Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nilai Penitng Sumpah Pemuda Untuk Satu Nusa, Satu Bangsa dan Bahasa

Nilai Penitng Sumpah Pemuda Untuk Satu Nusa, Satu Bangsa dan Bahasa - Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda, menurut Taufik Abdullah memperlihatkan tentang satu hal yang menarik dalam pengetahuan masa lalu kita. Sumpah Pemuda bisa kita lihat sebagai perwujudan dari sebuah peristiwa besar, yaitu produk dari berkumpulnya organisasi-organisasi pemuda terpelajar untuk melakukan Kongres Pemuda.

Nilai yang paling utama dari peristiwa Sumpah Pemuda adalah nilai persatuan. Adapun persatuan yang diilhami oleh asas perjuangan Perhimpunan Indonesia sudah lama diperjuangkan oleh para pemuda. Para pemuda dengan memahami sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia, telah melahirkan kesadaran yang mendalam tentang pentingnya persatuan.

Selain nilai persatuan, nilai berikutnya adalah kemandirian, jati diri, kedaulatan, atau penguatan nasionalisme. Dengan Sumpah Pemuda, secara tidak langsung para pemuda telah meneguhkan pentingnya jati diri Indonesia, penguatan semangat kebangsaan atau nasionalisme. Hal tersebut tercermin dalam ikrar satu tanah air, satu bangsa dan keikhlasan menjunjung satu bahasa Indonesia.

Adanya peristiwa Sumpah Pemuda, juga terkandung nilai demokrasi. Setelah diikrarkan Sumpah Pemuda, persatuan diwujudkan maka langkah-langkah perjuangan pun dilaksanakan. Dalam mewujudkan cita-cita Indonesia perlu ada program-program kebersamaan, saling menghargai, dan rembuk bareng komponen di antara komponen bangsa untuk memajukan bangsa.

Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa

Pada bulan Spetember 1926, di Jakarta dibentuk Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). PPPI bertujuan memperjuangkan Indonesia merdeka. Aktivitas PPPI, seperti gerakan pemuda, sosial, dan politik. Ketua PPPI adalah Sugondo Joyopuspito, sedangkan tokoh-tokohnya adalah Muh. Yamin, Abdullah Sigit, Suwiryo, Sumitro Reksodiputro, A.K. Gani, Tamzil, Sunarko, Amir Syarifuddin, dan Sumanang. PPPI sering berkumpul di Indonesische Clubgebouw yang terletak di Jalan Kramat No. 106 Weltrevreden.

Pertemuan dilanjutkan pada tanggal 20 Februari 1927 dan membahas tentang fusi atau penggabungan antarorganisasi pemuda. Dalam pertemuan tersebut hasilnya belum maksimal. Perjuangan pemuda dari tahun 1926-1928 berjalan dengan cepat, baik golongan muda maupun tua berpendapat bahwa sudah waktunya untuk bersatu.

Untuk merapatkan barisan di tanah Hindia, para pelajar (di antaranya Sartono, Moh. Nazif, dan Mononutu) yang terhimpun dalam Perhimpunan Indonesia kembali ke tanah air. Para pemuda tersebut selama dua tahun mengadakan pertemuan secara intensif di Indonesische Clubgebouw.

Untuk menyiapkan rapat, PPPI membentuk panitia rapat pemuda dengan mengadakan rapat-rapat terbuka yang diisi dengan ceramah yang menganjurkan dan menguatkan perasaan persatuan. Panitia kongres pun dibentuk pada bulan Juni 1928.

Berikut susunan panitia penyelenggaraan Kongres Pemuda II

a. Ketua             : Sugondo Joyopuspito (PPPI).
b. Wakil Ketua  : Joko Marsaid (Jong Java).
c. Sekretaris      : Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond).
d. Bendahara     : Amir Syarifuddin (Jong Batak Bond).
e. Pembantu I    : Johan Muh. Cai (Jong Islamiten Bond).
f. Pembantu II   : Kocosungkono (Pemuda Indonesia).
g. Pembantu III : Senduk (Jong Celebes).
h. Pembantu IV : J. Leimena (Jong Ambon).
i. Pembantu V   : Rohyani (Pemuda Kaum Betawi).

Penyelenggaraan Kongres Pemuda II mengadakan tiga kali rapat. Rapat pertama dilakukan di Gedung Katolik Jonglingen Bond di Waterloopein. Rapat kedua tanggal 28 Oktober 1928 pagi di Gedung Oost Java Bioscoop di Koningsplein Noord dan rapat ketiga (rapat terakhir) pada tanggal 28 Oktober 1928 malam di Gedung Indonesische Clubhuis Kramat 106 di Jakarta. 

Dalam rapat ini disetujui usul resolusi yang dirancang oleh Muh. Yamin, yakni Sumpah Pemuda yang berisi satu bangsa, satu nusa, dan satu bahasa Indonesia. Kongres Pemuda II berhasil menetapkan ikrar atau Sumpah Pemuda yang kemudian menjadi landasan perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka.

Pada malam penutupan Kongres Pemuda II untuk pertama kali didengarkan lagu Indonesia Raya oleh W.R. Supratman dengan gesekan biola. Dengan tiga butir Sumpah Pemuda tersebut, setiap organisasi pemuda kedaerahan secara keseluruhan meleburkan diri ke dalam satu wadah yang telah disepakati bersama yaitu Indonesia Muda.

Peristiwa Sumpah Pemuda tersebut merupakan puncak pergerakan nasional. Oleh karena itu, setiap tanggal 28 Oktober diperingati sebagai hari besar nasional (hari Sumpah Pemuda). Dengan berdirinya Indonesia Muda, organisasi seperti Perkumpulan Jong Java, Jong Celebes, Perhimpunan Indonesia, dan Pemuda Sumatra membubarkan diri.

Tujuan Indonesia Muda adalah membangun dan mempertahankan keinsafan antara anak bangsa yang bertanah air satu agar tercapai Indonesia Raya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, dikembangkan sikap saling menghargai serta memelihara persatuan semua anak Indonesia dengan mengadakan kursus-kursus untuk memberantas buta huruf, memajukan olahraga, dan sebagainya.

Dengan berdirinya Indonesia Muda memberikan inspirasi kepada tokoh pemuda yang lain untuk mendirikan perjuangan yang lebih luas, tidak hanya menuntut hak-hak sosial, tetapi juga menuntut suatu kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.

Baca juga selanjutnya di bawah ini :

Post a Comment for "Nilai Penitng Sumpah Pemuda Untuk Satu Nusa, Satu Bangsa dan Bahasa"