Jenderal Suharto Manajer Puncak
Jenderal Suharto Manajer Puncak
Untuk menyimak prinsip-prinsip manajemen yang dikembangkan oleh Presiden Soeharto, saya bertitik tolak bahwa Pak Harto adalah seorang Jenderal. Kemampuan manajerial didapat dan ditumbuhkankembangkan sebagai seorang Jenderal. Itu ancang-ancangnya. Seorang Jenderal dengan puluhan tahun pengalaman, baik membina wilayah maupun dalam mempersiapkan dan memimpin berbagai operasi.
Pelaksanaan tugasnya selalu dibatasi oleh waktu memerlukan kecepatan dan ketepatan serta dituntut keselamatan anak buah. Jadi harus tepat, cepat dan membawa hasil yang mensejahterakan anak buah. Seorang Jenderal itu harus quick to see, quick to decide, dan quick to act (cepat melihat, cepat memutuskan, dan cepat bertindak).
Gambar Jenderal Suharto
Itulah kelebihan manajemen Pak Harto. Dengan berbagai pengalaman sebagai Panglima, Pembina Teritorial dan lain-lain, manajerial aspeknya ditempa sangat kuat sehingga tepatlah Pak Harto diberi tugas untuk ngemong bangsa ini.
Kesemuanya itu, terus dikembangkan oleh Pak Harto. Nah, pengembangannya apa? Dengan motivasi, "Saya ingin mengabdi pada rakyat dan mensejahterakan rakyat", itu yang tidak habis-habisnya dikerjakan Pak Harto, dengan senantiasa melihat jauh ke depan.
Misalnya: Pak Harto melihat teknologi harus dikuasai, bukan pesawat yang besar, tapi pesawat yang kecil untuk bisa menghubungkan pulau-pulau di tanah air. Kapal juga yang berkapasitas 500 penumpang. Ini suatu pandangan yang sangat jauh. Setelah itu dipelajari kondisi Tanah Air, dan ini perlu manajemen. Tanah airku kekuatannya di sini, kelemahannya di sini.
Kemudian di-planning melalui Pelita I sampai dengan Pembangunan Jangka Panjang 25 tahun. Dan kita bisa lihat beruntun: sandang, pangan, papan, dan yang menunjang untuk itu. Itu berurutan dengan runtun. Selanjutnya dibangun industri yang menunjang. Ini adalah akibat dari kapabilitas manajerial yang dipunyai Pak Harto dan dilandasi motivasi mengabdi pada bangsa dan negara, serta Wawasan Nusantara. Jadi beliau tidak muluk-muluk.
Pak Harto juga seorang leader. Kebiasaan to be a manager dan leader itu sudah built ia dalam diri Pak Harto sehingga cepat dikembangkan. Jadi, kalau begitu Pak Harto sudah disiapkan? Bukan, justru diri Pak Harto yang menyiapkan diri. Dari Letnan, Kapten, Komandan Batalyon, Komandan Resimen, Panglima Divisi, KASAD, Panglima Operasi Mandala yang memimpin ratusan ribu orang untuk membebaskan Irian Barat.
Itu semua menghendaki kemampuan manajemen. Jadi memang managerial capacity yang didapatkan dari pengalaman, kemudian disistematisasi dan disempurnakan antara lain dengan memanfaatkan hasil pendidikan di Sesko waktu beliau berpangkat Brigjen, di mana banyak teori yang didapat dalam pendidikan jenjang kemiliteran tersebut, kemudian di match dengan pengalaman yang diperoleh.
Atas dasar pengalaman sebagai seorang Jenderal, mendapatkan teon, lalu itu jadi disenyawakan. Keputusan yang diambil mesti ada miko, calculated risk itu mesti ada. Ini bedanya dengan scholar (Sarjana Ilmuwan). Scholar itu teorinya banyak sekali, tetapi untuk memutuskan dan take the responszblhty, menghadapi resiko itu banyak di antaranya kurang berani.
Kalau di ketentaraan kita dilatih untuk mengambil deciszon dari option option yang terbuka, dan banyak di antaranya adalah option yang jelek dari yang terjelek. Tapi deciszon itu harus diambil. Lebih baik ada decision daripada tidak ada keputusan sama sekali. Konsekuensinya ada, yaitu risrko. Seperti saat memutuskan hubungan dengan IGGI karena bantuannya nyeleneh, digandengkan dengan sesuatu political requirement.
