Kepemimpinan Berdasarkan Hasta Brata
Kepemimpinan Berdasarkan Hasta Brata
Kalau kita melihat langkah-langkah yang diambil Pak Harto sebagai top manager, setiap langkah menunjukkan bagaimana wawasan beliau. Di dalam menjalankan manajemennya Pak Harto mencakup wawasan di dalam menjalankan manajemennya Pak Harto juga sangat memperhatikan faktor lingkungan strategis domestik, subregional dan global. Beliau selalu memperhatikan lingkungan strategis. Memang beliau memanfaatkan lingkungan strategis, baik di Asia, Asia Pasifik, dan dunia. Di samping itu kerja sama negara-negara Non-Blok.
Manajemen dari Pak Harto sudah tercermin sejak beliau menjadi Presiden. Beliau selalu membuat rencana jangka panjang. Rencana jangka panjang itu kita mengenal: pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama 25 tahun, yang berakhir pada tahun 1993. Memasuki 1994 beliau sudah mempersiapkan Rencana Jangka Panjang Tahap kedua.
Gambar Soeharto
Ini adalah tujuan suatu manajemen puncak yang penting. Kemudian dalam membawa pembangunan bangsa ini, beliau membagi tahapannya dalam pembangunan 5 tahunan sehingga kita kenal Pelita demi Pelita. Kini kita berada pada Pelita ke-6.
Itu adalah strategi besarnya. Kemudian dalam pembangunan nasional ini, perlu kita perhatikan bahwa sejak tahun 1967 beliau menekankan hal-hal yang penting, antara lain upaya dan dukungan stabilitas politik dalam pelaksanaan pembangunan. Karena tanpa stabilitas politik, bangsa itu tidak bisa membangun.
Tampaknya Pak Harto mencermati benar-benar pengalaman periode sebelum Orde Baru di mana setiap kabinet hanya berumur 3 sampai 18 bulan saja. Barangkali keadaan ini yang kurang disadari sebelumnya. Bagaimana suatu kabinet yang umurnya 3 bulan, 6 bulan, 8 bulan, 1 tahun mampu membawa pembangunan yang pada waktu itu notabene pendapatan per kapita kita hanya US$ 70. Karena itu Pak Harto menekankan pentingnya : stabilitas politik yang dapat menopang pembangunan bangsa ini.
kita juga dapat melihat pikiran-pikiran Pak Harto yang menonjol sebagai top manager melalui pembangunan ekonomi. Dalam membangun ekonomi nasional kita mesti melihat apa pikiran-pikiran beliau yang menonjol sebagai top manager. Sebenamya, bangsa Indonesia itu 65% adalah petani, maka bobot prioritas pembangunan pada Pelita I diletakkan pada sektor pertanian.
Pekerjaan raksasa bangsa Indonesia. Mengapa ini pekerjaan raksasa? Jumlah petani kita jutaan, 65% dari jumlah penduduk. Pembangunan di sektor pertanian sekaligus akan mengangkat pendapatan dan derajat hidup petani, dan ini bukan pekerjaan yang mudah bagi bangsa sebesar Indonesia. Pada waktu itu prioritas pembangunan diutamakan pada pembangunan bendungan-bendungan dengan biaya yang besar. Kemudian dibangun supporting system dari pengairan yaitu irigasi primer, sekunder, dan irigasi tersier yang mampu mengadakan penyediaan air bagi para petani kita.
Sarana lain yang dibangun adalah pabrik-pabrik pupuk, untuk memenuhi kebutuhan pupuk baik urea, TSP, maupun pestisida. Sarana pokoknya adalah penyediaan pupuk pada saat yang tepat dan harga yang layak pada petani. Untuk itu dibangun suatu distribusi penyediaan pupuk di seluruh tanah air.
Upaya ini belum cukup. Sekarang masalahnya bagaimana meningkatkan kualitas petaninya sendiri. Dibentuklah kelompok-kelompok tani, dalam wadah KUD. Departemen Pertanian memberikan penyuluhan, bagaimana menanam pada saat yang tepat, bagaimana memanfaatkan pupuk yang baik.
