Perkembangan : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia
Perkembangan : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia
Pemerintah Indonesia telah berupaya mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan pembangunan bangsa dan negara Indonesia. Hal tersebut terlihat dari kebijakan pemerintah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan melalui pendirian lembaga-lembaga penelitian dan pendidikan yang dilakukan pemerintah dan pihak swasta.
Sejak masa kolonial, kepedulian terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi sudah dikembangkan. Pada abab ke-16 Jacob Bontius mempelajari flora Indonesia dan Rhompius dengan karyanya berjudul Herbarium amboinese. Pemerintah Hindia Belanda pada abab ke-18 mendirikan lembaga ilmu pengetahuan dan teknologi Bataviaasch Genotschap van Wetenschappen (BGWK) dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. BGWK sekarang lebih dikenal dengan nama Museum Gajah.
Pemerintah Indonesia pada tahun 1957 dengan melalui UU No. 6 Tahun 1965 membentuk Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI). Tugas pokok MIPI adalah membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memberi pertimbangan kepada pemerintah dalam hal kebijakan ilmu pengetahuan.
Pada tahun 1962 pemerintah Indonesia membentuk Departemen Urusan Riset Nasional (Durenas) dan menempatkan MIPI di dalamnya dengan tugas tambahan membangun dan mengasah beberapa Lembaga Riset Nasional. Pada tahun 1966 pemerintah mengubah Durenas menjadi Lembaga Riset Nasional (Lemrenas).
Pada bulan Agustus 1967 dengan melalui SK Presiden RI No. 128 Tahun 1967, pemerintah membubarkan Lemrenas dan MIPI. Selanjutnya, berdasarkan Keputusan MPRS No. 18/B/1967 pemerintah membentuk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). LIPI bertugas menampung seluruh tugas LEMRENAS dan MIPI.
Tugas pokok LEMRENAS dan MIPI sebagai berikut :
- Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berakar di Indonesia agar bisa dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia pada khususnya dan umat manusia pada umumnya.
- Mencari kebenaran ilmiah, yaitu kebebasan ilmiah, kebebasan penelitian, serta kebebasan mimbar diakui dan dijamin sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
- Mempersiapkan pembentukan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Tugas pokok tersebut sejak tahun 1991 ditangani oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi dengan Keppres No. 179 Tahun 1991 sesuai amanat Undang-Undang No. 8/1990 tentang LIPI. Selain lembaga-lembaga penelitian peninggalan Belanda, pemerintah juga mendirikan lembaga-lembaga penelitian lain, di antaranya adalah Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (NPPT) dan Badan Standarisasi Nasional.
Di Indonesia sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setelah merdeka terbagi menjadi dua dekade :
- Dekade pertama tahun 1945-1960. Bangsa Indonesia mulai mengerti arti teknologi produksi, walaupun masih dalam tingkat pasif dan penuh ketergantungan pada pihak luar negeri. Adapun hasil pengenalan ilmu pengetahuan teknologi pertama kali yaitu pembangunan pabrik semen di Gresik, pabrik kerta di Blabak, pabrik gelas dan kosmetik di Surabaya yang dibangun pada pertengahan dekade 1950-an.
- Dekade kedua pada tahun 1976. Pada dekade ini mendirikan pabrik pesawat terbang di Bandung yang diberi nama Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) yang menggunakan teknologi yang lebih canggih lagi.
Selain lembaga-lembaga penelitian, teknologi di Indonesia juga mengalami perkembangan. Berikut perkembangan tersebut :
1. Nurtanio : Industri Dirgantara Nasional
Sebagai upaya mengembangkan teknologi dan industri penerbangan, pada tanggal 28 April 1976 didirikan industri pesawat terbang Nurtanio yang diprakarsai oleh B.J. Habibie. Dalam perkembangannya, perusahaan ini kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Sejak saat itulah mulai tumbuh dan berkembang industri pesawat terbang modern dan lengkap di Indonesia.