Kita hentikan IGGI, tapi sembari berpikir, siapa penggantinya? Namun karena sudah dipikir risk-nya, CGI timbul, sebagai rahmat dan ridho Illahi. Jadi ini perhitungannya rumit, tapi sampai pada suatu kesimpulan. Dalam hal ini, Pak Harto berani mengambil keputusan dan risiko sekaligus. Selain itu seorang manajer puncak harus pandai memilih staf-stafnya yang ahli, meski yang terakhir mengambil keputusan adalah manajer puncak karena tanggung jawab komandan ada unsur risk-nya.
Dalam hal pengambilan keputusan, Pak Harto mengharapkan para pembantunya memberikan masukan, diminta atau tidak. Setiap kali kalau saya buat laporan, mesti ditandai dengan coretan pada hal-hal yang dianggap penting oleh beliau. lni menunjukkan bahwa Pak Harto membaca dan memperhatikan laporan para pembantunya.
Di samping itu, ada landasan yang tidak boleh kita lupakan adalah pribadi Pak Harto yang based on kultur Indonesia. Jadi Pak Harto mengembangkan kepemimpinan dan manajerial modern yang didasarkan pada kultur Indonesra. Misalnya: cultural heritage, di mana Pak Harto bisa mencetuskan ide lakon baru di pewayangan atau pedalangan dengan Semar sebagai tokoh utama.
Kerajaan Demak menjadikan wayang sebagai wahana dakwah masuknya agama baru, Islam. Lalu ada Semar, Gareng, Petruk, Bagong, yang dalam pedalangan dipakai oleh para Wali dakwah mengenai agama baru, sampai akhirnya lahirnya Parikesit dan Pankesrt Jadi raja.
Tapi what’s next? Tidak ada. Jadi ini tajamnya rasa Pak Harto, itu mesti based on culture yang dipunyai bangsa ini. Sehingga Pak Harto memberikan pekerjaan rumah kepada para Dalang: "Mbok ya, sekarang central figure-nya Semar untuk pembudayaan P-4."
Pak Harto melihat bahwa wayang kulit merupakan media komunikasi tradisional yang sangat penting, kemudian menugaskan kepada beberapa Dalang wayang kulit untuk merumuskan lakon baru maka lahirlah lakon "Semar mBabar Jati Diri", intinya wejangan Kyai Semar kepada Raja Parikesit agar mengamalkan 5 gegebengan (Pancasila) sebagai sikap hidupnya.
Itu ide hebat. Pancasila merupakan galian dari bumi pertiwi, dan dilaksanakan melalui P-4. Sekarang di "dakwah" kan lewat wayang untuk sesuatu kalangan tertentu. Nanti bisa dalam Bahasa Indonesia, atau Bahasa Inggris, sehingga bisa lebih meluas.
Jadi, ini merupakan suatu contoh dari seorang manajer yang based on his experience as a general, teori dan praktek, quick to see, to decide dan to act tadi, serta tanggung jawab dan berani menghadapi calculated risk. Menerima dan mengatasi calculated risk itu susah karena memerlukan rasa yang harus terus dikembangkan secara seimbang dengan kemampuan analitis kita.
Tetapi ada rasa. Manusia mempunyai dua belahan otak kanan dan kiri, yang organisasi dan kemampuannya sangat berbeda bahkan bertolak belakang. Dahulu orang lebih terpukau pada belahan (hemispere) kiri, yaitu untuk pola pikir analitis, logis dan linier.
Belahan kanan masih dianggap remeh karena "hanya" mempunyai kemampuan nonsverbal, spasial, musik, imajinasi dan spiritual, serta mempunyai pola pikir intuitif, holistik dan kreatif. Tetapi kedua-duanya harus dikembangkan seimbang dan diperlukan untuk suatu leadership yang berhasil.
Dalam pewayangan seorang ksatria yang akhirnya berhasil selalu diikuti oleh Semar karena melambangkan ridho Illahi dan mendengar aspirasi rakyat kecil. Menurutnya, ini background leadership Pak Harto. Semua itu dikembangkan sesuai dengan tujuan yang kita emban.
Kesimpulan saya adalah bahwa Pak Harto menggunakan manajemen modern dengan landasan kultur bangsa yang menyeimbangkan kemampuan analitis dan holistik. Kiat ini harus dipenuhi oleh manajer masa depan bangsa Indonesia, yang akan menjadi pemimpin di Indonesia.