Kemudian ditetapkan pula harga dasar gabah oleh pemerintah yang dilaksanakan oleh Bulog. Harga dasar gabah ini berlaku bila harga beras di pasar lebih rendah daripada harga yang ditetapkan pemerintah. Tujuannya untuk memberikan suatu jaminan harga yang layak bagi petani. Kegiatan ini berlangsung terus sehingga Indonesia mencapai Swasembada Pangan.
Ini suatu pekerjaan raksasa, yang mungkin generasi sekarang tidak merasakannya. Sementara saya mengikuti program ini sejak awal. Sekarang nampaknya generasi muda ada kecenderungan take it for granted kalau kita sudah swasembada pangan. Tapi asal tahu ini semua adalah pekerjaan raksasa Mencakup sektor pertanian, dengan jutaan petani, dan programnya betul-betul terpadu. Di samping itu, dengan prasarana petanrnya sendiri juga disediakan kredit-kredit khusus perbankan rmtuk mensukseskan pembangunan pertanian.
Pola yang sama dilaksanakan di sektor perikanan, sektor perkebiman dan lain-lain. Sekarang, karena masyarakat kita di sektor pertanian semakin terangkat. mulai ditangani sektor ekonomi lemah lainnya. Memang di sana sini masrh ada ketidakpuasan. Di samping sektor pertanian tadi, dikembangkan juga sektor industri.
Sejak Pelita I dikembangkan industri substitusi impor, industri yang menunjang sektor pertanian. Kemudian Pelita II industri yang mengolah bahan baku dan bahan penolong, dan dalam Pelita III industri barang modal, di samping itu juga kegiatan jasa-jasa, termasuk jasa transportasi. Karena negara kita negara kepulauan. maka transportasi harus ditangani.
Mengenai pembangunan telekomunikasi ada hal yang ingin saya kemukakan. Negara kita adalah negara kepulauan. Telekomunikasi menjadi penting sekali. Pak Harto memutuskan membangun suatu sistem telekomunikasi via satelit, dan Indonesia menjadi bangsa yang pertama di Asia ini yang meluncurkan satelit di atas bumi. Ini merupakan revolusi telekomunikasi di mana kita bisa memanfaatkan kemajuan teknologi untuk kepentingan pembangunan bangsa Indonesia. Ada tujuan ganda yang hendak diraih. Pertama, untuk mewujudkan wawasan persatuan dan kesatuan bangsa. Kedua, untuk menciptakan hubungan (tele) komunikasi antan propmsn, dan antara Indonesia dengan dunia luar.
Dampaknya segera kita lihat. Kita bisa mengetahui perkembangan nasional dan internasional dengan cepat. Kita bisa mendapatkan informasi yang diperlukan, untuk kepentingan pertahanan, politik dan kepentingan ekonomi yang up to date. Bahkan kita dapat segera, misalnya mengakses perkembangan pasar minyak atsrri di Aceh dan Boyolali, hingga perkembangan perdagangan emas dunia.
Kesemuanya itu karena teknologi telekomunikasi yang sekarang kita rasakan manfaatnya. Kala itu memang ada yang pro dan kontra. Kritik saat itu apakah kita sudah perlu dengan teknologi satelit? Di dalam menghadapi kritik tersebut Pak Harto melihat teknologi komunikasi sebagai kebutuhan untuk mempersatukan bangsa kita. Di smi saya lihat pentahapannya di dalam pola manajemen pembangunan Pak Harto. Di sini saya juga melihat suatu visi yang juga tajam dari aspek ekonomi.
Pada Pelita I, II, III perekonomian Indonesia tergantung pada sektor minyak dan gas bumi… Kemudian kita menghadapi krisis minyak karena penurunan harga minyak Pak Harto mehhat bahwa ekonomi Indonesia itu tidak bisa menyandarkan diri pada kekuatan minyak dan gas bumi saja, karena resource minyak dan gas bumi ini terbatas.
Karena itu beliau melihat pentingnya peranan sektor non-migas sebagai penggerak utama pembangunan ekonomi kita. Kebijaksanaan peningkatan ekspor non-migas mulai ditekankan pada Pelita IV. Alhamdulillah pada akhir Pelita V ekonomi Indonesia sudah bertumpu pada kemampuan ekspor non-migas, terutama pada produk industri Perubahan ini menunjukkan kemampuan bangsa Indonesia untuk bisa membangun secara berkesinambungan.
