan masa lalu tentang manusia masa kini.
Akar-akar apa yang mengarahkan mereka berperilaku demikian? Potensi apa yang menyebabkan corak mereka berbeda? Semua pertanyaan metodologis ini akan terjawab dengan sendirinya apabila sejarawan memahami dua persoalan besar dalam studinya; yakni fakta dan bagaimana cara memahami serta mengolahnya dengan benar dalam bentuk laporannya.
B. Konsep Kebudayaan dan Peradaban
1. Pengertian Kebudayaan.
Dalam Oxford Advanced Learners 's Dictionary of Current English, diuraikan bahwa kata kebudayaan semakna dengan culture yang memiliki pengertian beragam, sebagai berikut:
a. advanced development of the human powers; development of the body. mind and spirit by training and experience;
b. evidence of intellectual development (of arts, science, etc} in human society;
c. state of intellectual development among a people;
d. all the arts, beliefs, social institutions, etc characteristic of a community, race;
e. cultivating; the rearing of bees, silkwonns,
f. (biol) growth of bacteria (for medical or scientific study)”.
Pengertian culture di atas dapat dipahami bahwa kebudayaan adalah pembangunan yang didasarkan pada kekuatan manusia, baik pembangunan jiwa, pikiran, dan semangat melalui latihan dan pengalaman; bukti nyata pembangunan intelektual, seperti seni dan pengetahuan; atau perkembangan intelektual di antara budaya orang; bahwa kebudayaan adalah semua seni, kepercayaan institusi sosial, seperti karakteristik masyarakat, suku, dan sebagainya; mengolah pertanian sampai pada tingkat teknologi biologi bakteri.
Sekilas pengertian kebudayaan di atas tidak secara sistemik dan teknis. Pengertian secara komprehensif dapat dilihat dari dua buku berikut ini.
Buku The World University Encyclopedia menjelaskan bahwa culture adalah the way of life of a society. It is the totality of the spiritual, intellectual, and artistic attitudes shared by a group, including its tradition, habits, social customs, morals, laws, and social relations. (Kebudayaan adalah pandangan hidup sebuah masyarakat; ia adalah totalitas spiritual, intelektual, dan sikap artistik yang dibentuk oleh masyarakat, termasuk tradisi, kebiasaan, adat, moral, hukum, dan hubungan sosial)”.
Buku The World Book Encyclopedia menjelaskan secara rinci dan sistematik dibanding kamus Oxford, bahwa kebudayaan adalah all distinctively human activities, and includes achievements in every field, which man passes on from one generation to the next.
Culture means such activities as using a language, getting warned, bringing up children, earning a living, running a government, fighting a war, and taking part in religious ceremonies. (Semua aktivitas manusia yang nyata termasuk prestasi dalam berbagai bidang, yang berlangsung dari satu generasi manusia ke generasi berikutnya.
Kebudayaan bermakna berbagai kegiatan yang menggunakan bahasa, menikah, membesarkan anak-anak, mencari nafkah, menjalankan pemerintahan, berjuang dalam perang, dan ikut serta dalam berbagai kegiatan keagamaan)”. Adapun kebudayaan dalam arti sempit adalah the sum total of the ways of life of a group of people (serangkaian cara hidup dari komunitas masyarakat).
Dalan tulisan Jaih Mubarok, definisi kebudayaan di antara yang terbaik sebagaimana dibuat oleh E.B. Taylor bahwa budaya adalah that complex whole which includes knowledge, belief, art, morals, laws, custom and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society (keseluruhan yang kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, serta kemampuan dan kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai bagian dari masyarakat).
Secara singkat dan sederhana, sebagaimana dipahami secara umum, kebudayaan adalah “semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat digunakan untuk keperluan masyarakat.
Rasa yang meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah dan nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas. Agama, ideologi, kebatinan, dan kesenian yang merupakan hasil ekspil jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat, termasuk di dalamnya.
Cipta mempakan kemampuan mental, kemampuan berpikir orangorang yang hidup bermasyarakat, antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Cipta bisa berbentuk teori murni dan bisa juga telah disusun sehingga dapat langsung diamalkan oleh masyarakat. Semua karya, rasa, dan cipta, dikuasai oleh karsa orang-orang yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan sebagian besar atau seluruh masyarakat.
2. Hubungan Kebudayaan dan Peradaban
Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata “Arab al-hadharah al-Islamiyyah. Kata Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kebudayaan Islam. Kebudayaan dalam bahasa Arab adalah ats-tsaqafah.
Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang yang menyinonimkan dua kata kebudayaan (Arab, ats-Isaqafah; Inggris, culture) dan peradaban (Arab, al-hadhErah; Inggris, civilization). Dalam perkembangan ilmu antropologi sekarang, kedua istilah itu dibedakan.
Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat, sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi (agama), dan moral, peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan teknologi.
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud :
1) Wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya,
2) Wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan
3) wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya)”.
Adapun istilah peradaban biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah. Menurutnya, peradaban sering juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan, dan ilmu angetahuan yang maju dan kompleks.
Jadi, kebudayaan menurut definisi pertama adalah wujud ideal dalam definisi Koentjaraningrat, sementara menurut definisi terakhir, kebudayaan mencakup juga peradaban, tetapi tidak sebaliknya. Dalam pengertian itulah, peradaban yang dimaksud dalam buku ini.
Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju. Ia dengan cepat bergerak mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang.
Bahkan, kemajuan Barat pada mulanya" bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Span) = Islam memang berbeda dari agama-agama lain. H.A.R. Gibb di dalam bakunya Whither Islam menyatakan, “Islam is indeed much more than a system of theology, it is a complete civilization ”.
(Islam sesungguhnya lebih dari sekadar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna). Karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah agama Islam, kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam.
Berdasarkan berbagai pengertian di atas, tampaknya para ahli sampai saat ini masih belum menemukan secara pasti perbedaan dalam memaknai arti keduanya (kebudayaan dan peradaban). Untuk memudahkan hubungan antara kebudayaan dan peradaban dalam studi ini, pendapat Oswald Speengler yang dikutip Samuel P. Huntington, bahwa kebudayaan adalah untuk menunjuk upaya-upaya manusia yang masih terus berlanjut, sedangkan peradaban untuk menunjukkan titik akhir dari kegiatan mereka, tampaknya, sedikit banyak bisa membedakannya.
Baca juga selanjutnya di bawah ini
Kebudayaan pada perspektif ini lebih dipandang sebagai bentuk respons masyarakat manusia dengan berbagai prosesnya yang bersifat teknis dan konseptual yang terus berkelanjutan terhadap persoalan di sekelilingnya. Sebaliknya, peradaban mengandung pengertian yang lebih luas sebagai makna puncak, spirit keseluruhan, dan bersifat universal, sebagai karakter mm dari sebuah mm dan titik akhir dari berbagai hasil proses kebudayaannya.