Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Masyarakat dan Kebudayaan Zaman Masa Dinasti Song

Masyarakat dan Kebudayaan Zaman Masa Dinasti Song - Pada masa pemerintahan Dinasti Song yaitu merupakan periode organisasi sosial dan administrasi yang telah maju dan rumit. Beberapa kota terbesar di dunia pada waktu itu berada di Tiongkok, dengan Kaifeng dan Hangzhou berpenduduk lebih dari satu juta jiwa. Masyarakat telah menikmati berbagai hiburan di kota-kota dan bergabung ke dalam berbagai klub-klub sosial. 

Selain itu, terdapat pula banyak sekolah dan kuil yang telah memberikan pelayanan pendidikan dan keagamaan. Pemerintah Song juga mendukung bermacam-macam program kesejahteraan sosial, yang meliputi pendirian rumah pensiunan, klinik umum, dan pemakaman bagi orang miskin. Dinasti Song juga mempunyai layanan pos di seluruh negeri yang meniru model Dinasti Han. Sistem pelayanan pos ini juga memperlancar komunikasi di seluruh kerajaan.

Meskipun para wanita yang berstatus lebih rendah daripada pria (sesuai dengan etika Konfusius), mereka telah menikmati banyak hak-hak sosial dan hukum, dan memegang kekuasaan yang besar di rumah dan di usaha kecil mereka sendiri. 


Seiring dengan semakin sejahteranya masyarakat Song, para orang tua pengantin perempuan memberikan mas kawin yang semakin besar pula untuk perkawinannya, dan secara alami para wanita mendapatkan banyak hak-hak hukum baru dalam kepemilikan tanah dan harta keluarga atau warisan. Para wanita juga memiliki status yang setara dengan para pria dalam hal mewarisi harta keluarga[50] 

Terdapat banyak wanita-wanita terdidik yang terkenal dari Dinasti Song, dan merupakan hal yang umum bagi para wanita untuk mendidik anak laki-lakinya. Sebagai contohnya, ibu seorang jenderal, diplomat, ilmuwan, dan negarawan Shen Kuo mengajari Shen Kuo dasar-dasar strategi perang. Terdapat pula penulis dan penyair wanita yang terkenal seperti Li Qingzhao (1084–1151).

Pada periode Dinasti Song, agama mempunyai peranan yang sangat penting terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat Tionghoa dan literatur-literatur bertopik spiritual sangatlah populer. Dewa-dewi Taoisme, Buddhisme, dan Kepercayaan tradisional Tionghoa, beserta roh-roh leluhur disembah dengan memberikan sesajian. 

Tansen Sen telah menyatakan bahwa lebih banyak Bhikkhu dari India yang berkunjung ke Tiongkok semasa Dinasti Song daripada semasa Dinasti Tang (618–907). Dengan banyaknya pendatang asing yang telah berkunjung ke Tiongkok untuk berdagang ataupun berimigrasi tinggal di sana, berbagai agama-agama asing juga masuk ke Tiongkok. Bangsa-bangsa asing yang ada di Tiongkok pada saat itu meliputi bangsa Timur Tengah yang beragama muslim, Yahudi Kaifeng, dan bangsa Persia yang beragama Maniisme.

Masyarakat Song terlibat dalam kehidupan rumah tangga dan sosial yang vibran dan menikmati berbagai jenis festival publik seperti festival Lampion dan festival Qingming. Terdapat perempatan-perempatan hiburan di kota-kota besar yang menyediakan hiburan sepanjang malam. 

Terdapat pula dalang boneka, pemain akrobat, aktor teater, penelan pedang, penjinak ular, pendongeng, penyanyi dan pemusik, pelacur, dan tempat-tempat untuk berelaksasi seperti rumah teh, restoran, dan perjamuan besar.

Masyarakat berpartisipasi dalam klub-klub sosial dalam jumlah yang besar, mliputi klub minum teh, klub makanan eksotik, klub kolektor barang seni dan antik, klub pecinta kuda, klub penyair, dan klub musik. Drama teatrikal juga sangat populer di kalangan elite dan masyarakat umum, meskipun bahasa yang dituturkan oleh aktor di panggung adalah bahasa Tionghoa klasik dan bukanlah bahasa Tionghoa sehari-hari.

Empat teater drama terbesar di Kaifeng bisa menampung sampai beberapa ribu penonton per teater. Terdapat pula permainan catur igo dan xiangqi yang dimainkan di rumah untuk melewatkan waktu senggang.

Post a Comment for "Masyarakat dan Kebudayaan Zaman Masa Dinasti Song"