Di dalam pembangunan ekonomi ada dua hal mendasar yang perlu saya sampaikan dalam kapasitas Pak Harto sebagai top manager. Pertama, beliau menekankan pada pelaksanaan kebijaksanaan makro ekonomi yang konservatif. lni penting sekali. Kedua, sejak tahun 1969 beliau sudah menetapkan sistem ekonomi pasar.
Ini juga mencakup visi, karena pada waktu itu kalau kita lihat, di dunia itu masih ada 2 pola dalam penanganan ekonomi: ekonomi pasar, dan ekonomi sosialis. Baru setelah runtuhnya negara komunis ini, semua negara di dunia sudah menganut sistem ekonomi pasar. Yang belum, saya rasa tinggal beberapa negara, seperti Kuba dan Korea Utara.
Tapi pengalaman menunjukkan, bangsa yang tidak mengadopsi sistem ekonomi pasar, pertumbuhan ekonominya bisa berhenti, bahkan mundur. Jadi ini hal yang sangat strategis dan beliau sudah melihatnya sejak tahun 1969. Buktinya apa? Tahun 1969 Indonesia sudah menerapkan sistem foreign exchange yang bebas. Barangkali ini tidak diperhatikan.
Kebijaksanaan itu bermuara pada situasi sekarang di mana seluruh dunia menerapkan sistem ekonomi pasar, yang ditandai: pertama. sikap dunia untuk menerima paket Uruguay Round (Putaran Uruguay); kedua, Indonesia sendiri sepakat untuk mempercepat AFTA; ketiga, Indonesia adalah pelopor liberalisasi perdagangan dan investasi di wilayah APEC. Pak Harto sebagai top manager sudah melihat dan melaksanakannya secara konsisten sejak tahun l969.
Perihal falsafah Pak Harto yang juga menjadi falsafah manajemen negara kita hingga saat ini saya kira bersumber kepada budaya bangsa Indonesia yaitu ajaran Hasta Brata. Kalau mau belajar lebih mendalam tentang Hasta Brata, silakan ke Museum Purna Bakti Pertiwi Taman Mini Indonesia Indah. Tetapi beberapa inti dapat disimak sebagai berikut.
Bahwa salah satu esensi manajemen adalah leadership (kepemimpinan). Kepemimpinan itu banyak teorinya. Tetapi yang banyak diungkapkan Pak Harto itu adalah kepemimpinan yang memang asli Indonesia. Bisa kita lihat dalam lakon wayang Wahyu Makutha Rama yang berisi ajaran Hasta Brata. Hasta berarti 8, Brata berarti sikap atau laku. Hasta Brata ini adalah quality of leadership yang digali dari budaya Indonesia dan asli Indonesia.
Cara mencarinya adalah dari fenomena alam, karena memang hukum manusia itu adalah nature (alam). Kita harus belajar dari alam, jagat kecil yaitu diri kita ini dikaitkan dengan jagat gede yaitu jagat raya. Kita pribadi selalu dilihat dengan konteks jagat yang lebih besar.
Kita belajar dari konteks yang lebih besar itu. Hasta Brata adalah ajaran tentang kepemimpinan, siapa pun adalah pemimpin, apalagi kalau memegang jabatan yang tinggi. Sebagai pemimpin maka setiap orang harus mengerti bagaimana bersikap sebagai pemimpin yang baik.
Secara singkat isi Hasta Brata itu adalah:
1. Surnya yaitu matahari
Matahari memancarkan sinar terang sebagai sumber kehidupan yang membuat semua makhluk tumbuh dan berkembang. Seorang pemimpin hendaknya mampu menumbuhkembangkan daya hidup rakyatnya untuk membangun bangsa dan negara, dengan memberikan bekal lahir dan batin untuk dapat berkarya.
2. Candra yaitu bulan.
Bulan memancarkan sinar kegelapan malam. Cahaya bulan yang lembut mampu menumbuhkan semangat dan harapan-harapan yang indah. Seorang pemimpin hendaknya mampu memberikan dorongan atau motivasi untuk membangkitkan semangat rakyatnya, dalam suasana suka dan duka.