Pada periode inilah semua aspek prasarana-sarana, SDM, hukum, dan regulasi, serta aspek melalui kerja sama dengan beberapa penerbangan besar internasional. Sejak akhir tahun 1980-an, IPTN mulai melakukan kerja sama dengan beberapa perusahaan pembuat pesawat terbang asing untuk membuat beberapa komponen pesawat terbang.
Pada tahun 1995, IPTN memproduksi pesawat N-250 dan telah berhasil diterbangkan. Hasil rancangan IPTN tersebut diharapkan mampu bersaing di pasar dunia dengan jenis-jenis produksi pesawat lainnya. IPTN direstrukturisasi pada tanggal 24 Agustus 2000 dan kemudian berganti nama menjadi PT Drigantara Indonesia (PT DI).
2. Teknologi Komunikasi dan Transportasi
a. Teknologi Komunikasi
Di Indonesia perkembangan teknologi komunikasi tidak bisa lepas dari kebijakan komunikasi yang dikembangkan oleh pemerintah Orde Baru. Pada tanggal 16 Agustus 1979 merupakan awal revolusi teknologi komunikasi di Indonesia pada waktu pemerintah Orde Baru mengembangkan sistem teknologi komunikasi berbasis satelit untuk menghubungkan komunikasi di wilayah Indonesia yang luas.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mengembangkan satelit secara mandiri untuk komunikasi lokal, nasional, dan internasional. Adapun sistem komunikasi satelit yang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia dikenal dengan sebutan Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa (SKSD Palapa). Nama palapa diambil dari sumpah yang dilakukan oleh Patih Gajah Mada dalam upaya menyatukan wilayah geografis Nusantara.
Pemanfaat satelit ini mampu mngubah hubungan komunikasi di wilayah Indonesia dan juga di wilayah regional Asia Tenggara. Pengembangan SKSD Palapa generasi awal dalam pengoprasiannya didukung dengan pembangunan 40 stasiun komunikasi di bumi yang tersebar di 26 provinsi di Indonesia dan 14 tempat-tempat strategis lainnya.
Hal itulah yang menghubungkan komunikasi antarwilayah di Indonesia. Pengembangan satelit SKSD Palapa tersebut mendudukan Indonesia menjadi negara berkembang pertama yang memanfaatkan satelit untuk komunikasi domestiknya yang mengintegrasikan komunikasi di seluruh wilayah Nusantara.
Penerapan komunikasi satelit ini mampu memperkuat dan meningkatkan berbagai aspek persatuan di wilayah Nusantara. Salah satu hal yang nyata adalah meningkatnya kualitas komunikasi publik seperti peningkatan kualitas penerimaan penyiaran televisi dan radio di seluruh Indonesia hingga ke tingkat desa.
Pada awalnya satelit komunikasi yang dikembangkan Indonesia adalah Satelit Palapa A dan Satelit Palapa B. Wilayah cakupan satelit tersebut mencapai seluruh wilayah Indonesia, ASEAN, dan Papua Nugini. Satelit ini tidak hanya dinikmati Indonesia, tetapi juga negara tetangga Indonesia di wilayah ASEAN dan Papua Nugini dengan menyewa transponder satelit kepada pemerintah Indonesia, sehingga bisa menambahkan penghasilan pemerintah.
Generasi pertama satelit Palapa beroperasi hingga tahun 1983. Kemudian pemerintah meluncurkan satelit generasi kedua yaitu B1 dan B2 dan diikuti oleh generasi-generasi berikutnya sehingga C1 dan C2 kemudian digantikan dengan satelit Telkom 1.
b. Transportasi
Salah satu sarana dan prasarana darat yang dikembangkan pemerintah Indonesia adalah pembangunan jalan bebas hambatan atau dikenal dengan sebutan jalan tol. Pembangunan tol pertama yang dilakukan oleh pemerintah adalah pembangunan Jalan Tol Jakarta-Bogor dan Ciawi yang dikenal dengan nama Jalan Tol Jagorawi. Jalan tersebut mampu mempercepat transportasi Jakarta ke Bogor dan juga Ciawi dan Puncak.
