Zaman Piramida / Zaman Kerajaan Lama Mesir Kuno
Zaman Piramida / Zaman Kerajaan Lama Mesir Kuno
Zaman Kerajaan Lama Mesir Kuno dianggap sebagai kurun waktu semenjak Mesir diperintah oleh Wangsa Ketiga sampai Wangsa Keenam (2686–2181 SM). Ibukota Kerajaan Mesir pada Zaman Kerajaan Lama ialah Memphis, yang telah ditetapkan oleh Djoser sebagai pusat pemerintahannya.
Namun tetapi Zaman Kerajaan Lama lebih dikenal karena banyaknya piramida yang telah dibangun pada zaman ini sebagai makam Firaun. Oleh karena itu Zaman Kerajaan Lama kerap dijuluki "Zaman Piramida." Firaun pertama yang menonjol pada kurun waktu ini ialah Djoser (2630–2611 SM) dari Wangsa Ketiga, yang telah memerintahkan pembangunan sebuah Piramida Berundak di Saqqara, nekropolis Kota Memphis.
Zaman Piramida / Zaman Kerajaan Lama Mesir Kuno
Pada waktu zaman ini negara-negara kecil Mesir Kuno yang sebelumnya merdeka berubah menjadi satuan-satuan administratif yang disebut Nome dan yang telah diperintah oleh Firaun semata. Para pemimpin sebelumnya telah dipaksa untuk menduduki jabatan kepala daerah atau jabatan pemungut cukai.
Bangsa Mesir pada zaman ini telah menyembah atau memuja Firaun sebagai dewa yang mereka yakini sebagai penjamin keberlangsungan banjir tahunan yang akan diperlukan tanaman-tanaman mereka.
Pada zaman Kerajaan Lama dan kekuasaan raja-rajanya akhirnya berpuncak pada Wangsa Keempat. Sneferu, pendiri Wangsa Keempat, diyakini telah mampu memerintahkan pembangunan sekurang-kurangnya tiga piramida; dan jika putera sekaligus penggantinya, Khufu, termasuk sebagai pendiri Piramida Agung Giza, maka Sneferu termasyhur sebagai firaun yang memerintahkan pengangkutan batu dan bata terbanyak dibanding firaun-firaun lainnya.
Baik Khufu (Bahasa Yunani Keops) maupun puteranya Khafra (Bahasa Yunani Kefren), serta cucu lelakinya Menkaura (Bahasa Yunani Mikerinus) telah menjadi masyhur berabad-abad lamanya karena pembangunan piramida-piramida mereka. Untuk mengatur dan memberi makan tenaga kerja yang dipekerjakan dalam pembangunan piramida-piramida ini, telah diperlukan suatu pemerintahan yang terpusat dengan kekuasaan yang sangat luas.
Penggalian-penggalian terkini di dekat piramida-piramida yang dikepalai Mark Lehner telah bisa menampung dan menghidupi para pekerja piramida. Sekalipun pernah dipercaya bahwa budak-budaklah yang mampu membangun monumen-monumen itu, suatu teori yang didasarkan pada riwayat eksodus Bangsa Israel dalam Alkitab, penelitian atas makam-makam para tenaga kerja ahli yang mengawasi pembangunan piramida-piramida menunjukkan bahwa monumen-monumen itu dihasilkan oleh kerja bakti rakyat jelata yang dihimpun dari segenap penjuru Mesir.
Tampaknya mereka bekerja ketika luapan banjir tahunan Sungai Nil sedang menutupi ladang-ladang mereka. Mereka juga tampaknya merupakan sekumpulan besar tukang dan pandai yang meliputi juru ukir, juru gambar, matematikawan dan rohaniwan.
Wangsa Kelima bermula dengan pemerintahan Userkaf sekitar 2495 SM, dan ditandai dengan makin berkembangnya pemujaan terhadap Dewa Matahari. Dampaknya ialah berkurangnya pengerahan daya upaya untuk membangun kompleks-kompleks piramida selama masa pemerintahan wangsa ini dibandingkan dengan yang berlaku pada masa kekuasaan Wangsa Keempat.
Hiasan pada kompleks-kompleks piramida bertambah rumit pada masa kekuasaan wangsa ini. Raja terakhir wangsa ini, Unas, ialah raja pertama yang telah memerintahkan agar ayat-ayat piramida ditatahkan pada piramidanya.
Makin besarnya minat bangsa Mesir akan barang-barang dagangan semisal kayu hitam, wewangian seperti mur dan kemenyan, emas, tembaga dan bermacam-macam logam berguna, telah mendorong orang-orang Mesir Kuno untuk mengarungi laut lepas.
Bukti dari Piramida Sahure, raja kedua dari Wangsa Kelima, telah menunjukkan adanya perniagaan secara teratur dengan daerah pesisir Suriah untuk mendapatkan kayu Aras. Para Firaun juga melepas ekspedisi-ekspedisi ke Negeri Punt yang termasyhur itu, yang kemungkinan besar terletak di Ethiopia dan Somalia sekarang ini, untuk mendapatkan kayu hitam, gading, dan damar wangi.
Pada masa kekuasaan Wangsa Keenam (2345–2181 SM), kekuasaan para Firaun sedikit demi sedikit mereka melemah seiring peningkatan kekuasaan para nomark (kepala-kepala daerah). Jabatan-jabatan ini tidak lagi dipegang oleh keluarga kerajaan dan mulai diwariskan turun-temurun, sehingga bisa menciptakan wangsa-wangsa daerah yang agak merdeka dari kewenangan pusat yang dipegang firaun.
Kekacauan internal mulai timbul pada masa pemerintahan Pepi II (2278–2184 SM) yang memerintah cukup lama itu sampai pada akhir kekuasaan Wangsa Keenam. Pepi II mangkat sesudah orang-orang yang dipersiapkan menjadi penggantinya meninggal dunia.
Keadaan ini agaknya memicu perselisihan seputar suksesi yang menjerumuskan Mesir ke dalam kancah perang saudara hanya beberapa dasawarsa yang telah berakhirnya pemerintahan Pepi II. Pukulan terakhir tiba tatkala Mesir dilanda kemarau panjang pada abad ke-22 SM yang menyebabkan tingkat ketinggian banjir Sungai Nil rendah secara konsisten. Akibatnya adalah keruntuhan Kerajaan Lama disusul bencana kelaparan dan pertikaian selama beberapa dasawarsa.
Baca juga selanjutnya di bawah ini :
Post a Comment for "Zaman Piramida / Zaman Kerajaan Lama Mesir Kuno"