3. Kartika yaitu bintang.
Bintang memancarkan sinar indah kemilauan, mempunyai tempat yang tepat di langit hingga dapat menjadi pedoman arah. seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan, untuk berbuat kebaikan. Tidak ragu menjalankan keputusan yang disepakati, serta tidak mudah terpengaruh oleh pihak yang akan menyesatkan.
4. Angkasa yaitu langit.
Langit itu luas tak terbatas, hingga mampu menampung ana saja yang datang padanya. Seorang pemimpin hendaknya mempunyai keluasan batin dan kemampuan mengendalikan diri yang kuat, hingga dengan sabar mampu menampung pendapat rakyatnya yang bermacam-macam.
5. Maruta yaitu angin.
Angin selalu ada di mana-mana, tanpa membedakan tempat serta selalu mengisi semua ruang yang kosong. Seorang pemimpin hendaknya selalu dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat dan martabatnya, bisa mengetahui keadaan dan keinginan rakyatnya. Mampu memahami dan menyerap aspirasi rakyat.
6. Samodra yaitu laut air.
Laut, betapapun luasnya, senantiasa mempunyai permukaan yang rata dan bersifat sejuk menyegarkan. Seorang pemimpin hendaknya menempatkan semua orang pada derajat dan martabat yang sama, sehingga dapat berlaku adil, bijaksana, dan penuh kasih sayang terhadap rakyatnya.
7. Dahana yaitu api.
Api mempunyai kemampuan untuk membakar habis dan menghancurleburkan segala sesuatu yang bersentuhan dengannya. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan kebenaran dan keadilan secara tegas dan tuntas tanpa pandang bulu.
8. Bumi yaitu bumi/tanah.
Bumi mempunyai sifat kuat dan murah hati. Selalu memberi hasil kepada siapa pun yang mengolah dan memeliharanya dengan tekun. Seorang pemimpin hendaknya berwatak sentosa, teguh dan murah hati, suka beramal dan senantiasa berusaha untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya.
Kalau kita lihat kaitannya dengan teori manajemen modern, perlu diketahui bahwa berbagai pendekatan filosofis muaranya selalu pada kebenaran dan kebijaksanaan. Ada yang ditempuh dengan rasio, ada yang ditempuh dengan rasa melalui perenungan.
Artinya pemikiran tersebut dua duanya akan menemukan suatu kebenaran universal. Bahkan bisa terjadi pemikiran filosofis dari Barat bertemu dengan pemikiran filosofis dari Timur, sepanjang itu mencari kebenaran.
Manajemen itu sebenarnya universal, tapi untuk memperkuat kemampuan bangsa dalam manajemen itu mesti terkait dengan budaya bangsa. Budaya bangsa barat itu lain dengan budaya bangsa kita. Untuk itu kita mesti mencari kaitan-kaitan budaya yang memberikan sinergi sehingga manajemen kita menjadi tangguh dalam menghadapi globalisasi.
Proses ini memerlukan waktu lama, bukan 1 atau 2 tahun, selain memerlukan suatu improvement yang lama, Hasta Brata ini kemudian kita kembangkan untuk menghadapi situasi dunia yang semakin terbuka dan penuh tantangan. Tapi semuanya memerlukan suatu proses, bisa memerlukan waktu setahun, tiga tahun, lima tahun, atau bahkan bisa 10 tahun. Tapi, kita sebagai bangsa, Alhamdulillah kita memiliki dasar yang kuat yaitu falsafah bangsa, Pancasila.
Dalam membangun kita mempunyai tiga visi: 1 tahunan, 5 tahunan, dan 25 tahunan atau bisa disebut sebagai visi jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Dalam pada itu kita perlu memperhatikan keadaan lingkungan strategis untuk mempercepat pembangunan kita.
Artinya, segi-segi positip dari perkembangan lingkungan sekitarnya harus kita perhatikan. Selain itu kita harus pandai-pandai menangani problem jangka pendek. Terutama probelem-problem politik, ideologi, pertahanan keamanan, ekonomi, sosial budaya. Dan jangan lupa, kita ini bangsa dengan penduduk 180 juta.
Bangsa yang besar dengan wilayah negara yang begitu luas. Semuanya itu merupakan khas dari sifat keadaan Indonesia yang selalu menjadi bahan masukan utama dalam mengimplementasi manajemen jangka pendek, menengah, dan panjang.