Dalam rangka untuk memperlancar perhubungan dan pertumbuhan ekonomi, baik di Jawa maupun di luar Jawa dibangun jalan trans dan jalan tol. Selain dibangun jalan trans, di Sumatera juga dibangun jalan tol yang menghubungkan Pelabuhan Belawan dan kota Medan. Di Jawa dibangun jalan tol Jakarta-Merak dan jalan tol Jakarta-Cikampek. Di Sulawesi dibangun jalan tol yang menghubungkan Pelabuhan Makasar dan Mandar.
Pada tahun 1987 dibangun jalan tol dalam kota yang menghubungkan Cawang-Tanjung Priok. Pembangunan jalan tol tersebut memanfaatkan teknologi yang dikembangkan anak bangsa. Tjokorde Raka Sukawati, yaitu teknologi Sosro Bahu. Teknologi Sosro Bahu memudahkan pembangunan jalan tol yang berada di jalur macet.
Oleh karena itu dalam pembuatan pilar-pilar jalan tol layang dibangun segaris dengan jalan dan diputar melintang jalan setelah pilar-pilar tersebut kering. Teknologi Sosro Bahu menjadi kebanggaan nasional. Dengan teknologi tersebut dibangun jalan tol di luar negeri, seperti di Amerika Serikat, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Korea.
Selain dengan teknologi Sosro Bahu, pembangunan jalan tol juga memanfaatkan teknologi Cakar Ayam. Teknologi Cakar Ayam merupakan penemuan anak bangsa, Sediyatmo. Penemuan tersebut berawal permintaan Bung Karno untuk menyukseskan Asian Games yang membutuhkan suplai listrik yang memadai. Untuk hal itu dibangun gardu listrik di wilayah Ancol yang merupakan rawa-rawa.
Teknologi ini mampu membangun pondasi di rawa-rawa. Keberhasilan ini menjadi salah satu kunci suksess pelaksanaan Asian Games. Teknologi Cakar Ayam kemudian digunakan dalam membangun lapangan parkir pesawat di Bandara Juanda Surabaya dan Bandara Polonia Medan. Teknologi cakar ayam semakin terkenal pada waktu pembangunan jalan tol menuju Bandara Soekarno-Hatta yang berada di atas rawa-rawa.
3. Revolusi Hijau
a. Latar Belakang Lahirnya Revolusi Hijau
Revolusi Hijau adalah revolusi produksi biji-bijian dari hasil penemuan-penemuan ilmiah berupa benih unggul baru dari berbagai varientas gandum, padi, dan jagung yang membuat hasil panen komoditas tersebut meningkat di negara-negara berkembang. Sebenarnya program revolusi hijau muncul sebagai akibat adanya kekhawatiran dunia akan terjadinya ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dan rpoduksi pertanian.
Gagasan mengenai revolusi hijau bermula dari hasil an tulisan seorang ilmuan bernama Thomas Robert Malthus (1766-1834) yang berpendapat bahwa masalah kemiskinan dan kemelaratan adalah masalah yang tidak bisa dihindari oleh manusia.
Kemiskinan dan kemelaratan terjadi karena pertumbuhan penduduk dan peningkatan produksi pangan tidak seimbang. Pertumbuhan penduduk berjalan lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan produksi pertanian (pangan). Menurut Malthus, pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur (1,2,3,4,8,16,32,64, dan seterusnya), sedangkan peningkatan produksi pertanian mengikuti deret hitung (1,3,5,7,9,11,13,15, dan seterusnya).
Pengaruh tulisan Robert Malthus, yaitu gerakan pengendalian pertumbuhan penduduk dengan cara pengontrolan jumlah kelahiran serta gerakan usaha mencari dan meneliti bibit unggul dalam bidang pertanian. Untuk mengantisipasi hasil penelitian Thomas Robert Malthus tersebut, negara-negara Eropa membuat gerakan pengendalian penduduk dengan cara mengontrol jumlah kelahiran serta usaha pencairan dan penelitian bibit-bibit unggul dalam bidang pertanian. Revolusi hijau menjadi suatu usaha besar untuk meningkatkan produksi pangan.
b. Perkembangan Revolusi Hijau di Indonesia
1. Awal Mula Revolusi Hijau di Indonesia
Perkembangan revolusi hijau yang pesat berpengaruh juga terhadap masyarakat Indonesia karena sebagian besar kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia berciri agraris. Oleh karena itu, pertanian menjadi sektor yang sangat penting dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Hal ini didasari oleh :
- kebutuhan penduduk yang meningkat dengan pesat,
- tingkatan produksi pertanian yang masih sangat rendah dan
- produksi pertanian belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan penduduk.