Kita tahu arus informasi dan globalisasi begitu hebat, namun kita harus membentengi diri dengan ketahanan budaya sehingga tidak mudah dipermainkan pihak luar. Kita harus punyai harga diri, kalau tidak, kita digilas. Harga diri dan jati diri itu adalah kultur. Kita memiliki ungkapan: "lebih baik mati berkalang tanah, daripada hidup bercermin bangkai", itu adalah kultur.
Dalam pada itu, ada yang mengatakan sulit untuk menerjemahkan gagasan Pak Harto. Sebenarnya, kalau kita on the same platform, kita tidak mengalami kesulitan menerjemahkan kemauan Pak Harto. Kalau berbeda, tentu saja sulit. Platform sama itu apa? Pertama, managerial capacity. Kedua, motivasi untuk mengabdi.
Kalau tidak satu platform, jangan harap bisa berkomunikasi, walaupun setiap hari bertemu Pak Harto. Sebagai pembantu Presiden kita juga punya rasa bagaimana maunya beliau. Kewenangannya sebagai Menteri ada, tercermin dalam guidance besar, yaitu GBHN, namun yang mengambil deciszorz tetap beliau.
Pada tahun-tahun pertama Orde Baru kita mengalami suasana kekacauan, termasuk akibat pengkhianatan G 30 S PKI, di mana kondisi negara ini hampir berantakan. Pak Harto beresi dulu suasana ini, kemudian partai diciutkan menjadi 2 (dua), ditambah satu Golongan Karya. Lalu memprakarsai penyusunan GBHN.
Sebelumnya GBHN hanya disampaikan kepada MPR, sekarang disampaikan kepada semua kekuatan sosial politik. Dulu anggota Fraksi ABRI di DPR 100 orang, sekarang menjadi 75 orang. Semua dilaksanakan secara konstitusional, sesuai UUD 1945. ini adalah bukti bahwa Pak Harto selalu mengikuti konstitusi.
Kemampuan Pak Harto terbukti lagi tatkala kita menyelenggarakan pertemuan KTT Non;Blok dan APEC. Kenapa ini bisa sukses? Modal utama adalah sebelum berhasil di dalam negeri, jangan dulu melangkah ke luar negeri. Buktikan dulu kita mampu dalam hal menjadikan negara ini bersatu, aman, dan membangun.
Sekarang ini kita menerima banyak tamu berkunjung dari luar negeri ke Indonesia, dan kita mendapatkan pengakuan atas keberhasilan kita dari luar negeri. Negara-negara bekas Yugoslavia dan Vanuatu minta Pancasila diterjemahkan, dan mereka mau belajar.
Tidak aneh bila nantinya Pancasila akan "dicangkok" di negara lain karena mereka melihat, negara yang jumlah penduduknya besar, sukunya banyak dan pulaunya banyak bisa bersatu. Kita yang menjadi sumbernya, jangan sampai lupa. Setelah melihat sukses Indonesia mestinya orang mengatakan what kind of role yang akan dimainkan Indonesia.
Sedangkan orang pintar bilang, abad ke-21 adalah abadnya bangsa-bangsa di Asia Pasifik. Masak kita dengan penduduk kurang lebih 200 juta hanya jadi penonton saja. Kita harus diperhitungkan. Dengan Ketua Gerakan Non-Blok dan APEC, dunia sudah mulai memandang Indonesia.
Dukungan moril Pak Harto kepada para pemimpin ASEAN juga sangat menonjol. Bagi Pak Harto ASEAN merupakan saudara. Ketika itu kondisi Filipina sedang kacau, padahal di sana akan diadakan pertemuan tingkat Kepala Negara ASEAN.
Banyak pemimpin ASEAN tidak mau datang, tetapi Pak Harto bilang: "Harus datang untuk memberi moril kepada Presiden Aquino." Kalau Pak Harto tidak bicara begitu, mana mungkin pemimpin lain mau datang. Enam Kepala Negara datang, dan Presiden Aquino merasa ASEAN adalah saudara-saudaranya. Biarpun suasana Filipina kacau, sebagai saudara tetap datang.
Banyak kesan yang sangat mendalam tentang Pak Harto. Terutama pada perhatian anak buah. Kelima anak saya ketika menikah, dihadiri semua oleh Pak Harto. Semua pembantunya, kawannya yang meninggal mesti didatangi. Itu juga laku (amal) Pak Harto.
