Makna Tentang Dwipantara
Makna Tentang Dwipantara
Sekarang ini banyak sejarawan Indonesia telah percaya bahwa konsep kesatuan Nusantara bukanlah pertama kali dicetuskan oleh Gajah Mada dalam Sumpah Palapa pada tahun 1336, melainkan juga dicetuskan lebih dari setengah abad lebih awal oleh Kertanegara pada tahun 1275.
Gajah Mada menyatakan dalam Sumpah Palapa : Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukita palapa, sira Gajah Mada : Lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa.
Terjemahannya ialah: "Dia Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, "Jika telah mengalahkan pulau-pulau lain, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa".
Kitab Negarakertagama mencantumkan wilayah-wilayah "Nusantara", yang pada masa sekarang dapat dikatakan mencakup sebagian besar wilayah modern Indonesia (Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya, sebagian Kepulauan Maluku, dan Papua Barat) ditambah wilayah Malaysia, Singapura, Brunei dan sebagian kecil Filipina bagian selatan. Secara morfologi, kata ini adalah kata majemuk yang diambil dari bahasa Jawa Kuno nusa ("pulau") dan antara (lain/seberang).
Sebelumnya juga telah dikenal konsep Cakrawala Mandala Dwipantara yang juga telah dicetuskan oleh Kertanegara, raja Singhasari. Dwipantara ialah kata dalam bahasa Sanskerta untuk "kepulauan antara", yang maknanya sama persis dengan Nusantara, karena "dwipa" adalah sinonim "nusa" yang bermakna "pulau". Kertanegara juga mempunyai wawasan suatu persatuan kerajaan-kerajaan Asia Tenggara di bawah kekuasaan Singhasari dalam menghadapi kemungkinan ancaman serangan Mongol yang membangun Dinasti Yuan di Tiongkok.
Dwipantara atau Nusantara
Karena alasan inilah Kertanegara telah meluncurkan Ekspedisi Pamalayu untuk menjalin persatuan dan persekutuan politik dengan kerajaan Malayu Dharmasraya di Jambi. Pada waktu itu awalnya ekspedisi ini telah dianggap penakhlukan militer, akan tetapi belakangan ini dia juga diduga ekspedisi ini lebih bersifat upaya diplomatik berupa unjuk kekuatan dan kewibawaan untuk menjalin persahabatan dan persekutuan dengan kerajaan Malayu Dharmasraya.
Buktinya ialah Kertanegara justru malah mempersembahkan Arca Amoghapasa sebagai suatu hadiah untuk menyenangkan hati penguasa dan rakyat Malayu. Sebagai balasannya raja Melayu mengirimkan putrinya; Dara Jingga dan Dara Petak ke Jawa untuk dinikahkan dengan penguasa Jawa.
Baca juga selanjutnya Era Kerajaan di Nusantara Indonesia Sebelum Merdeka
Gan coba denger lagu dari rumah angklung Indonesia ..
ReplyDeleteJudul dwipantara. Keren dah
ok siap gan
Delete