Di Indonesia mengenal revolusi hijau sejak berlakunya sistem tanam paksa pada masa penjajahan Belanda. Sistem ini berkembang dengan dikeluarkannya Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) Tahun 1870. Adanya penerapan sistem tanam paksa dan pemberlakuan Undang-Undang Agraria Tahun 1870, mengakibatkan rakyat Indonesia menjadi mengerti tentang keanekaragaman tanaman dan metode pembudidayaannya.
2. Pelaksanaan Revolusi Hijau pada Masa Orde Baru
Salah satu masalah yang dihadapi oleh pemerintah Orde Baru adalah produksi pangan yang tidak seimbang dengan kependapatan penduduk yang terus meningkat. Untuk mengatasi hal itu, pemerintah Orde Baru melaksanakan revolusi hijau secara nasional. Revolusi hijau dilaksanakan secara terprogram yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut terlihat dari dimasukkannya revolusi hijau dalam program pembangunan lima tahun.
Hasilnya pada tahun 1984 (pada Pelita IV) Indonesia telah berhasil mencapai swasembada beras yang merupakan kebutuhan pokok penduduk Indonesia. Pada petani berhasil meningkatkan produksi beras dari hanya sebesar 12,2 juta ton pada tahun 1969 menjadi lebih dari 25,8 juta ton pada tahun 1984.
Keberhasilan tersebut memiliki arti yang spektakuler, karena telah mengubah Indonesia dari negara pengimpor beras terbesar di dunia menjadi negara swasembada. Keberhasilan tersebut menjadikan Indonesia mendapatkan penghargaan dari FAQ. Presiden Soeharto diundang untuk berpidato di depan konferensi ke-23 FAQ di Roma Italia pada tanggal 14 November 1985.
Di Indonesia revolusi hijau dilakukan dengan metode sebagai berikut :
a. Ekstensifikasi Pertanian
Metode ekstensifikasi pertanian adalah usaha untuk meningkatkan produksi pertanian dengan cara melakukan perluasan areal pertanian. Cara yang biasa ditempuh adalah dengan membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian.
b. Intensifikasi Pertanian
Intensifikasi pertanian adalah usaha untuk meningkatkan produksi pertanian melalui penggunaan bibit unggul, pupuk kimia, perbaikan saluran irigasi, obat dan pestisida pemberantas hama. Metode yang tepat digunakan di Indonesia adalah metode intensifikasi pertanian.
c. Diversifikasi Pertanian
Pada metode ini dapat diartikan sebagai usaha untuk meningkatkan produksi pertanian dengan cara melakukan penganekaragaman tanaman pertanian. Artinya, satu lahan pertanian tidak hanya dapat ditanami satu jenis tanaman saja, tetapi juga dapat ditanami beraneka ragam tanaman.
d. Mekanisme Pertanian
Mekanisme pertanian adalah usaha untuk meningkatkan produksi pertanian dengan cara menggunakan alat-alat modern dalam bidang pertanian. Alat-alat modern yang dapat digunakan antara lain traktor, mesin penggiling padi, dan lain-lain.
Berbagai macam penelitian yang dilakukan di Indonesia bertujuan mendapatkan varietasi tanaman pertanian yang unggul sesuai dengan kondisi alam Indonesia. Di samping melakukan penelitian dengan penanaman varietas-varietas unggul, penelitian juga diikuti dengan pengolahan lahan-lahan pertanian atau perluasan lahan pertanian. Dalam perluasan lahan pertanian dilakukan dengan program pembukaan lahan-lahan baru yang diikuti dengan program transmigrasi dari daerah-daerah yang padat ke daerah-daerah yang masih jarang penduduknya.