Ada hal yang patut diteladani dalam pengambilan keputusan. Beliau mengambil keputusan setelah mendengarkan saran pendapat para pembantu beliau dan masukan dari sumber lain. Itu hak beliau untuk mengakses informasi dari sumber lain. Kemudian beliau memperhatikan lingkungan strategi yang berkembang dari luar.
Ada banyak hal menarik dalam pengalaman saya di bidang perindustrian berkaitan dengan manajemen Pak Harto. Misalnya keputusan bangsa ini untuk melakukan ekspor non-migas, itu merupakan keputusan yang benar. Ekspor nonmigas tidak hanya industri saja, tetapi dalam arti luas mencakup produk pertanian, pertambangan non-migas, jasa-jasa dan lain-lain.
Ekspor non-migas ini dilaksanakan secara konsisten sehingga bangsa ini dapat merubah struktur ekspor yang semula bertumpu pada migas, kini menjadi non-migas. Ekspor non-migas bukan hanya memberi dampak positif pada ekspor, tetapi juga pada penyerapan tenaga kerja, pemasukan pemerintah dari sektor pajak dan sebagainya. Ini semua keputusankeputusan yang sangat besar bagi bangsa ini.
Setiap tahap pembangunan selalu terdapat langkah-langkah strategi. Perkembangan tahapan pembangunan untuk tahap sekarang diletakkan pada peningkatan kemampuan sumber daya manusia, dengan meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa. ini merupakan langkah sangat strategis, karena dalam PJP II pembangunan sumber daya manusia dan teknologi sangat penting untuk membawa bangsa ini bersaing dalam dunia internasional.
Perihal komunikasi antara Menteri-menteri dengan Presiden dilaksanakan secara teratur. Setiap bulan ada Rapat Kabinet Terbatas Bidang Ekonomi-Keuangan dan Produksi-Distribusi. Forum itu diselenggarakan minimal sebulan sekali. Di samping itu bila ada hal-hal yang khusus, Menteri-menteri menghadap, dalam bentuk. sudah dikoordinasikan atau bisa juga sendiri-sendiri. Sebagai Menko Produksi dan Distribusi saya melapor paling sedikit sebulan sekali.
Sebagai pembantu beliau, saya melihat perkembangan yang dicapai bangsa ini besar sekali. Sebagai bangsa kita bangga dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7% selama 25 tahun. Memasuki Pelita VI pertumbuhan bisa meningkat dengan rata-rata di atas 7,1%. Kini kita harus mengupayakan pemerataan, khususnya dalam bidang ekonomi, dengan pengembangan usaha kecil dan pembangunan di luar Jawa.
Karena itu kita dorong perkembangan pertumbuhan ekonomi regional. Misalnya Sumatra bagian Utara, yang mencakup Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau dan Aceh, dikaitkan dengan pengembangan dengan Malaysia dan Thailand.
Kemudian Sumatra Tengah yang mencakup: Sumatra Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung, dan Kalimantan Barat dengan Malaysia dan Singapura. Kemudian bagian Timur yang mencakup seluruh propinsi di Kalimantan, propinsi di Sulawesi, propinsi Maluku, dan propinsi Irian Jaya dengan Brunei, Malaysia, Filipina.
Sedang dikembangkan pula upaya pembangunan Indonesia utamanya Kawasan Timur Indonesia. Ini semuanya untuk pemerataan pembangunan. Tampaknya ini sudah menunjukkan ke arah yang sudah cukup menggembirakan, karena partisipasi para pengusaha sudah kelihatan sekali, baik dalam bidang pariwisata, pertanian, energi, maupun transportasi.
Memang selalu ada kritik karena merasa kurang puas, merasa pembangunan kurang cepat. Hal itu selalu ada dalam proses membangun suatu bangsa yang besar. Meningkatnya kemampuan bangsa, banyaknya sarjana-sarjana, itu merupakan kebanggaan bangsa kita, disusul tumbuhnya kelas menengah yang kuat.
Tentu kita harus memperhatikan kritik yang demikian. Falsafah Hasta Brata, maruta (angin) harus kita perhatikan. Karena itu melahirkan juga kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk mengurangi kritik. Kalau untuk menghilangkan kritik jelas tidak bisa. Kita hanya bisa mengurangi.