Ilmu itu tidak akan berhasil tanpa laku (amal). Padahal Pak Harto sibuk. Sebagai seorang komandan Pak Harto besar perhatiannya kepada anak buah. Di buku Di antara Sahabat, saya ceritakan saya kenal pertama kali Pak Harto sebagai anggota Dewan Kurator Akademi Militer Yogyakarta, overste Soeharto bersama Sn Sultan Hamengku Buwono XI.
Kedua waktu Letda, saya perwna operasi, anak buahnya SWK-104 (subwehrkreise), sektor Yogya Utara. Itu kenalan pertama dengan beliau. Setelah saya berpangkat Letkol, Komandan Resimen Taruna, saya menjadi komandan upacara. Lantas saya dipanggil beliau: "Kamu suaranya harus kung (berbunyi lantang-red), untuk itu kamu harus minum "K2C".
Itu "rumus kimia" untuk kencur, kapulaga, cengkih dan dicampur air panas. Pak Harto memperhatikan hal-hal sekecil itu. Jadi manajer tidak hanya harus tahu konfigurasi hutan, tapi from ttme to time, harus turun melihat pohon apa yang menjadikan hutan itu. Sebaliknya juga tidak boleh terpaku dengan pohonnya saja sehingga lupa konfigurasi hutannya.
Pak Harto tahu konfigurasi hutannya, tapi sewaktu-waktu juga mengetahui pohon apa saja yang tumbuh di hutan tersebut. Itulah sikap dan perilaku seorang manajer yang paripurna. Kebanyakan dari kita hanya berpikir rasional, tapi rasa tidak menyertainya. Memang sulit melakukannya. Pak Harto berpikir pula tentang rasa.
Kalau pemikiran Jawa: heninging cipto, landeping rosa, antebing karsa, mahanani, opo kang sinedyo dadi. Cipta harus hening, rasa harus tajam, kemauan harus keras, mantap. Ini yang menjadikan sebab, apa pun yang diinginkan terkabul. Pak Harto memiliki bobot, kharisma dan wibawa sebagai seorang pemimpin dalam mengabdi. Kita tidak usah in' karena beliau berjuang lama dengan pengalamanpengalaman beliau, dan bahkan generasi muda harus meneladani sikap hidup yang demikian itu.
Pesan saya untuk generasi muda dalam menghadapi abad yang akan datang profesmnalisme harus ditingkatkan, tanpa meninggalkan jati diri bangsa sendiri Itu yang nomor satu. Profesi harus ditingkatkan di bidang apa saja. Kalau menjadi bakul tahu, ya jual tahu yang enak.
Saya tidak menyatakan harus sarjana. Untuk menghasulkan semua itu harus melalui pemahaman manajemen. tidak bisa kita asal kerja. Profesi hams ditingkatkan di segala bidang, supaya kita bisa menang dalam kompetisi. Untuk memenangkan kompetisi kita harus handal dan prolesnonal serta menjadi pribadi yang tidak mudah goyah.
Sebab kalau goyah, salah-salah bisa menggoyahkan upaya kita mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa Jadi, ada hikmahnya apa yang dapat kita peroleh dan' mereka yang berhasil membawa kesejahteraan bangsa ini. Yang baik diteruskan, yang kurang baik, diperbmkt Generasi tua yakin akan kemampuan kaum muda.
Elan romantik generasi muda sama dengan elan romantik generasi terdahulu, bukan monopoli generasi terdahulu. Dulu merebut, mempertahankan dan mulai mengisi kemerdekaan. Sekarang sama saja, mempertahankan kemerdekaan hukumnya wajib, sementara melanjutkan mengisi kemerdekaan adalah suatu keharusan, dengan merebut teknologi canggih sebagai suatu prasyarat agar bangsa kita sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju lebih dahulu.
Kita tidak sangsi kemampuan generasi muda. Seperti kata Pak Habibie, bahwa Soekarno dengan angkatannya menggali Pancasila, sementara angkatan Pak Harto mengamankan dan mengamalkan Pancasila dalam pembangunan bangsa. Itu kan bagus da kesinambungan.
Baca juga selanjutnya di bawah ini :
- Manajemen Khas Indonesia Masa Suharto (Catatan Seorang Wartawan)
- Manajemen Tiga SA Pak Suharto (Catatan Seorang Pengusaha)
- Globalisasi di bidang teknologi
- Pertama Suharto Memimpin Indonesia Berhadapan Kenyataan Mengerikan
- Struktur Organisasi Kabinet Pembangunan VI Jaman Suharto
- Kepemimpinan Berdasarkan Hasta Brata
Post a Comment for "Jenderal Suharto Manajer Puncak"