Revolusi hijau bertujuan mengubah petani-petani gaya lama (peasant) menjadi petani-petani gaya baru (farmers). Revolusi hijau telah berperan memodernisasikan gaya lama untuk memenuhi industrialisasi ekonomi nasional. Perubahan ini dilakukan melalui usaha intensifikasi pertanian. Institut Pertanian Bogor mempersiapkan lima teknik pertanian yang disebut dengan pancausaha tani.
Adapun unsur-unsur pancausaha tani adalah sebagai berikut ini :
- Pemupukan yang teratur.
- Pemberantasan hama secara intensif.
- Pemilihan bibit unggul/varientas unggul.
- Pengolahan tanah yang baik.
- Pengairan/irigasi.
Dalam program pancausaha tani, para petani diimbau untuk menggunakan bibit padi hasil pengembangan institut Penelitian Padi Internasional yang bekerja sama dengan pemerintah. Penggunaan bibit unggul tersebut telah berperan mengubah pola pertanian subsistensi menuju pertanian berbasis kapital atau komersialisasi.
Pengenalan revolusi hijau di Indonesia dilakukan dengan melalui program penyuluhan pertanian untuk memasyarakatkan metode-metode dalam revolusi hijau. Program penyuluhan pada masa Orde Baru disebut Bimas Gotong Royong yang ditetapkan pada awal Pelita I.
Program ini disebut Bimas Gotong Royong agar terjadi kerja sama antara rakyat dan pemerintah dalam pelaksanaannya. Melalui program Bimas Gotong Royong ini pemerintah menunjang partisipasi para petani dengan cara sebagai berikut :
- Menyediakan fasilitas dan kebutuhan petani sebagai produsen padi.
- Menambah pendapatan para petani dengan jalan menaikkan harga padi pada tingkat yang memadai.
Setelah program Bimas Gotong Royong dilihat cukup berhasil, maka dilaksanakan pula intensifikasi masyarakat (inmas). Lahirnya program intensifikasi masyarakat melalui program Bimas Gotong Royong ternyata menimbulkan harapan untuk memperbaiki keadaan pertanian serta menyediakan pangan yang situasinya masih belum memadai.
Sejalan dengan semakin membaiknya devisi negara serta perkreditan, pemerintah mengambil kebijakan baru, yaitu dengan melaksanakan program bimas/inmas yang disempurnakan yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
- Memperbaiki sistem pengairan.
- Penyediaan bibit unggul.
- Penyediaan obat hama.
- Memperlancar penyediaan kredit.
- Mempermudah cara-cara pengembalian kredit.
Di antara beberapa unsur yang mendukung peningkatan produksi tanaman pangan, irigasi merupakan salah satu bidang yang menjadi kendala dalam pelaksanaan revolusi hijau. Oleh karena itu, para ahli pertanian mulai mencanangkan revolusi biru atau blue revolution yang menyangkut penyediaan air irigasi yang cukup serta dikelola dengan baik. Revolusi hijau dan revolusi biru, pada akhirnya mampu meningkatkan produksi bahan pangan.
Keberhasilan pelaksanaan revolusi hijau di Indonesia sangat menggembirakan petani karena dapat menigkatkan hasil produksi pertanian. Daerah-daerah yang dahulunya hanya memproduksi hasil tanaman secara terbatas dan hanya untuk memenuhi kebutuhan minimum masyarakatnya, berkat revolusi hijau telah dapat menikmati hasil yang lebih baik. Ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi, semua sektor ekonomi dilanda krisis. Akan tetapi, sektor pertanian tetap menjadi pilar penyangga perekonomian Indonesia.
c. Dampak Revolusi Hijau di Indonesia
Revolusi hijau pada awalnya mendatangkan keuntungan yang besar. Namun, lama-kelamaan revolusi hijau telah menyebabkan ketergantungan petani pada proses produksi pertanian, seperti pupuk kimia, insektisida, fungisida, dan herbisida. Tanpa disadari dalam jangka panjang bahan-bahan tersebut dapat berperan merusak lahan pertanian, dan rusaknya lahan pertanian berarti dapat menurunkan produktivitas pertanian.
