Asal Usul Sejarah Perjalanan Dharmawangsa Teguh
Asal Usul Sejarah Perjalanan Dharmawangsa Teguh - Sejarah Prasasti Pucangan pada tahun 1041 telah dikeluarkan oleh raja yang bernama Airlangga yang menyebut dirinya sebagai salah satu anggota keluarga Dharmawangsa Teguh. Disebutkan juga bahwa Airlangga ialah putra pasangan Mahendradatta dengan Udayana raja Bali. Namun Mahendradatta ialah putri Makuthawangsawardhana dari Wangsa Isana. Airlangga sendiri akhirnya telah menjadi menantu Dharmawangsa.
Pada umumnya para sejarawan telah sepakat untuk menyebut Dharmawangsa sebagai salah satu putra Makuthawangsawardhana. Teori itu telah diperkuat oleh prasasti Sirah Keting yang menyebut Dharmawangsa sebagai anggota Wangsa Isana.
Oleh karena itu kesimpulannya, Makuthawangsawardhana mempunyai dua orang anak, yaitu Mahendradatta dan Dharmawangsa. Mahendradatta telah menjadi permaisuri di Bali dan melahirkan Airlangga. Sementara itu, Dharmawangsa telah menggantikan Makuthawangsawardhana sebagai raja Kerajaan Medang. Setelah menganjak dewasa, Airlangga telah diambil sebagai menantu Dharmawangsa untuk mempererat kekeluargaan.
Selain prasasti Pucangan dan prasasti Sirah Keting, nama Dharmawangsa juga ditemukan di dalam naskah Mahabharata bahasa Jawa Kuno, pada bagian Wirataparwa, yang ditulis pada tanggal 14 Oktober 996. Prasasti Sirah Keting juga menyebutkan nama asli Dharmawangsa yaitu Wijayamreta Wardhana.
Mahapralaya Medang
Prasasti Pucangan telah mengisahkan kehancuran Kerajaan Medang yang dikenal dengan sebutan Mahapralaya atau “kematian besar”.
Dikisahkan Dharmawangsa menikahkan putrinya dengan seorang pangeran Bali yang baru berusia 16 tahun, yang bernama Airlangga. Di tengah keramaian pesta, tiba-tiba istana diserang dari pasukan Wurawari dari Lwaram dengan bantuan laskar Sriwijaya.
Istana Dharmawangsa yang terletak di kota Wwatan akhirnya hangus terbakar. Dharmawangsa sendiri telah gugur dalam serangan tersebut, sedangkan Airlangga bisa selamat dari kematian. Tiga tahun kemudian Airlangga membangun istana baru di Wwatan Mas dan telah menjadi raja sebagai penerus takhta mertuanya.
Dari prasasti Pucangan telah diketahui adanya perpindahan ibu kota kerajaan. Prasasti Turyan menyebut ibu kota Kerajaan Medang terletak di Tamwlang, dan kemudian pindah ke Watugaluh menurut prasasti Anjukladang. Kedua kota itu terletak di daerah Jombang sekarang. Sementara itu kota Wwatan diperkirakan terletak di daerah Madiun, sedangkan Wwatan Mas terletak di dekat Gunung Penanggungan.
Mengenai alasan Raja Wurawari membunuh Dharmawangsa terjadi timbul beberapa penafsiran. Ada yang berpendapat bahwa Wurawari sakit hati karena lamarannya terhadap putri Dharmawangsa ditolak. Ada pula yang berpendapat bahwa Wurawari merupakan bawahan yang ambisius yang hendak akan mengambil alih kekuasaan Dharmawangsa.
Prasasti Pucangan yang keadaannya sudah tua melahirkan dua versi terhadap tahun berdirinya istana Wwatan Mas. Golongan pertama membaca angka tahun berupa kalimat Suryasengkala yaitu Locana agni vadane atau tahun 1010 Masehi, sedangkan golongan kedua membacanya Sasalancana abdi vadane atau tahun 1016.
Oleh karena, versi pertama menyebut kehancuran istana Wwatan atau kematian Dharmawangsa terjadi pada tahun 1007, sedangkan versi kedua menyebut peristiwa Mahapralaya tersebut terjadi pada tahun 1016.
Menyerang Sriwijaya
Berita Tiongkok dari Dinasti Song telah menyebut Kerajaan Sriwijaya di Sumatra dengan nama San-fo-tsi, sedangkan Kerajaan Medang di Jawa dengan nama Cho-po.
Telah dikisahkan bahwa, San-fo-tsi dan Cho-po telah terlibat persaingan untuk menguasai Asia Tenggara. Kedua negeri itu saling mengirim duta besar ke Tiongkok. Utusan San-fo-tsi yang berangkat tahun 988 tertahan di pelabuhan Kanton ketika hendak pulang, karena negerinya diserang oleh tentara Cho-po.
Pada musim semi tahun 992 duta San-fo-tsi tersebut telah mencoba pulang namun kembali tertahan di Campa karena negerinya belum aman. Dia meminta kaisar Song supaya menyatakan bahwa San-fo-tsi berada dalam perlindungan Tiongkok.
Utusan Cho-po juga tiba di Tiongkok tahun 992. Dia dikirim oleh rajanya yang naik takhta tahun 991. Raja baru tersebut diduga kuat adalah Dharmawangsa Teguh. Dengan demikian, dari berita Tiongkok tersebut dapat diketahui kalau pemerintahan Dharmawangsa dimulai sejak tahun 991.
Kerajaan Medang telah mampu menguasai Palembang tahun 992, tetapi pasukan Medang berhasil dikalahkan dipukul mundur oleh pasukan Sriwijaya. Prasasti Hujung Langit tahun 997 kembali menyebutkan adanya serangan Jawa terhadap Sumatra.
Baca juga selanjutnya di bawah ini :
Post a Comment for "Asal Usul Sejarah Perjalanan Dharmawangsa Teguh"