Dalam menghadapi aspek internasional, sikap kita adalah menggalang kerja sama ASEAN secara keseluruhan. Kemudian kerja sama subregional dan APEC. Dalam pada itu banyak masalah-masalah yang selalu berkembang. Untuk mengantisipasinya langkah-langkah diambil dengan diadakan koordinasi di antara para Menteri yang menguasai bidang masing-masing.
Sekarang ini di dalam negeri kita sedang mempersiapkan otonomi pada Daerah ngkat H. Ini adalah pelaksanaan kebijaksanaan desentralisasi. Untuk itu desentralisaSi secara sektoral sudah mulai dilaksanakan oleh masing-masing menteri. Misalnya dalam bidang industri, penzinan-perizinan sudah dilimpahkan pada daerah-daerah Tingkat II.
Karena negara kita besar, tidak bisa disentralisir. Dalam bidang investasi, kalau orang di Ambon mau investasi Rp 50 juta, dia harus minta izin ke Jakarta. Ini mengeluarkan biaya untuk ongkos transportasi. Ini sudah makan biaya besar. Nah, hal-hal semacam ini harus dibenahi.
Kemudian berpartisipasi dalam pertumbuhan subregional, di mana saya menjadi ketuanya. Misalnya daerah Sumatra, pertumbuhan segitiga Utara tidak ada otoritanya. Yang bertanggung jawab adalah masing-masing Gubernur. Jadi kalau perkembangannya itu maju, maka Gubernur yang dihargai. Kalau tidak maju ditegur. Jadi ini desentralisasi dalam pelaksanaan.
Saya melihat pelimpahan wewenang sudah dilakukan di sektor industri, juga di pertanian dan sektor-sektor lainnya. Di perbankan, sekarang kepala cabang boleh memberi kredit sampai Rp 250 juta. Itu pun ada yang berpendapat kurang, minta diperbesar lagi.
Semuanya baik selama keputusan yang kita ambil itu tidak merupakan pembebanan, tapi bertujuan untuk memperlancar gerak ekonomi. Tapi kalau ada dampak pada sektor yang lain, harus dibahas secara koordinatif.
Belum lama ini juga ada statement masalah hutang. Di kalangan generasi muda takut dibebani hutang. Itu sudah dijelaskan oleh Bapak Presiden sendiri, bahwa hutang kita tidak akan membebani karena pertama, hutang tersebut mampu ditampung dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Kedua sifat hutang kita adalah hutang jangka panjang.
Di samping itu, Bapak Presiden menjelaskan bahwa Indonesia mampu mempercepat pembayaran hutang itu, dengan menjual sebagian saham BUMN kita atau go public. Jika dijual 20% saja sudah cukup. Itu sudah cukup untuk mempercepat pembayaran hutang kita. Dan kalau saham BUMN itu kita jual 20% ke publik, juga berarti baik untuk manajemen perusahaan itu, karena manajemennya akan menjadi lebih transparan.
Pesan saya kepada generasi muda agar selalu berpikir dan bertindak berlandaskan falsafah bangsa yaitu Pancasila. Falsafah ini tumbuh dan berkembang dari bumi kita sendiri, falsafah yang sangat memperhatikan aspek-aspek kebhinekatunggalikaan bangsa. Ini falsafah dasar, bahkan paling mendasar.
Pancasila sebagai dasar juga sebagai wawasan dan pandangan hidup. persatuan dan kesatuan bangsa. Kedua, pelajarilah sedalam-dalammya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ketiga, kembangkan sifat kemandirian sebagai generasi peneruss yang mampu melanjutkan perjuangan bangsa untuk mewujudkan cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Baca juga selanjutnya di bawah ini :
- Manajemen Tiga SA Pak Suharto (Catatan Seorang Pengusaha)
- Jenderal Suharto Manajer Puncak
- Manajemen yang terbuka dan trasparan dengan penuh kearifan
- Manajemen Sebelas Asas Pak Suharto
- Suharto Menciptakan Pembangunan Nasional Cita-Cita Bangsa Indonesia
- Struktur Organisasi Kabinet Pembangunan VI Jaman Suharto
Post a Comment for "Kepemimpinan Berdasarkan Hasta Brata"