Rehabilitasi pertanian adalah upaya peningkatan produksi pertanian dengan cara pemulihan kemampuan daya produktivitas sumber daya pertanian yang sudah kritits. Adapun faktor penyebab timbulnya lahan kritis karena penanaman yang terus-menerus penggunaan pupuk kimia (pestisida, herbisida), erosi karena penebangan liar, dan irigasi yang tidak teratur.
Sebagai upaya untuk memperbaiki lahan pertanian dilakukan dengan reboisasi untuk kawasan hutan dan nonhutan, melakukan tebang pilih, pembibitan kembali, penanaman sejuta pohon, penanaman lembah/pegunungan dengan terasering, dan dilakukan seleksi tanaman. Revolusi hijau dapat memberikan dampak positif dan dampak negatif bagi kehidupan manusia.
Berikut dampak positif revolusi hijau bagi manusia :
- Revolusi hijau dapat meningkatkan pendapatan bagi manusia.
- Revolusi hijau menyebabkan munculnya tanaman jenis unggul berumur pendek sehingga intensitas penanaman per tahun menjadi bertambah (dari satu kali panen menjadi dua atau tiga kali panen per tahun).
- Revolusi hijau dapat merangsang kesadaran petani dan masyarakat pada umumnya akan pentingnya teknologi.
- Revolusi hijau merangsang dinamika ekonomi masyarakat karena dengan hasil melimpah akan melahirkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat pula di masyarakat.
Adapun dampak negatif munculnya revolusi hijau adalah sebagai berikut ini :
- Pengaruh ekonomi uang di dalam berbagai hubungan sosial di daerah perdesaan makin kuat.
- Ketergantungan pada pupuk kimia dan zat kimia pembasmi hama juga berdampak pada tingginya biaya produksi yang harus ditanggung petani.
- Sistem bagi hasil mengalami perubahan. Sistem panen secara bersama-sama pada masa sebelumnya mulai digeser oleh sistem upah. Pembeli memborong seluruh hasil dan biasanya menggunakan sedikit tenaga kerja. Akibatnya kesempatan kerja di perdesaan menjadi berkurang.
- Peningkatan produksi pangan tidak diikuti oleh pendapatan petani secara keseluruhan karena penggunaan teknologi modern hanya dirasakan oleh petani kaya.
4. Dampak Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi juga memberikan dampak positif dan negatif kepada penggunanya. Dampak positif teknologi terhadap masyarakat pengguna aktif teknologi, misalnya teknologi komunikasi, seperti media komunikasi sosial dan situs-situs. Seiring berkembangannya teknologi komunikasi di Indonesia terasa komunikasi menjadi lebih mudah seiring dengan perkembangan teknologi terkadang membuat orang menjadi malas untuk berkomunikasi secara langsung. Orang lebih memilih berinteraksi melalui hanphone daripada berkomunikasi dengan orang di sekitarnya.
Banyaknya pengguna media sosial dan pengakses internet, membuktikan bahwa masyarakat Indonesia lebih suka berinteraksi dan bergaul secara virtual dengan pengguna media sosial dan internet.
Harold D. Laswell dan Charles Wright (ahli komunikasi massa) pernah menyatakan fungsi sosial media massa sebagai berikut :
- Sebagai salah satu bentuk upaya penyebaran Informasi dan interpretasi seobjektif mungkin mengenai peristiwa yang terjadi.
- Sebagai upaya penyebaran informasi yang dapat menghubungkan satu kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya.
- Sebagai upaya pewarisan nilai-nilai luhur dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
- Sebagai penghibur khalayak ramai.
Kemajuan teknologi memang membawa dampak positif yang banyak, tetapi dampak negatifnya. Bila informasi yang disebarkan merupakan ilmu yang berguna menjadi hal yang positif. Namun jika informasi yang disebarkan merupakan fitnah, hal tersebut akan merugikan pihak terkait. Oleh karena itu, kita harus benar-benar cerdas untuk memilah mana sisi positif dan sisi negatif agar dengan benar dan seimbang.
Baca juga selanjutnya di bawah ini :
Post a Comment for "Perkembangan : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia"